Berikut adalah 19 cara kita boleh mendekatkan diri kita kepada Allah SWT.
Dari Syuraih --iaitu Ibnu Haris-- dia berkata: Aku mendengar seorang lelaki
dari sahabat Rasulullah SAW berkata: Rasulullah SAW bersabda:
"Allah SWT berfirman: Wahai anak Adam, bangunlah kepada-Ku nescaya aku
akan berjalan kepadamu, dan berjalanlah kepada-Ku nescaya Aku datang kepadamu
dengan berlari". Hadis diriwayatkan oleh Ahmad dengan sanadnya yang sahih.
(Dan al Haisami berkata: Diriwayatkan oleh Ahmad dan para perawinya adalah
sahih, kecuali Syuraih bin Haris, ia adalah tsiqat)
1. Tawwabun (Orang-Orang yang Bertaubat)
"Adapun orang-orang yang bertaubat dan beriman serta mengerjakan amal
yang saleh, semoga dia termasuk orang-orang yang beruntung" (Al Qasas
28:67)
Berikut adalah hadis-hadis Rasulullah SAW tentang kelebihan taubat kepada Allah
SWT.
"Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah SWT, karena
sesungguhnya aku bertaubat kepada Allah SWT dalam satu hari sebanyak seratus
kali". (Hadits diriwayatkan oleh Muslim dari Al Aghar al Muzni.)
Dari Abi Hurairah r.a. dari Nabi Saw bersabda:
"Demi Dzat Yang jiwaku berada dalam kekuasaan-Nya, jika kalian tidak
berbuat dosa niscaya Allah SWT akan membinasakan kalian dan mendatangkan suatu
makhluk lain yang berbuat dosa, sehingga mereka kemudian meminta ampun kepada
Allah SWT dan Allah SWT mengampuni mereka". (Karena di antara nama Allah
SWT adalah "Al Ghaffaar" --Maha Pemberi ampunan. Maka siapa yang akan
memberikan ampunan jika seluruh hamba-Nya adalah orang-orang yang tidak pernah
melakukan dosa?!! Maka orang yang telah melakukan dosa hendaknya tidak menjadi
putus asa, selama dosa yang ia lakukan itu adalah bukan dosa besar. Karena
ampunan Allah SWT lebih besar dari dosanya itu. Dan Allah SWT berfirman: "Katakanlah:
"Hai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri,
janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni
dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang". (QS. Az-Zumar: 53).). Hadits diriwayatkan oleh Muslim dan
lainnya.
Dari Abi Hurairah r.a. bahwa Rasulullah Saw bersabda:
"Allah SWT berfirman: " Aku sesuai dengan sangkaan hamba-Ku
kepada-Ku, dan Aku akan bersamanya ketika ia berzikir kepada-Ku, dan Allah SWT
lebih senang dengan taubat seorang manusia dari pada seorang yang menemukan
kembali perbekalannya di padang yang tandus. Barangsiapa yang mendekat
kepada-Ku satu hasta maka Aku akan mendekat kepadanya satu lengan, dan barang
siapa mendekat kepada-Ku satu lengan maka Aku akan mendekat kepadanya dua
lengan, dan jika ia menghadap kepada-Ku dengan berjalan maka Aku akan
menemuinya dengan berlari". Hadits diriwayatkan oleh Muslim, dan lafazhnya
darinya, juga Bukhari dengan lafazh yang sama.
Dari Abi Hurairah r.a. ia berkata: bahwa seorang laki-laki mencium seorang
wanita, dalam riwayat lain disebutkan: seorang laki-laki datang kepada
Rasulullah Saw dan berkata: Wahai Rasulullah Saw, aku mengobati seorang wanita
di ujung kota, dan aku menyentuh bagian dari tubuh yang seharusnya tidak perlu
aku sentuh [dalam pengobatan] (Perkataannya: "menyentuh bagian dari tubuh
yang seharusnya tidak perlu aku sentuh (dalam pengobatan)" maksudnya
adalah melakukan perbuatan selain bersetubuh.), saya mengakui perbuatan saya,
maka berikanlah hukuman kepada saya sesuai kehendak Rasulullah Saw". Umar
berkata: Allah SWT akan menutupi perbuatanmu jika kamu menutupinya. Ia berkata:
Dan Nabi Saw tidak mengatakan apa-apa kepadanya. Kemudian orang itu bangkit dan
berjalan. Dan kemudian Rasulullah Saw mengutus seseorang untuk memanggilnya
kembali dan membacakan ayat ini:
"Dan dirikanlah sembahyang itu pada kedua tepi siang (pagi dan petang)
dan pada bahagian permulaan daripada malam. Sesungguhnya perbuatan-perbuatan
yang baik itu menghapuskan (dosa) perbuatan-perbuatan yang buruk. Itulah
peringatan bagi orang-orang yang ingat" (QS. Hud: 114.).
Seorang laki-laki dari yang hadir berkata: Wahai Nabi Allah, apakah itu
hanya khusus baginya? Rasulullah Saw bersabda: "Namun bagi seluruh
manusia". Hadits diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya.
Barangsiapa ingin mengejar syurga dan ingin menjauhkan diri dari neraka,
sekaranglah saatnya. Saat taubat masih diterima, saat dosa masih diampuni,
sebelum ajal menjelma, sebelum amal terputus, sebelum Allah menghitung dan
menghisab perbuatan manusia di tempat yang tidak diterima lagi harta dan tidak
berguna lagi alasan dan yang tersembunyi menjadi nampak.
