Senin, 30 Januari 2017

Polisi Ketahui Identitas Penyebar Chat Diduga Rizieq Shihab-Firza


Liputan6.com, Jakarta - Publik heboh dengan beredarnya gambar porno dan chat berbau mesum yang disebut dilakukan pemimpin FPI Rizieq Shihab dan tersangka dugaan makar, Firza Husein. Polisi pun langsung bergerak cepat menelusuri siapa penyebar konten tersebut.
Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Raden Prabowo Argo Yuwono, mengatakan, pihaknya sudah mengantungi identitas beberapa pelaku. Namun, Argo enggan membeberkan siapa identitas penyebar konten pornografi yang diduga melibatkan Rizieq Shihab dan Firza Husein.
"Sudah teridentifikasi. Lebih dari satu (akun atau pelaku)," ujar Argo di Mapolda Metro Jaya, Senin (30/1/2017).
Argo menuturkan, Polda Metro Jaya sejauh ini belum menerima laporan kepolisian dari pihak Rizieq Shihab maupun Firza. Kendati demikian, polisi tetap bisa melakukan penyelidikan. Sebab, kasus tersebut terkait konten pornografi dan bukan kategori delik aduan.
"Kami mendapatkan informasi yang diperoleh anggota dengan cyber patrol. Kami membuat laporan model A atau kami menunggu laporan," tutur dia.
Mantan Kabid Humas Polda Jatim itu menyangkal reaksi cepat polisi karena kasus ini menyeret nama tokoh besar. Dia beralasan, penyelidikan dilakukan sesegera mungkin karena kasus ini meresahkan masyarakat.
"Kalau membuat resah gimana? Pornografi kan meresahkan masyarakat," ujar Argo.
Dalam kasus Rizieq Shihab, polisi akan menjerat para pelaku dengan Undang-Undang Nomor 44 Tahun 2008 tentang Pornografi. Selain itu, polisi juga bisa menambahkan hukuman berdasarkan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (ITE).
Pengacara Rizieq Shihab, Kapitra Ampera, membantah pelaku chat berbau pornografi yang telah tersebar di dunia maya itu adalah kliennya.
Ia mengatakan, Rizieq sudah tidak memegang ponsel lagi sejak aksi 411 pada Jumat, 4 November 2016. Sebab, Rizieq Shihab mengetahui ponselnya telah disadap dan dikloning orang lain. Banyak pesan yang terkirim dari nomor kontak Rizieq, padahal ponselnya sedang tidak aktif.
"Ini jelas-jelas penghancuran agar Habib itu ditinggalkan oleh umatnya. Tapi justru terbalik, kalau seperti ini umat tambah cinta sama Habib. Malah kompak," ucap Kapitra.

Dari beberapa potongan gambar percakapan yang tersebar diketahui percakapan tersebut dilakukan pada Agustus 2016 atau tiga bulan sebelum aksi damai 411 digelar.

KISAH DAN DONGENG BERUNSUR MORAL



Tertipu Berulang Kali

Di suatu hari, seorang lelaki sedang dalam perjalanan pulang ke kampung halaman. Dia berjalan dengan menarik seekor keldai di belakangnya. Seorang pencuri melihat hal ini. Dia mengendap-endap dan memutuskan tali pengikatnya dan mengambil keldai tersebut. Setelah beberapa lama, sang empunya keldai pun menyedari bahawa keldainya telah hilang. Dia berlari ke sana sini mencari keldainya dengan panik.

Sampailah dia pada sebuah perigi. Di tepi perigi, dia nampak seorang lelaki tetapi dia tidak tahu bahawa lelaki itulah yang telah mencuri keldai miliknya. Dia bertanya kepada lelaki itu adakah dia melihat seekor keldai di sekitar tempat itu.

Pencuri itu tidak menjawab, malah dia menangis dan bersimpuh di tepi perigi.

"Mengapa kau menangis?" tanya pemilik keldai kehairanan.

"Dompetku jatuh ke dalam perigi ketika aku menimba air. Jika kau dapat membantuku mengambilnya, aku akan berikan kau seperlima dari wang yang ada dalam dompet itu. Kau akan mendapatkan seperlima dari seratus dinar emas di tanganmu!"

Pemilik keldai pun berfikir, "Wah! Wang itu cukup untuk membeli lebih dari sepuluh keldai! Bila satu pintu tertutup, sepuluh pintu lain akan terbuka."

Dia segera membuka pakaiannya dan turun ke dasar perigi. Sudah pastinya di dalam perigi itu tidak terdapat apa-apa. Dan si pencuri pun melarikan pakaian orang itu.

Moral:
Apabila satu kerugian saja membuatmu amat gelisah, maka kerugian-kerugian lain akan datang kepadamu dengan mudah.




Pelajaran Sang Kodok

Sekelompok kodok sedang berjalan-jalan melintasi hutan,dan dua di antara kodok tersebut jatuh kedalam sebuah lubang. Semua kodok-kodok yang lain mengelilingi lubang tersebut. Ketika melihat betapa dalamnya lubang tersebut,mereka berkata pada kedua kodok tersebut bahwa mereka lebih baik mati. Kedua kodok tersebut tak menghiraukan komentar itu dan mencuba melompat keluar dari lubang itu dengan segala kemampuan yang ada. Kodok yang lainnya tetap mengatakan agar mereka berhenti melompat dan lebih baik mati.