2. Mutawakkilun (Orang-Orang yang Bertawakkal)
....dan sesiapa yang bertakwa kepada Allah (dengan mengerjakan suruhanNya
dan meninggalkan laranganNya), nescaya Allah akan mengadakan baginya jalan
keluar (dari segala perkara yang menyusahkannya), Serta memberinya rezeki
dari jalan yang tidak terlintas di hatinya dan (Ingatlah), sesiapa yang
bertawakal kepada Allah, maka Allah cukuplah baginya (untuk menolong dan
menyelamatkannya). Sesungguhnya Allah tetap melakukan segala perkara yang
dikehendakiNya. Allah telahpun menentukan kadar dan masa bagi berlakunya
tiap-tiap sesuatu. (At-Talaq 65:2-3)
Dan Allah jualah yang mengetahui rahsia langit dan bumi dan kepadaNyalah
dikembalikan segala urusan. Oleh itu, sembahlah akan Dia serta bertawakallah
kepadaNya dan (ingatlah), Tuhanmu tidak sekali-kali lalai akan apa yang kamu
kerjakan. (Hud 11:123)
Diceritakan Umar "saya mendengar Rasulullah SAW bersabda, Seandainya
kamu bertawakal kepada Allah dengan sebenar-benar tawakal, nescaya Allah
memberikan rezeki kepadamu sebagaimana Allah memberikan rezeki kepada burung,
pagi kosong perutnya dan petang penuh" (H.R. Tirmidzi)
Dalam pandangan syariat, salah satu ciri sikap tawakal ialah adanya usaha
(ikhtiar) terlebih dahulu, kemudian menyerahkan segala usaha hanya kepada
Allah, baik gagal ataupun berhasil. Menurut seorang mufassir, Ali al Qari,
tawakal adalah mengetahui dan meyakini bahawa tidak ada yang mampu berbuat
dalam alam ini kecuali atas kehendak Allah. Makhluk, rezeki, nikmat dan
musibah, manfaat dan mudharat, kekayaan dan kemiskinan, sihat dan sakit, hidup
dan mati, dan sebagainya berasal dari Allah.
Seseorang yang merasa telah bertawakal tanpa berusaha, tidaklah dinamakan
tawakal tetapi bodoh. Nabi Musa AS, sewaktu menghadapi tentera Firaun dan akan
mengharungi Laut Merah, diperintahkan Allah untuk berikhtiar, iaitu memukul
Laut dengan tongkatnya sehingga Laut Merah terbelah, barulah umatnya (Bani
Israel) berjaya menyeberang Laut Merah dengan selamat. Sabda Nabi SAW
"Ikatlah untamu dahulu, selepas itu bertawakallah kepada Allah" (H.R.
Ibnu Hibban).
Yusof Al Qardhawi dalam Ath Thariq Ilallah; At Tawakal mengungkap keistimewaan
hamba Allah yang bertawakal kepadaNya seperti berikut:
i. Timbul ketenteraman jiwa dan ketenangan hati.
ii. Meningkatkan kekuatan jiwa dan kekuatan rohani. Hal-hal material seperti
kuasa, harta dan jasmani menjadi kecil dihadapannya dan tidak bererti sama
sekali.
iii. Meningkatkan kewibawaan. Orang yang bertawakal akan memiliki kewibawaan
sekalipun dia tidak memiliki kekuasaan, merasa kaya sekalipun tanpa harta dan
merasa gagah berani sekalipun tanpa tentera.
iv. Keredhaan. Tawakal mengakibatkan seorang hamba menjadi redha dan lapang
dada menerima apa yang diputuskan Allah SWT.
v. Optimis. Tawakal menimbulkan perasaan percaya diri yang tinggi dalam
mencapai apa yang menjadi cita-cita dan keinginannya.
3. Mujahidun (Orang-Orang yang Berjihad)
Dan perangilah mereka itu sehingga tidak ada fitnah lagi dan (sehingga)
ketaatan itu hanya semata-mata untuk Allah. Jika mereka berhenti (dari memusuhi
kamu), tidak ada permusuhan lagi bagi orang-orang yang zalim. (Al-Baqarah
2:193)
Yang dimaksud jihad dalam teks umum ialah berjuang demi tegaknya agama Allah
dimuka bumi. al-jihad pula bermaksud 'mengeluarkan segenap daya dan upaya untuk
mencapai jalan kebenaran'. Dari segi bahasa, jihad bermakna 'kesulitan',
'kesukaran' dan 'kepayahan'. Secara terminologi, jihad bermakna 'mengerahkan
segenap kemampuan di jalan Allah untuk meninggikan kalimat-Nya, membela
agama-Nya, memerangi musuh-musuh-Nya, dan mencegah kezaliman, kejahatan dan
pelanggaran.'
Rasulullah SAW telah mengalami banyak kesukaran sewaktu berdakwah untuk
menegakkan agama Islam di bumi Mekah dan Madinah. Kita selaku umat Nabi
Muhammad SAW perlulah meneruskan usaha dakwah baginda untuk menegakkan agama
Islam di seluruh dunia. Inilah yang dikatakan jihad, apabila kita berusaha
bersungguh-sungguh untuk menegakkan agama Islam. Kita mesti sanggup
mengorbankan barang berharga yang kita ada iaitu masa, tenaga dan wang untuk
berjihad kepada Allah SWT. Para sahabat Rasulullah SAW sanggup mengorbankan
nyawa sekalipun untuk mempertahankan agama Islam.
Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang yang beriman akan jiwa
mereka dan harta benda mereka dengan (balasan) bahawa mereka akan beroleh
Syurga, (disebabkan) mereka berjuang pada jalan Allah maka (di antara) mereka
ada yang membunuh dan terbunuh. (Balasan Syurga yang demikian ialah) sebagai
janji yang benar yang ditetapkan oleh Allah di dalam (Kitab-kitab) Taurat dan
Injil serta Al-Quran dan siapakah lagi yang lebih menyempurnakan janjinya
daripada Allah? Oleh itu, bergembiralah dengan jualan yang kamu jalankan jual belinya
itu dan (ketahuilah bahawa) jual beli (yang seperti itu) ialah kemenangan yang
besar. (At-Taubah 9:111)
4. Khasyi'un (Orang-Orang yang Khusyuk dalam Solat)
Dan mereka segera tunduk sujud itu sambil menangis, sedang Al-Quran
menambahkan mereka khusyuk. (Al-Isra' 17:109)
Sesungguhnya Akulah Allah; tiada Tuhan melainkan Aku; oleh itu, sembahlah
akan Daku dan dirikanlah sembahyang untuk mengingati Daku. (TaHa 20:14)
Solat yang dilakukan lima kali sehari semalam itu akan menghapuskan dosa
sebagaimana air yang dipakai mandi dapat menghapuskan daki yang ada di badan
(H.R. Bukhari, Muslim, Tirmidzi, Nasa'i dan Abu Hurairah)
Sesuatu yang pertama kali dihisab pada hamba ialah solatnya. Jika tidak
(sempurna), Allah yang Maha mulia dan Maha Besar berfirman, "Lihatlah
adakah hambaKu membuat solat sunat?" Jika dia ada bersolat sunat, Allah
berfirman "Sempurnakanlah fardhu itu dengannya." (H.R. Ibnu Majah)
Solat adalah perintah dari Allah SWT sewaktu peristiwa Israk Mikraj. Ia
diwajibkan untuk muslim yang berakal dan baligh. Di dalam solat terdapat banyak
kebaikan seperti zikir, doa, selawat dan meditasi. Solat juga adalah tiang agama.
Barangsiapa menegakkan solat, dia telah menegakkan agama dan barangsiapa yang
meninggalkannya bererti dia meruntuhkan agama. Solat juga adalah amalan yang
pertama sekali akan dihisab oleh Allah SWT.
Dengan mengingati Allah SWT melalui solat, hati seseorang itu akan menjadi
tenang. Solat yang khusyuk akan menimbulkan perasaan bahaw dirinya adalah
sentiasa diawasi oleh Allah SWT. Perasaan diawasi inilah yang akan membimbing
seorang manusia itu kejalan yang benar dan lurus. Seseorang tidak mungkin mencuri
sekiranya di kiri, kanan, depan dan belakangnya selalu diawasi orang sekitar.
Apalagi sekiranya ada di dalam hatinya yang sedang mengawasinya adaalah Zat
yang Maha Segalanya, Maha Melihat dan Maha Mendengar.
Firman Allah: ...Sesungguhnya solat itu mencegah dari (perbuatan-
perbuatan) keji dan mungkar... (Al Ankabut 29:45) Sekiranya solat
seseorang itu masih belum dapat mencegah dirinya dari perbuatan keji dan
mungkar, nyatalah dia masih belum khusyuk dalam solatnya.
Cara untuk mencapai khusyuk dalam solat adalah seperti berikut:
i. Menyingkirkan segala sesuatu yang mengganggu tumpuan dalam solat
ii. Berlaku Ihsan, iaiatu seakan-akan kita melihat Allah, sekurang-kurangnya
Allah akan melihat kita.
iii. Mengetahui makna bacaan solat
iv. Sebahagian ulama menganjurkan untuk melihat tempat sujud
v. Tuma'ninah, iaitu tenang dan tidak terburu-buru.
5. Munfiqun (Orang-Orang yang Gemar Bersedekah)
Orang-orang yang menafkahkan hartanya pada malam dan siang hari secara
tersembunyi dan terang-terangan, maka mereka mendapat pahala di sisi Tuhannya.
Tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
(Al Baqarah 2:274)
Dan sekali-kali bukanlah harta dan bukan (pula) anak-anak kamu yang
mendekatkan kamu kepada Kami, melainkan orang-orang yang beriman dan beramal
soleh. Mereka itulah yang memperoleh balasan yang berlipat ganda disebabkan apa
yang mereka telah kerjakan dan mereka aman sentosa di tempat-tempat yang tinggi
(syurga). (Saba' 34:37)
(Iaitu) orang-orang yang menafkahkan (hartanya), baik pada waktu lapang
mahupun sempit, dan orang-orang yang menahan amarahnya dan memaafkan
(kesalahan) orang. Allah mencintai orang-orang yang berbuat kebajikan. (Ali
Imran 3:134)
Sedekah bererti memberikan sebahagian harta kepada orang lain atau
institusi yang berhak untuk kepentingan sosial atau agama dengan
mengharapkan keredhaan Allah SWT. Ada sedekah wajib dipanggil zakat sebanyak
2.5% setahun apabila cukup syaratnya. Pahala sedekah itu bergantung bukan
sahaja kepada nilai sedekah tetapi bergantung juga kepada keikhlasan dan tujuan
seseorang itu bersedekah.
Segala harta yang kita ada, semuanya adalah milik Allah SWT. Kita hanyalah
pemegang amanah terhadap harta tersebut dan kita akan ditanya oleh Allah SWT
bagaimana dan untuk apa kita gunakan harta tersebut. Ada manusia di dunia ini
bertuhankan harta dengan melakukan rasuah, korupsi, eksploitasi sumber alam,
menipu, mencuri dsb. Mereka ini termasuk dalam golongan yang rugi kerana mereka
telah melakukan dosa besar.
Akhir kata, Ingatlah kata-kata Saiyidina Abu Bakar AS "Agama buat
kehidupan di akhirat, harta buat kehidupan di dunia. Di dunia orang yang tidak
berharta berasa susah hati, tetapi di akhirat orang yang tidak beragama merasa
lebih sengsara"
Dan juga ayat Quran berikut: Apa yang (ada) di sisimu akan lenyap
(hilang-musnah-hancur), sedangkan apa yang ada di sisi Allah itulah yang kekal.
Dan sesungguhnya kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang sabar dengan
pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan. (An-Nahl 16:96)
6. Zakirunallah (Para Ahli Zikir)
Apabila telah ditunaikan solat, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan
carilah kurnia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak (berzikir) supaya kamu
beruntung (Al Jum'ah 62:10)
...dan orang-orang lelaki yang menyebut nama Allah banyak-banyak serta
orang-orang perempuan yang menyebut nama Allah banyak-banyak, Allah telah
menyediakan bagi mereka semuanya keampunan dan pahala yang besar. (Al
Ahzab 33:35)
Dan sebutlah serta ingatlah akan Tuhanmu dalam hatimu, dengan merendah diri
serta dengan perasaan takut (melanggar perintahnya) dan dengan tidak pula
menyaringkan suara, pada waktu pagi dan petang dan janganlah engkau menjadi
dari orang-orang yang lalai. (Al Araf 7:205)
Zikir bermaksud mengingati Allah. Zikir tidak hanya dilakukan didalam solat
atau ketika berada di dalam majlis ilmu, bahkan zikir itu boleh dilakukan pada
bila-bila masa sahaja baik secara terang-terangan (melalui lidah) atau secara
tersembunyi (melalui hati). Menurut Ibnu Qayyum, indahnya zikir kerana ianya
tidak dibatasi waktu sama ada ketika berdiri, duduk dan berbaring.
Berikut adalah fadhilat berzikir:
1. Menjadikan jiwa merasa tenang
2. Menjadikan hati bersih
3. Mendapatkan keampunan dan pahala disisinya.
4. Menghindari kesesatan
5. Termasuk dalam golongan yang beruntung
7. Sabirun (Orang-Orang yang Bersabar)
Kecuali orang-orang yang sabar (terhadap bencana) dan mengerjakan
amal-amal saleh; mereka itu beroleh keampunan dan pahala yang besar (Hud 11:11)
Adakah kamu menyangka bahawa kamu akan masuk Syurga padahal belum lagi
nyata kepada Allah (wujudnya) orang-orang yang berjihad (yang berjuang dengan
bersungguh-sungguh) di antara kamu dan (belum lagi) nyata (wujudnya)
orang-orang yang sabar (tabah dan cekal hati dalam perjuangan)? (Al-Imran
3:142)
Sabar itu adalah sebahagian dari iman (H.R. Abu Na'im)
“Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara
kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun.” (Al
Mulk 67:2)"Sesungguhnya Kami telah jadikan apa yang ada di muka bumi
sebagai perhiasan baginya, kerana kami hendak menguji mereka, siapakah di
antaranya yang lebih baik amalnya." (Al-Kahfi 18:7)
Dalam dua ayat di atas, jelas Allah telah menyebut tujuan kita dihidupkan di
dunia ini adalah untuk diuji. Seperti ujian di dunia, tentu ada markahnya.