Akhirnya, salah satu dari kodok yang ada di lubang itu mendengarkan kata-kata kodok yang lain dan menyerah. Dia terjatuh dan mati. Sedang kodok yang satunya tetap meneruskan untuk melompat sedapat mungkin. Sekali lagi kerumunan kodok-kodok tersebut berteriak padanya agar berhenti berusaha dan mati saja. Dia bahkan berusaha lebih kuat dan akhirnya berhasil.

Ketika dia sampai diatas, ada kodok yang bertanya, "Apa kau tidak mendengar teriakan kami?". Lalu kodok itu (dengan membaca gerakan bibir kodok yang lain) menjelaskan bahawa ia pekak. Akhirnya kodok2 tesebut sedar bahwa saat di bawah tadi kodok pekak itu menganggap mereka telah memberikan semangat kepadanya.


Renungan :
Kekuatan hidup dan mati ada di lidah. Kekuatan kata-kata yang diberikan pada seseorang yang sedang "jatuh" justeru dapat membuat orang tersebut bangkit dan membantu mereka dalam menjalani hari-hari.

Kata-kata buruk yang diberikan pada seseorang yang sedang "jatuh" dapat membunuh mereka. Hati hatilah dengan apa yang akan diucapkan. Suarakan 'kata-kata kehidupan' kepada mereka yang sedang menjauh dari jalur hidupnya. Kadang-kadang memang sulit dimengerti bahwa 'kata-kata kehidupan' itu dapat membuat kita berfikir dan melangkah jauh dari yang kita perkirakan.

Semua orang dapat mengeluarkan 'kata-kata kehidupan' untuk membuat rakan dan teman atau bahkan kepada yang tidak kenal sekalipun untuk membuatnya bangkit darikeputus-asaanya, kejatuhannya, ataupun kemalangannya.

Sungguh indah apabila kita dapat meluangkan waktu kita untuk memberikan semangat kekuatan bagi mereka yang sedang putus asa dan jatuh.



Pemburu Yang Tamak

Pada satu hari, seorang pemburu telah menangkap seekor burung murai. Dengan perasaan sedih burung murai itu merayu kepada si pemburu.

Burung itu bertanya, " Apa yang ingin engkau lakukan pada diriku?"

Lelaki itu menjawab " Akan aku sembelih engkau dan makan engkau sebagai lauk"

"Percayalah, engkau tidak akan begitu berselera memakanku dan aku tidak akan mengenyangkan engkau. Jangan engkau makan aku, tetapi akan aku beritahu engkau tiga nasihat yang lebih baik dari engkau memakanku "

Si burung berjanji akan memberikan nasihat pertama ketika berada dalam genggaman orang itu. Yang kedua akan diberikannya kalau ia sudah berada di cabang pohon dan yang ketiga ketika ia sudah mencapai puncak bukit.

Terpengaruh dengan rayuan si murai itu, si pemburu pun bersetuju. Lalu dia meminta nasihat pertama. Kata burung itu, "Kalau kau kehilangan sesuatu, meskipun engkau menghargainya seperti hidupmu sendiri, jangan menyesal."

Orang itu pun melepaskannya dan burung itu segera melompat ke dahan. Di sampaikannya nasihat yang kedua, "Jangan percaya kepada segala yang bertentangan dengan akal, apabila tak ada bukti."

Kemudian burung itu terbang ke puncak gunung. Dari sana ia berkata, "Wahai manusia malang! Jika tadi engkau sembelih aku, nescaya engkau akan dapati dalam tubuhku ada dua biji mutiara. Berat setiap mutiara itu adalah dua puluh gram."

Terperanjat sungguh si pemburu itu mendengar kata-kata si burung murai.. Si pemburu berasa dirinya telah tertipu. "Bodohnya aku! Bagaimana aku boleh terlepas peluang yang begitu baik!"

Pemburu itu sangat menyesal memikirkan kehilangannya. Namun katanya, "Setidaknya, katakan padaku nasihat yang ketiga itu!"

Si burung murai menjawab,"Alangkah tololnya kau meminta nasihat ketiga sedangkan yang kedua pun belum kau renungkan sama sekali. Sudah kukatakan padamu agar jangan kecewa kalau kehilangan dan jangan mempercayai hal yang bertentangan dengan akal. Kini kau malah melakukan keduanya. Kau percaya pada hal yang tak masuk akal dan menyesali kehilanganmu. Cuba engkau fikirkan, hai orang yang dungu. Aku, dagingku, darahku dan buluku tidak logik seberat dua puluh gram. Oleh itu, bagaimana mungkin akan ada dalam perutku dua biji mutiara yang masing-masing seberat dua puluh gram? Aku tidak cukup besar untuk menyimpan dua butir mutiara besar! Kau tolol! Oleh kerananya kau harus tetap berada dalam keterbatasan yang disediakan bagi manusia."

Murai menyambung lagi, "Nasihatku yang ketiga adalah, memberi nasihat kepada sedozen bahlul seperti engkau ini adalah seperti menabur benih di tanah usang, tidak akan memberi faedah!"

Kemudian terbanglah si burung murai yang bijak itu meninggalkan si lelaki yang termenung akan ketamakannya itu.


Moral:
Itulah contoh betapa halobanya anak Adam yang jadi kelabu mata dari mengetahui kebenaran.
Jika seseorang menginginkan yang serba banyak atau terlalu panjang angan-angannya atas sesuatu yang lebih, nescaya hilanglah sifat qana' (merasa cukup dengan yang ada). Dan tidak mustahil ia menjadi kotor akibat haloba dan hina akibat rakus sebab kedua sifat itu mengheret kepada pekerti yang jahat untuk mengerjakan perbuatan-perbuatan mungkar, yang merosakkan maruah (harga diri).