Allah SWT yang akan menilai dan menghisab lalu memberikan markah (pahala)
kepada kita di hari akhirat. Beruntunglah orang yang lulus ujian Allah didunia
ini kerana ganjarannya adalah syurga yang penuh dengan segala kenikmatan.
Hidup ini adalah satu ujian. Ujian ada yang positif berbentuk nikmat dan ada
juga yang negatif berbentuk musibah. Allah SWT telah memberikan segala alat
untuk manusia mengharungi ujian di dunia ini iaitu dengan akal, kitab (Quran,
Injil dsb) dan pembimbing (rasul, ulama, ustaz dsb). Ujian itulah yang
mengukuhkan iman, menambahkan pahala dan meninggikan darjat. Allah SWT sangat
mengasihi mereka yang bersyukur apabila mendapat nikmat dan mereka yang
bersabar apabila ditimpa musibah.
Jumhur ulama mambahagikan sabar dalam beberapa kategori seperti berikut:
i. Sabar dalam meninggalkan maksiat
ii. Sabar dalam menjalankan perintah agama
iii. Sabar apabila ditimpa bencana
Untuk menjadi hamba yang sabar, ada dua jalan yang perlu ditempuh iaitu dengan
mecari ilmu dan berdoa.
8. Amal Anbiya' wal Mursalun (Amalan para Nabi dan Rasul)
Demi sesungguhnya, adalah bagi kamu pada diri Rasulullah itu contoh ikutan
yang baik, iaitu bagi orang yang sentiasa mengharapkan (keredaan) Allah dan
(balasan baik) hari akhirat, serta dia pula menyebut dan mengingati Allah
banyak-banyak (dalam masa susah dan senang). (Al Ahzab 33:21)
Dan Kami tidak mengutus sebelummu (wahai Muhammad) seseorang Rasul pun
melainkan Kami wahyukan kepadanya: Bahawa sesungguhnya tiada Tuhan (yang berhak
disembah) melainkan Aku, oleh itu beribadatlah kamu kepadaKu. (Al-Anbiya'
21:25)
Nabi dan Rasul adalah manusia pilihan Allah SWT yang telah diberikan tugas
untuk menyampaikan risalah dakwah Islamiah kepada kaumnya. Dalam dakwahnya,
nabi dan rasul lebih banyak menjelaskan tentang peraturan berkenaan akidah dan
akhlak. Allah SWT berfirman: Dan Engkau (Wahai Muhammad) sesungguhnya
mempunyai akhlak yang tinggi’ (Al-Qalam 68:4). Nabi dan Rasul
mempunyai tugas untuk membetulkan kembali akidah manusia yang telah menyeleweng
dari menyembah Tuhan yang satu.
Nabi dan Rasul mempunyai sifat-sifat mulia seperti berikut:
1. Terhindar dari perbuatan dosa (maksum)
2. Layak menjadi contoh teladan kepada umatnya kerana mempunyai sifat yang
mulia seperti berbudi pekerti, kekukuhan akidah, baik hati, sabar dsb.
3. Mendapat rahmat kesejahteraan dari Allah.
4. Mereka diutus untuk amar makruf dan nahi mungkar maksudnya untuk memberi
khabar gembira untuk amalan baik dan peringatan untuk amalan yang buruk.
5. Memiliki 4 sifat wajib iaitu: i. siddiq / jujur ii. amanah / dapat
dipercayai iii. tabligh /menyampaikan iv. fatanah / bijaksana
Sama-sama kita beramal dengan amalan para nabi dan rasul dengan mengikut sunnah
Rasulullah SAW dan cuba mengikuti sifat-sifat Nabi dan Rasul di atas.
9. Mukhlisun (Orang-Orang yang Ikhlas Beramal)
Bahkan barangsiapa yang menyerahkan diri kepada Allah, sedang dia (ikhlas)
berbuat kebajikan, maka baginya pahala pada sisi Tuhannya dan tidak ada
kekhuwatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati (Al-Baqarah
2:112)
Ikhlas itu adalah urusan hati. Hanya Allah SWT yang tahu sama ada seorang
hambaNya itu ikhlas apabila berbuat kebaikan bahkan malaikatpun tidak tahu.
Hati selalu berkata benar, seperti cermin. Setiap orang yang berdiri di depan
cermin tidak mungkin dibohongi cermin bahawa dia cantik sedangkan kenyataannya
tidak begitu. Cermin (hati) akan mengungkapkan apa adanya.
Sebanyak manapun amal yang dilakukan oleh seseorang, tidak bererti sekiranya
tidak dilakukan dengan ikhlas. Sabda Rasulullah SAW "Allah tidak menerima
amal, kecuali amal yang ikhlas kerana mencari keredhaan Allah" (H.R. Ibnu
Majah). Junaid Al Baghdadi menyebut ikhlas adalah semata-mata kerana Allah
dalam setiap tindakan. Sementara sebahagian fuqaha berpendapat bahaa orang yang
ikhlas adalah orang yang menyembunyikan perbuatan baiknya sebagaimana dia
menyembunyikan keburukannya, tidak dihebah atau dipamerkan.
Mencapai ikhlas harus diawali dengan niat. Seorang yang ikhlas bukan beramal
untuk mendapatkan pujian atau keuntungan dunia, bahkan hanya beramal untuk
mendapatkan keredhaan Allah samata-mata. Sifat yang bertentangan denga ikhlas
ialah riya'. Riya' ialah jalan mendapat manfaat duniawi dengan melakukan amal
akhirat. Contohnya banyak bersedekah agar disebut dermawan atau banyak
membincangkan masalah agama agar disebut ahlinya. Berhati-hatilah dengan
Riya' kerana Riya' disebut sebagai syirik kecil.