Kisah Tiga Budak Hitam.

Tiga orang budak hitam berjalan-jalan di atas pasir di persisiran sebuah pantai. Tiba-tiba seorang dari mereka tertendang sebiji botol. Beliaupun mengambil botol tersebut. Botol tersebut tertutup rapat dengan penutup gabus. Kesemua mereka kehairanan dan tertanya-tanya apa yang ada di dalam botol tersebut. Lalu salah seorang dari mereka pun membukanya. Terbuka sahaja botol tersebut, keluarlah seekor jin yang amat besar.

Jin tersebut ketawa-terbahak-bahak lalu berkata " Siapakah engkau hai manusia yang telah membebaskan aku? Aku telah terkurung dalam botol ini selama 20 tahun. Dalam masa terkurung aku telah bersumpah akan menyempurnakan 3 hajat sesiapa yang membebaskan aku dari botol ini.. Nah! Sekarang kamu semua pintalah apa-apa, akan aku tunaikan permintaanmu"

Ketiga-tiga budak hitam itu mulanya terkejut tetapi bergembira apabila jin tersebut menawarkan untuk menunaikan permintaan mereka. Jin pun berkata kepada budak yang pertama, " Pintalah!" Budak hitam pertama pun berkata . "Tukarkanlah aku menjadi putih supaya aku kelihatan cantik" Jin pun menunaikan permintaannya. Lalu budak itu pun menjadi putih. Jin pun berkata kepada budak hitam kedua,"Pintalah!".

Budak hitam kedua pun berkata ." Tukarkanlah aku menjadi putih dan kelihatan cantik, lebih putih dan cantik daripada budak yang pertama". Jin pun menunaikan permintaannya. Lalu budak itu pun menjadi putih dan cantik lebih daripada budak yang pertama. Jin pun berkata
kepada budak hitam ketiga, "Pintalah!". Budak hitam ketiga pun berkata ."Tukarkanlah aku menjadi putih dan kelihatan cantik, lebih putih dan cantik daripada budak yang pertama dan kedua".

Jin pun berkata. " Tidak, permintaan itu tidak dapat aku perkenankan. Pintalah yang lain..." Budak hitam ketiga kehairanan dan terfikir-fikir apa yang mahu dipintanya.

Setelah lama berfikir, budak hitam ketiga pun berkata " Kalau begitu, aku pinta kau hitamkan kembali rakan aku yang dua orang itu" Lalu jin pun tunaikan permintaannya. Kembalilah asal hitam kedua-duanya. Jin pun berlalu dari situ dan ketiga-tiga mereka tercengang-cengang dan tidak memperolehi sesuatu apa pun.

Moral:
Sikap dengki, cemburu dan irihati seringkali bersarang di hati manusia. Manusia tidak suka melihat orang lain lebih dari mereka dan mengharapkan mereka lebih dari orang lain. Mereka juga suka melihat nikmat orang lain hilang. Sikap ini sebenarnya pada akhirnya merugikan manusia sendiri.



Paku Di Tiang

Beberapa ketika yang silam, ada seorang ikhwah yang mempunyai seorang anak lelaki bernama Mat. Mat membesar menjadi seorang yang lalai menunaikan suruhan agama. Meskipun telah berbuih ajakan dan nasihat,suruhan dan perintah dari ayahnya agar Mat bersembahyang, puasa dan lain-lain amal kebajikan, dia tetap meninggalkannya.Sebaliknya amal kejahatan pula yang menjadi kebiasaannya.

Kaki judi, kaki botol, dan seribu satu macam jenis kaki lagi menjadi kemegahannya. Suatu hari ikhwah tadi memanggil anaknya dan berkata, "Mat, kau ni terlalu sangat lalai dan berbuat kemungkaran. Mulai hari ini aku akan pacakkan satu paku tiang di tengah halaman rumah kita. Setiap kali kau berbuat satu kejahatan,maka aku akan benamkan satu paku ke tiang ini. Dan setiap kali kau berbuat satu kebajikan, sebatang paku akan kucabut keluar dari tiang ini."

Bapanya berbuat sepertimana yang dia janjikan, dan setiap hari dia akan memukul beberapa batang paku ke tiang tersebut. Kadang-kadang sampai berpuluh paku dalam satu hari. Jarang-jarang benar dia mencabut keluar paku dari tiang.

Hari bersilih ganti, beberapa purnama berlalu, dari musim ribut tengkujuh berganti kemarau panjang. Tahun demi tahun beredar.Tiang yang berdiri megah di halaman kini telah hampir dipenuhi dengan tusukan paku-paku dari bawah sampai ke atas. Hampir setiap permukaan tiang itu dipenuhi dengan paku-paku. Ada yang berkarat lepat dek kerana hujan dan panas. Setelah melihat keadaan tiang yang bersusukan dengan paku-paku yang menjijikkan pandangan mata, timbullah rasa malu. Maka dia pun berazamlah untuk memperbaiki dirinya. Mulai detik itu, Mat mula sembahyang. Hari itu saja lima butir paku dicabut ayahnya dari tiang. Besoknyas sembahyang lagi ditambah dengan sunat-sunatnya.Lebih banyak lagi paku tercabut. Hari berikutnya Mat tinggalkan sisa-sisa maksiat yang melekat. Maka semakin banyaklah tercabut paku-paku tadi. Hari demi hari, semakin banyak kebaikan yang Mat lakukan dan semakin banyak maksiat yang ditinggal, hingga akhirnya hanya tinggal sebatang paku yang tinggal melekat di tiang.