Salah satu sahabat bertanya, "Apakah jalan keselamatan itu?" Nabi
menjawab, "Jangan sekali-kali engkau menipu Allah" Sahabat bertanya,
"Bagaimana kita bisa menipu Allah?" Nabi berkata, "Engkau
melakukan amalan sesuai yang diperintah Allah dan RasulNya, tapi engkau
tidak berniat kerana Allah, maka hendaklah kamu takut perbuatan riya' sebab
riya' itu termasuk syirik kecil. Dan orang yang berlaku riya' di kemudian hari
akan dipanggil dengan empat macam panggilan, iaitu 'Hai orang riya', 'Hai orang
khianat', 'Hai orang yang berdosa', 'Hai orang yang merugi, tersesatlah
perbuatanmu, hilanglah amalmu, kamu sekali-kali tidak mendapatkan pahala
disisiKu, sekarang pergilah kamu dan ambillah pahalamu kepada orang yang kamu
maksudkan, hai penipu'," (Mutafaq 'Alaih)
10. Amal Waliyullah (Amalan Para Kekasih Allah)
Ingatlah, sesungguhnya terhadap wali-wali Allah itu tidak ada kebimbangan
dan tidak (pula) mereka bersedih hati. (Yunus 10:62)
Waliyullah adalah orang-orang yang dikasihi Allah. Kata wali mengandungi banyak
maksud, antaranya 'teman', 'kekasih' atau 'pengikut'. Sebahagian ulama'
berpendapat bahawa apabila Allah berkenan menjadikan seseorang sebagai
wali-Nya, dibukalah pintu hijab sehingga dia selalu berzikir kepada Allah dan
merasakan kenikmatan dalam beribadat kepadaNya. Telah terbuka tirai hijab
menuju makrifat sehingga benar-benar mengetahui Allah dengan segenap kemuliaan
dan keagunganNya.
Di antara tanda-tanda para wali Allah adalah adanya anugerah berupa kemampuan
melihat sesuatu yang tidak dapat dilihat orang awam, merasakan sesuatu yang
tidak dirasakan orang kebanyakan, dan memahami banyak hal yang tidak dapat
dijelaskan akal yang disebut dengan karamah. Namun, tidak setiap wali itu harus
memiliki karamah.
Sebahagian pendapat berkata bahawa darjat wali dapat dicapai dengan mujahadah
disertai bimbingan guru yang Rabbani. Menurut Sayid Ahmad Al Badawy r.a.,
syarat yang harus dilakukan oleh seorang hamba yang ingin mencapai darjat wali
adalah seperti berikut:
i. Benar-benar mengenal Allah (tauhidnya teguh dan mantap kepada Allah)
ii. Benar-benar menjaga perintah Allah
iii. Berpegang teguh pada sunnah Nabi
iv. Sentiasa menyucikan diri (menjaga wudhuk)
v. Redha terhadap Qada' yang menimpanya, baik dalam kelapangan (senang) mahupun
kesusahan (duka)
vi. Meyakini apa yang telah dijanjikan Allah
vii. Memutuskan keinginan (harapan) selain Allah
viii. Sabar pada saat mendapat ujian dalam hidupnya serta gangguan orang lain
ix. Mentaati perintah Allah
x. Kasih sayang terhadap semua makhluk ciptaan Allah
xi. Tawaduk atau rendah diri
xii. Tidak angkuh dan sombong
xiii. Mengenali syaitan dan tipu dayanya
xiv. Menyedari syaitan itu adalah musuh yang nyata dan harus diwaspadai
Akhir kata, berikut adalah 3 sifat waliyullah:
i. Para wali Allah selalu merasa gembira dalam hidupnya, tidak risau dan tidak
bersedih dengan ujian yang menimpanya kerana mereka sangat hampir dengan Allah
SWT. Hanya Allahlah tempat mereka mengadu dan mereka sudah tiada keinginan
apa-apa terhadap makhluk.
ii. Mereka sentiasa beriman dan bertakwa. Keimanan mereka kepada Allah sudah
mencapai tahap Ainul Yakin / Ihsan yang maksudnya seolah-olah mereka telah
melihat Allah atau Allah selalu melihat mereka. Bahkan keimanan mereka boleh
mencapai tahap Haqqul Yakin iaitu mengenali Allah dengan sebenar-benarnya.
Mereka juga amat takut dengan azab Allah dan amat cinta dengan rahmat Allah.
iii. Mereka dicintai Allah. Siapa sahaja yang memusuhinya, maka dia ternyata
telah memusuhi Allah.
Dari Abu Hurairah r.a, Rasulullah SAW bersabda: Sesungguhnya Allah Yang Maha
Mulia dan Maha Besar telah berfirman, "Barangsiapa yang memusuhi wali-Ku,
maka Aku telah mengumumkan perang kepadanya. Hamba-Ku tidak mendekatkan diri
kepada-Ku dengan sesuatu yang paling aku sukai daripada sesuatu yang aku
fardhukan atasnya. Hamba-Ku sentiasa mendekatkan diri kepada-Ku dengan
amalan-amalan sunat sehingga Aku mencintainya. Apabila Aku mencintainya, Aku
menjadi telinga untuk menjadi pendengarannya, mata untuk menjadi
penglihatannya, tangan untuk menjadi pemegangnya, dan kaki untuk berjalannya.
Jika dia memohon kepadaKu, nescaya aku akan memberinya. Jika dia memohon
perlindungan dariKu, nescaya Aku akan melindunginya. Dan Aku tidak bimbang
terhadap sesuatu yang Aku lakukan seperti kebimbanganKu terhadap jiwa hambaKu
yang beriman yang mana ia tidak senang mati sedang Aku tidak senang berbuat
buruk terhadapnya". (H.R. Bukhari)
11. Ashabul Maimanah (Golongan Kanan)
Tahukah kamu apakah jalan yang mendaki lagi sukar itu? Iaitu
memerdekakan hamba abdi; Atau memberi makan pada hari kelaparan (kepada)
anak yatim dari kaum kerabat; Atau kepada orang miskin yang sangat
fakir. Dan dia termasuk orang-orang yang beriman dan saling berpesan untuk
bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.Mereka adalah golongan
kanan. (Al-Balad 90:12-18)
Di dalam ayat ini, Allah telah menerangkan bahawa jalan untuk mencapai taraf
Ashabul Maimanah (golongan kanan) adalah jalan mendaki lagi sukar. Maksud jalan
mendaki ialah jalan kebaikan yang dapat dicapai dengan kesungguhan dalam
mentaati Rab-Nya. Antara perbuatan terpuji yang dilakukan oleh Ashabul Maimanah
adalah seperti berikut:
i. Memerdekakan hamba abdi. Zaman sekarang, pembebasan hamba ini boleh
diertikan menyelamatkan seseorang dari seorang yang kuat terhadap yang lemah.