Maka ayahnyapun memanggil anaknya dan berkata: "Lihatlah anakku, ini paku terakhir, dan akan aku cabutkannya keluar sekarang. Tidakkah kamu gembira?" Mat merenung pada tiang tersebut, tapi disebalik melahirkan rasa gembira sebagai yang disangkakan oleh ayahnya, dia mula menangis teresak-esak. "Kenapa anakku?" tanya ayahnya, "aku menyangkakan tentunya kau gembira kerana semua paku-paku tadi telah tiada."Dalam nada yang sayu Mat mengeluh, "Wahai ayahku, sungguh benar katamu, paku-paku itu telah tiada,tapi aku bersedih parut - parut lubang dari paku itu tetap kekal ditiang, bersama dengan karatnya."


Moral :
Rakan yang dimuliakan, Dengan dosa-dosa dan kemungkaran yang seringkali diulangi hinggakan menjadi suatu kebiasaan ,kita mungkin boleh mengatasinya, atau secara beransur-ansur menghapuskannya,tapi ingatlah bahawa parut-parutnya akan kekal. Dari itu, bilamana kita menyedaridiri ini melakukan suatu kemungkaran,ataupun sedang diambang pintu habit yang buruk, maka berhentilah serta-merta. Kerana setiap kali kita bergelimang dalam kemungkaran, maka kita telah membenamkan sebilah paku lagi yang akan meninggalkan parut pada jiwa kita, meskipun paku itu kita cabut kemudiannya. Apatah lagi kalau kita biarkan ianya berkarat dalam diri ini sebelum dicabut. Lebih-lebih lagilah kalau dibiarkan berkarat dan tak dicabut.



Kisah Tukang Gunting

Seorang laki-laki bernama Manan datang ke sebuah salon untuk memotong rambut dan janggutnya. Dia pun memulai sedikit perbualan yang hangat dengan tukang gunting yang melayaninya. Berbagai macam topik dibincangkan, hingga akhirnya Tuhan jadi subjek perbualan.

Tukang Gunting: "Encik, saya ini tidak percaya kalau Tuhan itu ada seperti yang encik katakan tadi."

Mendengar ungkapan itu, Manan terkejut dan bertanya, "Mengapa anda berkata demikian?"

"Mudah saja,cuba encik menjengok ke luar tingkap itu dan sedarlah bahwa Tuhan itu memang tidak ada. Tolong jelaskan pada saya, jika Tuhan itu ada, mengapa banyak orang yang sakit? Mengapa banyak anak yang terbiar?. Jika Tuhan itu ada, tentu tidak ada sakit dan penderitaan. Tuhan apa yang mengizinkan semua itu terjadi..." ungkap si tukang gunting dengan nada yang tinggi dan angkuh.

Manan pun berpikir tentang apa yang baru saja dikatakan oleh tukang gunting. Namun, ia sama sekali tidak memberi respon atau jawapan agar perbincangan tersebut tidak menjadi hangat lagi.

Ketika tukang gunting selesai melakukan pekerjaannya, Manan pun berjalan keluar dari kedai tersebut. Baru beberapa langkah, dia bertembung dengan seorang laki-laki berambut panjang dan janggutnya pun lebat. Sepertinya ia sudah lama tidak pergi ke kedai gunting rambut dan itu membuatkannya terlihat tidak kemas.

Manan kembali masuk ke dalam kedai dan kemudian berkata kepada tukang gunting, "Tukang gunting itu sebenarnya tidak adakan sepertimana yang anda kata bahawa Tuhan itu tidak ada!..."

Si tukang gunting pun terkejut dengan perkataan Manan tersebut.

"Bagaimana mungkin mereka tidak ada, buktinya adalah saya. Saya ada di sini dan saya adalah seorang tukang gunting" sanggahnya si tukang gunting.

Manan kembali berkata tegas, "Tidak, mereka tidak ada. kalau mereka ada, tidak mungkin ada orang yang berambut panjang dan berjanggut lebat. Contohnya lelaki di luar itu."

"Ah, anda merepek saja...Tukang gunting selalu ada di mana-mana. Yang terjadi pada lelaki itu adalah bahwa dia tidak mau datang ke kedai saya untuk di gunting rambut dan bercukur." jawabnya tenang sambil tersenyum.

Tegas Manan" "Tepat sekali! Itulah jawapannyanya untuk soalan anda kepada saya tadi. Tuhan itu memang ada. Yang terjadi pada umat manusia itu adalah kerana mereka tidak mau datang mencari dan menemui-Nya. Itulah sebabnya mengapa begitu banyak penderitaan di seluruh dunia ini...."

Mendengar jawapan dari Manan tersebut menyebabkan si tukang gunting diam membisu tidak terkata.


Moral dari kisah diatas:
Dari cerita diatas ini, dapat kita simpulkan bahawa kita sebenarnya lupa akan Allah, tetapi Allah tidak lupa akan kita. Hanya bila kita sakit atau susah barulah kita mengingatiNya sedangkan apabila kita hidup senang dan sihat kita lupa akan kewujudanNya. Renungkanlah seketika. Berapa banyak kalikah kita memujinya pada setiap hari? Dan berapa banyak kalikah kita memuji diri kita dan diri orang lain setiap hari? Dan apabila kita memuji Allah sesudah solat, adakah kita memujiNya dengan bersungguh-sungguh sepertimana kita memuji diri seseorang tokoh



Mimpi Seorang Gadis

Seorang gadis datang menemui Rasulullah dengan tangan kanannya disorokkan ke dalam poket bajunya. Dari raut wajahnya, anak gadis ini sedang menanggung kesakitan yang amat sangat.

Lalu Rasulullah menegurnya. "Wahai anakku, kenapa wajahmu menampakkan kamu sedang kesakitan dan apa yang kamu sorokkan di tanganmu?"

Lalu gadis malanginipun menceritakan hal yang berlaku padanya :- "Ya,Rasulullah, sesungguhnya aku adalah anak yatim piatu. Malam tadi aku telah bermimpi dan mimpiku itu telah membuatkan aku menanggung kesakitan ini." Balas gadis tadi.

"Jika tidak jadi keberatan, ceritakanlah mimpimu itu wahai anakku." Rasulullah mula tertarik dengan penjelasan gadis tersebut.

"Aku bermimpi berjumpa ibuku di dalam neraka. Keadaannya amat menyedihkan. Ibuku meminta diberikan air kerana dia amat dahaga kerana kepanasan api neraka itu hingga peluh tidak sempat keluar kerana kekeringan sekelip mata." Gadis itu berhenti seketika menahan sebak. "Kemudian kulihat ditangan kirinya ada seketul keju dan ditangan kanannya ada sehelai tuala kecil.Beliau mengibas-ngibaskan kedua-dua benda tersebut untuk menghalang api dari membakar tubuhnya. Lantas aku bertanya ibuku, kenapa dia menerima balasan sebegitu rupa sedangkan ketika hidupnya ibuku adalah seorang hamba yang patuh dengan ajaran islam dan isteri yang taat kepada suaminya? Lalu ibuku memberitahu bahawa ketika hidupnya dia amat bakhil. Hanya dua benda itu sahaja iaitu seketul keju dan sehelai tuala kecil pernah disedekahkan kepada fakir. Yang lainnya hanya untuk bermuka-muka dan menunjukkan kelebihan hartanya sahaja.

Lalu aku terus mencari ayahku. Rupanya beliau berada di syurga dan sedang menjamu penghuni syurga dengan makanan yang lazat dan minuman dari telaga nabi. Ayahku memang amat terkenal kerana sikapnya yang dermawan dan kuat beramal. Lalu aku bertanya kepada ayahku. "Wahai ayah, ibu sedang kehausan dan menaggung azab di neraka.Tidakkah ayah ingin membantu ibu sedangkan di dunia kulihat ibu amat mentaatimu dan menurut perintah agama. Lalu dijawab oleh ayahnya. Sesungguhnya beliau dan semua penghuni syurga telah dilarang oleh Allah dari memberi walau setitik air kepada isterinya kerana itu adalah pembalasan untuk kebakhilan yang dilakukan ketika didunia. Oleh kerana kasihan melihat azab yang diterima oleh ibuku, aku lantas menceduk sedikit air mengguna tapak tangan kananku lalu dibawa ke neraka. Belum sempat air tersebut mencecah bibir ibuku, api neraka telah menyambar tanganku sehingga melecur. Seketika itu juga aku tersedar dan mendapati tapak tanganku melecur teruk. Itulah sebabnya aku datang berjumpa engkau ya Rasulullah."

Panjang lebar gadis itu bercerita sambil airmatanya tidak henti-henti mengalir dipipi. Rasulullah kemudian meletakkan tongkatnya ke tapak tangan gadis tersebut lalu menadah tangan, berdoa memohon petunjuk dari Allah. Jika sekiranya mimpi gadis tersebut adalah benar maka disembuhkanlah agar menjadi iktibar kepada beliau dan semua umat islam. Lalu berkat kebesaranNya tangan gadis tersebut sembuh. Rasulullah lantas berkata, "Wahai anakku, pulanglah. Banyakkan bersedekah dan berzikir dan pahalanya kau berikan kepada ibumu.Mudah-mudahan segala dosanya terampun.




Mak Cik Penjual Kerepek

SABTU lalu saya singgah untuk berurusan di sebuah bank di Taman Melawati Kuala Lumpur. Seperti biasa kawasan tersebut sesak dengan kereta disebabkan ada pasar tani yang memang mendapat sambutan ramai dari penduduk sekitar kawasan itu, malah dari tempat lain juga.

Setelah meletak kereta di parkir lebih kurang 500 meter dari bank tersebut, saya keluar untuk memenuhi urusan saya itu.

Di kaki lima bank itu saya melihat orang ramai berkerumun. Tertanya-tanya juga hati saya apa yang berlaku, mungkinkah ada orang pengsan? Atau berlaku rompakan? Mungkin juga kemalangan.

Menghampiri kawasan itu segala pertanyaan terjawab. Rupanya orang ramai yang berhimpun di situ sedang menunggu giliran membeli produk makanan ringan yang dijual oleh seorang warga emas wanita.

Dalam pada mengatur langkah ke arah bank, mata saya melihat keadaan itu dengan lebih jelas. Terlihat oleh pandangan saya Mak cik warga emas itu sedang sibuk melayani pelanggannya.

Saya perhatikan kebanyakan yang singgah, membeli sekurang-kurangnya dua paket kerepek yang dijual dengan harga RM2.00 hingga RM10.00.

Setiap paket kerepek itu dibungkus kemas. Makcik itu yang agak saya berumur lebih kurang 80 tahun duduk bersila di atas simen berlapikkan sehelai kain. Di hadapannya ada beg-beg plastik dipenuhi pelbagai jenis kerepek.

Saya melihat kesayuan pada wajah makcik itu. Sekalipun saya tidak nampak dia tersenyum. Tapi tidak siapa peduli. Bagi mereka bukan senyum mak cik itu yang mendorong mereka berhenti membeli tetapi wajah sayunya.