Pada zaman sahabat, pembebasan hamba dipelopori oleh Abu Bakar As Siddiq yang
membebaskan Bilal bin Rabah dari majikannya yang kejam iaitu Umayyah bin Khalaf
Jamhi al Quraisy. Selain itu, beliau juga membebaskan hamba lain iaitu Zinnirah,
Labibah, Amir bin Fuhairiah, serta An-Nahdiyyah.
ii. Memberi makan kepada anak yatim. Bagi mereka yang kaya, hal ini adalah
sebuah peluang dari Allah SWT untuk mencapai tahap Ashabul Maimanah.
Walaubagaimanapun ini sukar untuk dilakukan kerana orang kaya itu sibuk
menguruskan hartanya: contohnya kereta, rumah dan perniagaannya daripada
memikirkan nasib anak-anak yatim.
iii. Menolong si miskin yang fakir. Memberi sedekah kepada mereka yang
kelaparan atau memberikan biasiswa / elaun kepada anak-anak miskin untuk
melanjutkan pelajaran sehingga ke peringkat yang tinggi.
iv. Saling berpesan terhadap kesabaran dan kasih sayang. Maksudnya mereka
menasihati mereka yang ditimpa ujian agar bersabar dengan rasa kasih sayang
sesama makhluk.
12. Hafizun (Orang-Orang yang Amanah)
Amanah secara bahasa bermakna al wafa' (memenuhi) dan wadi'ah
(diserahkan). Secara definisi bererti memenuhi apa yang diserahkan yang berupa
segala kewajipan yang sudah diberikan seseorang, baik yang berhubungan dengan
Allah (hablumminallah) atau terhadap manusia (habluminannas). Tidak sempurna
iman seseorang yang tidak menyampaikan amanah adan tidak sempurna agama
seseorang yang tidak menunaikan janji (H.R. Ahmad).
Contoh amanah dengan Allah (habluminallah) ialah memenuhi, menjaga dan
melaksanakan hukum-hukumNya, baik mengikut suruhanNya mahupun meninggalkan
laranganNya. Contoh amanah dengan manusia ialah memenuhi kewajipan terhadap
kepimpinannya, menepati janji, jujur, tidak menyelewang dsb.
Beberapa sikat amanah yang utama adalah seperti berikut:
i. Memelihara solat. Solat adalah amanah kepada setiap muslima yang berakal dan
baligh.
ii. Memelihara hukum-hukum Allah.
iii. Memelihara kemaluan.
iv. Memelihara sumpah.
v. Menjaga harta anak yatim.
vi. Menjaga hak suami/isteri
vii. Melunaskan hutang
Memelihara amanah/janji adalah urusan paling berat dalam agama seperti hadis
dan ayat Quran berikut:
Pernah diceritakan oleh Ali r.a. ketika duduk bersama Rasulullah SAW, tiba-tiba
datang warga A'liyah bertanya kepada Nabi, "Ya Rasulullah, beritahukanlah
kepadaku tentang kewajipan yang paling berat dan paling mudah dalam agama
ini." Rasulullah menjawab, "Yang paling mudah adalah ikrar bahawa
Tuhan hanya Allah dan Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya, sedangkan yang
paling berat adalah menjadi orang yang amanah. Sesungguhnya, tiada beragama
orang yang tidak amanah, juga tidak dianggap melakukan solat dan zakat. (H.R.
Bazar)
Sesungguhnya Kami telah kemukakan tanggungjawab amanah (Kami) kepada langit
dan bumi serta gunung-ganang (untuk memikulnya), maka mereka enggan memikulnya
dan bimbang tidak dapat menyempurnakannya (kerana tidak ada pada mereka
persediaan untuk memikulnya) dan (pada ketika itu) manusia (dengan persediaan
yang ada padanya) sanggup memikulnya. (Ingatlah) sesungguhnya tabiat kebanyakan
manusia adalah suka melakukan kezaliman dan suka pula membuat perkara-perkara
yang tidak patut dikerjakan. (Al-Ahzab 33:72)
13. Syakirun (Orang-Orang yang Bersyukur)
Dan (ingatlah) ketika Tuhan kamu memberitahu: Demi sesungguhnya! Jika kamu
bersyukur nescaya Aku akan tambahi nikmatKu kepada kamu dan demi sesungguhnya,
jika kamu kufur ingkar sesungguhnya azabKu amatlah keras. (Ibrahim 14:7)
Dari Amar bin Syu'aib dari ayahnya, Nabi bersabda, "Ada dua sifat yang
apabila keduanya berada dalam diri seseorang, Allah mencatatnya sebagai orang
yang bersyukur dan sabar. Pertama, hendaklah dia melihat kepada orang yang
berada di atasnya dalam urusan agama sehingga dia mengikutinya. Dan yang kedua,
hendaknya dia melihat orang yang berada di bawahnya dalam masalah dunia, lalu
dia bersyukur (dengan memuji) kepada Allah."
Nikmat yang dikurniakan Allah S.W.T. kepada manusia adalah tidak terhitung
banyaknya. Jumlahnya tidak dapat disukat dan ditimbang. Ini jelas dinyatakan
Allah dalam firman-Nya yang bermaksud : Dan
sekiranya kamu menghitung nikmat Allah, nescaya tidak dapat menghitungnya.
Sesungguhnya Tuhan itu Maha Pengampun dan Maha Penyayang.” (An-Nahl ayat
16:18).“ Cuba kita fikirkan, dari kita kecil hingga besar berapa
pinggan nasikah yang sudah kita makan? Kiralah 2 kali sehari x 365 hari x umur
kita mula makan nasi. Berapa banyak pakaian yang sudah kita pakai? Berapa gelas
air yang sudah kita minum? Itu belum dikira nikmat yang ada pada diri kita
seperti mata, mulut, tangan, kaki dsb. Itu belum dikira nikmat kejadian alam
ini seperti bumi, matahari, bulan, bintang, udara dsb. Bagaimana dengan nikmat keluarga,
kawan, rumah, kenderaan dsb? Benarlah kata Allah SWT dalam surah Ar-Rahman: "Maka
yang mana satu di antara nikmat-nikmat Tuhan kamu, yang kamu hendak dustakan?"