Mungkin semula jadi wajahnya begitu atau kerana keadaan. Tidak siapa tahu apa sebenarnya! Pun begitu, naluri saya dapat membaca apa yang tersirat di dalam hati makcik itu.

Setiap orang yang berhenti bertanya produk jualannya pasti dilayan dengan baik. Semua yang bertanya saya lihat membeli sekurang-kurangnya satu paket kerepek. Namun apabila makcik itu mengembalikan wang baki, kesemuanya menolak. Saya dapat mendengar salah seorang pelanggan berkata, “Makcik simpanlah baki wang itu, buat belanja.”

Sambil memandang orang yang memberinya, makcik itu mengangguk-anggukkan kepalanya lalu memasukkan duit itu ke dalam sebuah bekas yang ada di atas ribanya.

Sebaik selesai urusan dan melintasi makcik itu saya turut berhenti di hadapannya. Selepas memberi salam dan bertanya khabar, saya bertanya berapa harga satu paket kerepek yang dijualnya.

“Ada RM2.00 ringgit, ada RM5.00 ada juga RM10.00 bergantung kepada besarnya. Nak ke...’’ tanya makcik itu. Suaranya agak gementar.

Saya melihat kedua-dua tangannya berkerut, urat-urat jelas timbul gambaran usianya yang sudah lanjut. Namun dia punya kecekalan. Tubuhnya pada saya masih sihat. Namun kudrat mungkin terbatas.

Memandang wajahnya saya mengangguk. Kemudian memilih dua paket kerepek pisang dan ubi. Seperti orang lain, saya juga tidak mengambil wang baki kerana sesiapa pun yang terpandang akan wajah makcik itu pastinya tidak akan tergamak mengambil semula wang bakinya.

Serentak dengan itu hati saya berperang dengan pelbagai perasaan yang bertukar ganti. Lebih-lebih lagi apabila memikirkan perihal makcik tersebut. Seorang warga emas yang kecil tubuhnya duduk bersila di atas simen menjual makanan ringan sedangkan sepatutnya dia berehat di rumah.

Dalam hati tertanya-tanya lagi, ke mana pergi anak cucu mahupun saudara maranya? Menyedari tidak ada yang menunggu giliran untuk membeli di belakang, saya meluangkan masa berbual singkat dengan makcik itu. Katanya, dia tidak tinggal di kawasan itu tetapi datang dari kawasan lain yang tidak mampu disebutnya. Mungkin tidak ingat atau dia enggan berterus terang.

Saya bertanya tidakkah dia merasa penat menunggu di situ sepanjang hari. Jawapannya, “Makcik sudah biasa... kalau tidak jual ini, macam mana nak cari duit untuk hidup?”

Jawapannya menjadikan saya termenung seketika. Satu jawapan yang bernas. Sayangnya ia lahir dari bibir seorang warga emas yang sepatutnya sedang bersenang lenang di rumah melayani cucu dan cicit.

Naluri saya terus tertanya-tanya mengapa makcik itu dibiarkan melakukan kerja tersebut seorang diri? Adakah kerana dia sendiri rela hati untuk berjual atau sebab terpaksa. Lama mencari jawapan tapi tidak ada yang pasti. Hakikatnya saya yakin makcik itu terpaksa bekerja untuk menyara hidupnya. Itu saja kerja yang mampu dilakukannya bagi menjana kelangsungan hidupnya.

Biarpun urusan di bank telah selesai dan anak-anak juga semakin resah kerana saya masih enggan berganjak dari tempat itu. Berat rasa hati hendak meninggalkan makcik itu.

Entah kenapa saya sering terperangkap dalam keadaan begitu. Hati mudah tersentuh terutama apabila melihat warga emas, wanita dan kanak-kanak yang menjalani kehidupan yang meletihkan. Namun saya bersyukur kerana masyarakat kita amat penyayang dan prihatin. Contohnya seperti yang saya ceritakan, tidak henti-henti orang berhenti membeli.

Saya tidak tahu berapa lama makcik itu sudah berniaga di situ tetapi saya yakin tempat itu bukanlah lokasi baru makcik itu mencari rezeki. Mungkin juga dia telah pergi ke merata tempat yang difikirnya sesuai untuk dia mencari rezeki.

Kawasan sekitar bank itu mungkin antara tempat dia singgah untuk menjual hasil produk jualannya kerana ramai orang lalu lalang.

Apa pun, siapa pun makcik itu, dari mana asalnya, sebagai manusia saya benar-benar tersentuh hati dengan kegigihannya. Saya pasti makcik itu punya semangat dan kekuatan yang hebat untuk melawan kepayahan hidupnya.

Kegigihan makcik itu patut menjadi contoh kepada warga emas lain yang hanya mengharapkan simpati dan belas ihsan untuk terus hidup.

Pada masa yang sama, saya mendoakan kesejahteraan makcik itu dan berharap dalam usia yang semakin meningkat dia tidak akan terus dibelenggu kepayahan untuk mencari rezeki dengan kudrat yang semakin lemah dan kesihatan yang entah sampai bila mampu bertahan.

Saya juga mengharapkan agar satu hari nanti, dalam masa yang terdekat ini, akan ada darah daging makcik itu yang menjenguk dan bertanya khabarnya dan seterusnya membawa dia ke dalam kehidupan yang lebih ceria dan sempurna bagi menghabiskan sisa-sisa hidupnya.

Menutup kata, pesanan saya untuk renungan kita bersama. Hidup ini adalah satu perjuangan yang tidak pernah ada penamatnya. Ia akan berhenti dengan sendiri apabila sampai saat kita di jemput Ilahi. Wallahualam.