Hakikat syukur itu sebenarnya dengan melaksanakan segala suruhanNya dan
meninggalkan segala laranganNya baik dalam keadaan senang, mahupun dalam
keadaan susah. Ini termasuklah redha dengan segala ketetapan / takdir dan
nikmatNya kepada kita tidak kira banyak atau sedikit. Itulah cara kita untuk
berterima kasih kepada Allah SWT di atas segala nikmat yang telah diberikan
kepada kita. Ucapan Alhamdulillah pula adalah zikir kepada Allah SWT untuk
menunjukkan rasa syukur kita kepadaNya.
14. Muttaqun (Orang-Orang yang Bertakwa)
Sabda Rasulullah SAW pada Haji Wada' "Wahai manusia, sesungguhnya
Tuhanmu satu dan bapamu satu, setiap kamu berasal dari Adam, sedang Adam dari
tanah. Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah orang
yang paling bertakwa di antara kamu, tidak ada kelebihan orang Arab dan bukan
Arab, kecuali takwa. (Mutafaq 'Alaih)
Dalam bahasa Arab, takwa berasal dari kata ittaqa yang bererti 'takut'. Ianya
juga bermaksud 'waspada' atau 'menjaga diri'. Kalangan ulama' berpendapat
bahawa takwa adalah gabungan antara rasa takut dan harapan. Apabila seseorang
itu melaksanakan segala perintahNya, pada hakikatnya dia sedang mengharapkan
kebaikan dalam kehidupannya di akhirat. Pada masa yang sama, dia juga menghaapi
rasa takut untuk terjerumus ke dalam neraka. Kedua-dua perasaan mengharap dan
takut inilah yang menimbulkan rasa takwa.
Menurut Imam Ibnu Rajab dalam Jama'ul ulum wal Hikam, takwa adalah keupayaan
seseorang dalam melindungi diri dari hal yang ditakutinya dengan membuat benteng
yang dapat menjaganya. Sementara menurut Imam Thalaq bin Hubaib, takwa adalah
mentaati perintah Allah berdasarkan hidayah dariNya dengan mengharapkan pahala
dariNya dan tidak bermaksiat padaNya dan takut azabnya.
Berikut adalah kelebihan orang yang bertakwa:
1. Dicintai Allah
Barangsiapa tang menepati janji (yang dibuat)nya dan bertakwa, maka
sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertakwa. (Ali Imran 3:76)
2. Mendapatkan kemenangan.
Mereka yang bertakwa dan berjuang dijalannya, walau mati sekalipun tetap dikira
menang kerana telah mati syahid.
3. Mendapat pahalaNya.
Setiap amal kebaikan orang yang bertakwa akan dibalas dengan pahala disisiNya
sebanyak 10x / 100x bahkan sebanyak kemurahanNya.
4. Diberikan jalan keluar yang tidak terduga, mudah urusannya, ringan beban
yang dipikulnya, dan dipenuhi keperluannya.
5. Mendapatkan rahmatNya
6. Allah mengampuni dosanya
7. Mendapat balasan syurga
Itulah syurga yang akan Kami wariskan kepada hamba-hamba Kami yang selalu
bertakwa. (Maryam 19:63)
15. Ulama (Ahli ilmu Agama)
Rasulullah SAW menyampaikan bahawa jika Allah mencabut ilmu, Allah akan
mewafatkan para ulama sehingga jika Allah tidak meninggalkan seorang ulamapun
lalu orang-orang mengangkat pemimpin dari kalangan orang-orang bodoh. Kemudian
mereka ditanya, merekapun berfatwa tanpa dasar ilmu. Mereka sesat dan
menyesatkan (H.R. Bukhari Muslim)
Ulama adalah orang -orang yang ahli dalam pengetahuan agama Islam.
Mereka adalah pewaris para nabi. Dalam bahasa Arab, ulama merupakan bentuk
jamak dari kata alim, iaiatu 'orang yang memiliki ilmu yang luas serta
mendalam.
Para ulama memiliki kedudukan yang amat mulia di sisi Allah. Dalam satu
riwayat, rapatnya seseorang dengan para ahli ilmu agama yang lurus dapat
menyebabkan dia selamat dari siksa neraka. Sehinggakan ikan-ikan di
laut, binatang-binatang buas di hutan dan binatang yang berbisa (seperti
ular dan sebagainya) juga sentiasa memohon keampunan daripada Allah SAW untuk
mereka. Ini semuanya ialah kerana ilmu merupakan nur bagi hati dan cahaya bagi
mata. Melalui ilmu seseorang hamba boleh sampai ke tahap sebagai seorang yang
terbaik di kalangan umat dan boleh mencapai kedudukan yang tinggi di dunia dan
akhirat.
16. Al-Abrar (Pelaku Kebajikan)
Sesungguhnya orang-orang yang berbakti (dengan taat dan amal kebajikan),
tetap berada di dalam Syurga yang penuh nikmat: (Al-Mutaffifin 83:22)
Al Abrar asal katanya dari Al birru yang bererti 'ketaatan', amal saleh. Al
Abrar ialah peribadi muslim yang gemar berbuat kebaikan tidak saja dalam urusan
pengabdian kepada Allah, tetapi juga berbuat sesuatu yang bermanfaat terhadap
semua manusia.
Dalam Surah Al Bagarah ayat 177, Allah SWT menceritakan ciri-ciri Al
Abrar seperti berikut:
1. Beriman kepada Allah dan rukun iman
2. Memberikan harta yang dicintainya kepada sanak kerabat, anak yatim,
orang miskin, para musafir, para peminta-peminta, dan memerdekakan hamba
sahaya.
3. Mereka yang mendirikan solat
4. Mereka yang menunaikan zakat
5. Mereka yang menepati janji
Dan hendaklah ada di antara kamu satu puak yang menyeru (berdakwah) kepada
kebajikan (mengembangkan Islam) dan menyuruh berbuat segala perkara yang baik,
serta melarang daripada segala yang salah (buruk dan keji) dan mereka yang
bersifat demikian ialah orang-orang yang beruntung. (Al-Imran 3:104)
17. Shadiqun (Orang-Orang yang Jujur)
Wahai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan katakanlah
perkataan yang benar (dalam segala perkara). (Al-Ahzab 33:70)
Jujur / Siddiq adalah salah satu sifat wajib bagi Rasul. Sebenarnya sunnah
Rasulullah SAW itu tidak tertakluk kepada perkara yang bersifat fizikal sahaja
seperti kahwin lebih dari satu, pakai serban, berjanggut dsb. Malah ianya juga
mencakupi perkara yang bersifat rohani seperti sifat jujur, pemaaf, pemurah,
baik hati, suka berdakwah / memberi nasihat dsb. Kebanyakan manusia suka menipu
dalam perkara yang melibatkan wang dan perniagaan. Sebab itulah Rasulullah SAW
pernah bersabda bahawa “Peniaga yang jujur dan beramanah akan ditempatkan
bersama-sama para nabi, orang-orang soleh dan para syuhada” ( Hadith Hasan –
Tirmizi)
Lawan bagi sifat jujur ialah sifat dusta. Dusta sebenarnya ialah satu sifat
yang dibenci oleh semua orang. Tiada siapapun di dunia ini suka dirinya ditipu
oleh orang lain. Walaubagaimanapun sayangnya sifat dusta sudah menjadi satu
trend di akhir zaman ini sehinggakan orang yang jujur dimusuhi, dianggap kolot
dan tidak mengikut peredaran zaman manakala seorang pendusta kerap dijadikan
kawan karib. Hampir di setiap liku kehidupan, penyakit yang bernama dusta ini
telah berakar umbi dan sebahagian masyarakat menganggapnya sebagai
budaya.
Sesungguhnya jujur itu akan menunjukkan jalan kebaikan dan kebaikan akan
menunjukkan jalan ke syurga. Dan berhati-hatilah kamu dengan berbohong kerana
berbohong itu menunjukkan jalan kepada perbuatan jahat dan sesungguhnya
perbuatan jahat itu menunjukkan jalan ke neraka.
18. Mukminun (Orang-Orang yang Beriman)
Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman (Al Mukminun 23:1)
Iman asalnya dari kata amana, satu akar kata dengan aman dan amanah. Iman
terdiri dari rukun berikut: percaya kepada Allah, malaikat-malaikatNya,
kitab-kitabNya, para rasul, hari kebangkitan, dan qadha & qadarNya (H.R.
Bukhari). Iman amat berkait rapat dengan Islam iaitu: bersaksi bahawa tiada
Tuhan selain Allah, mendirikan solat, menunaikan zakat, berpuasa pada bukan
Ramadhan, dan melaksanakan ibadah haji. Iman itu perlu dikatakan melalui lisan,
diyakini dengan hati dan diamalkan dengan perbuatan.
Iman seseorang itu dapat bertambah dan berkurang. Agar iman kita bertambah
perlulah kita mendekatkan diri kepada Allah dengan melakukan ibadah-ibadah
fardhu dan sunat dan perlulah bermujahadah melawan nafsu yang mengajak kepada
kemalasan dan dosa. Proses mendekatkan diri kepada Allah itu perlulah dilakukan
secara istiqamah iaitu dengan secara terus-menerus. Menurut Ibnu Taimiyah, satu
istiqamah adalah lebih baik dari seratus karamah.
Iman itu adalah sesuatu yang sangat berharga dan boleh membawa seseorang itu ke
syurga dengan izin dari Allah walaupun imannya hanyalah sebesar biji
sawi. Dari Abu Sa'id Al Khudri r.a. dari Nabi SAW sabdanya:
"Setelah penduduk syurga masuk ke dalam syurga dan penduduk neraka masuk
ke dalam neraka, maka Allah berfirman: Keluarkanlah dari neraka orang-orang
yang ada iman di dalam dadanya (walau hanya) sebesar biji sawi!"
19. Ulil Albab (Ahli Fikir)
Allah menganugerahkan al hikmah kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan
barangsiapa yang dianugerahi hikmah, dia benar-benar telah dianugerahi kurnia
yang banyak. Dan hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil
pelajaran (dari firman Allah). (Al Baqarah 2:269)
Ulil Albab adalah hamba yang menggunakan daya akalnya dengan optimum mulai dari
berfikir (takfir), mengingat (tadzkir), menghafal (tahfidz), berimaginasi
(tahyil) dan memahami (tahfim) kehidupan melalui ayat-ayat Allah baik yang
tersurat (Al-Quran) ataupun yang tersirat (penciptaan alam) dengan tujuan untuk
mendekatkan diri kepada Allah.
Sesungguhnya, dalam penciptaan langit dan bumi dan silih bergantinya malam
dan siang, terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal, (iaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan
berbaring dan mereka memikirkan penciptaan langit dan bumi (seraya berkata),
"Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia, Mahasuci
Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka." (Ali-Imran 3:190-191)
Akal haruslah digunakan untuk merenungkan tanda-tanda kebesaran Allah. Akal
juga haruslah digunakan untuk membezakan perkara yang baik dan perkara yang
buruk. Manusia yang tidak menggunakan akalnya untuk tujuan kebaikan ini akan
menjadi rosak dan mengakibatkan turunnya taraf manusia itu sehingga menjadi
lebih rendah dan lebih hina dari binatang.
Dan sesungguhnya Kami jadikan untuk (isi neraka jahanam) kebanyakan dari jin
dan manusia. Mereka mempunyai hati, tetapi tidak digunakan untuk memahami
(ayat-ayat Allah) dan mereka mempunyai mata (tetapi) tidak digunakan untuk
melihat (tanda-tanda kekuasaan Allah), dan mereka mempunyai telinga (tetapi)
tidak digunakan untuk mendengar (ayat-ayat Allah). Mereka itu sebagai binatang
ternak, bahkan mereka lebih sesat lagi. Mereka itulah orang-orang yang lalai.
(Al-A'raaf 7:179)
Berikut adalah 5 sifat Ulul Albab:
1. Ulul Albab melihat gerak alam sebagai kehendak Allah. Siang dan malam,
terbit dan terbenam matahari, hembusan angin, cuaca yang panas dan dingin;
semuanya adalah kehendak Allah. Dengan pemahamam seperti itu, mereka selalu
mengingati Allah dalam keadaan berdiri, duduk dan baring.
2. Gemar bermunajat pada tengah malam.
3. Bertakwa kepada Allah, iaitu dengan bersunguh-sungguh dalam ketaatan dengan
menjalankan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.
4. Pandai mengambil iktibar. Mereka mengambil pengajaran dari kisah-kisah umat
terdahulu. Mereka bimbang akan mengalami nasib seperti umat terdahulu yang
ditimpa azab akibat keingkarannya.
5. Ulil Albab diberi pengetahuan hikmah dari Allah kerana mereka mengambil
pelajaran dari ayat-ayat-Nya.
Sumber: Buku 'Para kekasih Allah' karya Abdillah F. Hasan