Cinta Dan Perkahwinan

Satu hari, Plato bertanya pada gurunya, "Apa itu cinta? Bagaimana saya boleh menemukannya?
Gurunya menjawab,"Ada ladang gandum yang luas di depan sana. Berjalanlah kamu dan tanpa boleh mundur kembali, kemudian ambillah satu saja ranting. Jika kamu menemukan ranting yang kamu anggap paling menakjubkan, ertinya kamu telah menemukan cinta" Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan tangan kosong, tanpa membawa apapun.

Gurunya bertanya, "Mengapa kamu tidak membawa satupun ranting?"

Plato menjawab, "Aku hanya boleh membawa satu saja, dan masa berjalan tidak boleh mundur kembali (berbalik). Sebenarnya aku telah menemukan yang paling menakjubkan, tapi aku tak tahu apakah ada yang lebih menakjubkan lagi di depan sana, jadi tak ku ambil ranting tersebut.

Ketika ku melanjutkan berjalan lebih jauh lagi, baru kusedari bahawasanya ranting-ranting yang ku temukan kemudian tak sebaik dan secantik ranting yang tadi, jadi tak ku ambil sebatang pun pada akhirnya"

Gurunya kemudian menjawab "Jadi itulah yang dikatakan cinta"

Pada hari yang lain, Plato bertanya lagi pada gurunya, "Apa itu perkawinan? Bagaimana saya boleh menemukannya?"

Gurunya pun menjawab "Ada hutan yang subur di depan sana. Berjalanlah tanpa boleh mundur kembali (menoleh) dan kamu hanya boleh menebang satu pohon saja. Dan tebanglah jika kamu menemukan pohon yang paling tinggi, kerana ertinya kamu telah menemukan apa itu perkawinan"

Plato pun berjalan, dan tidak seberapa lama, dia kembali dengan membawa pohon. Pohon tersebut bukanlah pohon yang segar/subur, dan tidak juga terlalu tinggi. Pohon itu biasa-sederhana saja, tidak terlalu lurus batangnya. Gurunya bertanya, "Mengapa kamu memotong pohon yang seperti itu?"

Plato pun menjawab, "Sebab berdasarkan pengalamanku sebelumnya, setelah menjelajah hampir setengah hutan, ternyata aku kembali dengan tangan kosong. Jadi dikesempatan ini, aku lihat pohon ini, dan ku rasa tidaklah buruk sangat, jadi ku putuskan untuk menebangnya dan membawanya ke sini. Aku tidak mau menghilangkan kesempatan untuk mendapatkannya" Gurunya pun kemudian menjawab, "Dan itulah yang dikatakan perkahwinan"


Moral :

Oleh itu carilah cinta dan dapatkan perkahwinan. Kerana kita tidak mungkin memperoleh sebenar seperti yang kita impikan. Hidup ini hanya kesempatan yang sedikit dan sementara. Tidak mungkin akan terpenuhi segala yang kita mahu. Terimalah seadanya apa yang Allah dah tentukan untuk kita



Sang Kancil Dengan Buaya 

Seekor buaya yang sedang berjemur ditebing sungai dengan tiba-tiba telah terhimpit ditimpa batang pokok yang tumbang. Ia pun merintih dan meraung meminta pertolongan. Raungannya itu didengari oleh seekor kerbau yang sedang makan rumput ditebing sungai itu.

Sang kerbau pun datang membantu sibuaya dengan penuh ikhlas dan penuh rasa kasihan. Setelah batang pokok itu diangkat keatas oleh sang kerbau, sang buaya pun terlepas dari himpitan dan dengan tiba-tiba ia terus menggigit kaki sang kerbau. Sang kerbau pun meraung meminta pertolongan dan merayu kepada sang buaya supaya beliau bersikap adil supaya tidak membahamnya kerena beliau telah pun membuat jasa.

Pada masa yang sama ternampaklah mereka akan sebuah tudung saji buruk yang hanyut dibawa arus. Lalu mereka bertanyalah kepada tudung saji itu tentang samaada patutkah sikap sang buaya bersikap sedemikian.

Tudung saji menjawab sang buaya memang patut berbuat sedemikian kerena berdasarkan pengalamannya dia telah dibuang kesungai oleh tuannya apabila keadaannya telah buruk dan telah digantikan dengan tudung saji yang baru. Semasa beliau masih baru dan cantik mereka meletakkan beliau ditempat-tempat yang mulia. Dia digunakan beberapa lama sehingga ia menjadi buruk dan rosak kemudiannya dibuang begitu sahaja. Bakti beliau untuk melindunigi makanan selama ini tidak lagi menjadi perhitungan oleh tuannya untuk mereka disimpan atau dimuliakan lagi.

Oleh itu dia berpendapat adalah adil bagi sang buaya memakan sang kerbau kerena jasa atau budi lama yang lalu sememangnya selalu tidak perlu diambil kira. Tudung saji itu pun terus hanyut. Seketika kelihatan pula tikar buruk yang hanyut terapung dipermukaan air sungai itu. Lalu mereka pun bertanya seperti apa yang ditanyakan kepada tudung saji tadi.

Tikar buruk itu menjawab dengan jawaban yang serupa seperti yang dijawab oleh tudung saji tadi dan dia pun terus hanyut meninggalkan mereka. Sang buaya pun berpuas hati dan mula menarik kerbau itu kedalam air. Tetapi entah macam mana sang kancil telah melewati ditempat kejadian itu dan sang kerbau pun meraung meminta pertolongan.

Sebagai memenuhi permintaan sang kerbau untuk mendapatkan keadilan, sang kancil pun memohon pada sang buaya untuk melakunkan kembali kejadian itu dari mula. Sang buaya bersetuju dan batang pokok tadi pun diletakkan kembali diatas belakangnya.

Sang kancil pun meminta sang kerbau berlalu dari situ dan sang buaya pun ditinggalkan mereka dalam keadaannya kesakitan dihimpit oleh batang pokok seperti keadaan mula-mula tadi. Sambil berjalan sebelum berpisah, sang kancil berpesan pada sang kerbau supaya dilain masa berhati-hati jika hendak memberi pertolongan



Ibarat Semut, Labah-Labah dan Lebah

9:24 PM Posted by Kisah Tauladan

Tiga binatang kecil ini menjadi nama dari tiga surah di dalam Al-Qur'an.An Naml (semut), Al 'Ankabuut (labah-labah), dan An Nahl (lebah).

Semut, menghimpun makanan sedikit demi sedikit tanpa berhenti. Konon, binatang ini dapat menghimpun makanan untuk bertahun-tahun. Padahal usianya tidak lebih dari setahun. Ketamakannya sedemikian besar sehingga ia berusaha - dan seringkali berhasil memikul sesuatu yang lebih besar dari tubuhnya.

Lain lagi huraian Al-Qur'an tentang labah-labah. Sarangnya adalah tempat yang paling rapuh (Al 'Ankabuut; 29:41), ia bukan tempat yang aman, apapun yang berlindung di sana akan binasa. Bahkan jantannya disergapnya untuk dihabiskan oleh betinanya. Telur-telurnya yang menetas saling berdesakan hingga dapat saling memusnahkan. Inilah gambaran yang mengerikan dari kehidupan sejenis binatang.

Akan halnya lebah, memiliki naluri yang dalam bahasa Al-Qur'an - "atas perintah Tuhan ia memilih gunung dan pohon-pohon sebagai tempat tinggal"
(An Nahl;16:68). Sarangnya dibuat berbentuk segi enam bukannya lima atau empat agar efisen dalam penggunaan ruang. Yang dimakannya adalah serbuk sari bunga.

Lebah tidak menumpuk makanan. Lebah menghasilkan lilin dan madu yg sangat manfaat bagi kita. Lebah sangat disiplin, mengenal pembagian kerja, segala yang tidak berguna disingkirkan dari sarangnya. Lebah tidak mengganggu kecuali jika diganggu. Bahkan sengatannya pun dapat menjadi ubat.

Sikap kita dapat diibaratkan dengan berbagai jenis binatang ini. Ada yang berbudaya 'semut'. Sering menghimpun dan menumpuk harta, menumpuk ilmu yang tidak dimanfaatkan. Budaya 'semut' adalah budaya 'aji mumpung'.

Pemborosan, foya-foya adalah implementasinya. Entah berapa banyak juga jenis 'labah-labah' yang ada di sekeliling kita. Yang hanya berfikir: "Siapa yang dapat dijadikan mangsa"

Nabi Shalalahu 'Alaihi Wasallam mengibaratkan seorang mukmin sebagai 'lebah'. Sesuatu yang tidak merusak dan tidak menyakitkan :"Tidak makan kecuali yang baik, tidak menghasilkan kecuali yang bermanfaat dan jika menimpa sesuatu tidak merusak dan tidak pula memecahkannya"

Semoga kita menjadi ibarat lebah. Insya Allah!



Nilai RM 5

Jalan di situ berlopak-lopak besar,terhinjut-hinjut Toyota Corolla Altis 1.8 ini dilambung graviti. Ery duduk di sebelah sudah berapa kali bangun tidur, dengkurnya makin menjadi. Siaran radio sekejap berbunyi, bercampur-campur. Sekejap radio perak, sekejap kedah mengikut lambungan kereta lagaknya.

Aku terpaksa memperlahankan kereta melalui satu perkampungan nelayan yang kotor, beberapa budak-budak kecil dengan muka yang comot dan hingus kering di muka berlari-lari. Seorang daripadanya tidak berseluar langsung, geli.

Ada orang tua berbasikal mengangkat tangan memberi salam. Aku menaikkan cermin kereta, melepaskan rengusan garang.

Ery sudah bangun, mengesat-ngesat mata, menggeliat kasar. Mengeluarkan bunyi seperti kerbau. Perempuan sial, sopannya cuma di depan jantan, tersipu-sipu dan bersimpuh malu. Hipokrit ini cuma tahu bersolek dan berdandan bila mahu keluar, di rumah dia seperti perempuan baru beranak, t-shirt goboh dengan kain pelekat senteng dan rambut usai seperti orang gila, mengeluarkan bau hapak dan masam.

Ada sebuah jeti buruk disitu. Beberapa nelayan baru sampai dari laut disambut peraih-peraih buncit. Memunggah ikan. Ery sudah separuh menggelepar di luar meliar mata mencari Shafik, tunangnya. Aku duduk sahaja di dalam kereta. Aku bencikan pantai hanyir seperti ini.

Beberapa gadis bertudunglabuh lalu dengan menaiki basikal dan memberi senyuman.

Aku menghempas pintu serta merta. Memang benar. Perempuan kolot seperti mereka itu, patut dijerukkan saja di tempat busuk ini.Tolol!

Kemudian, datang seorang tua menghampiri tingkap belakang. Aku sedikit marah, mengetap bibir.

"Nak apa?!"

Dia terketar terkejut, sedikit berundur.

"Assalammualaikum nak, pakcik ambil upah cuci kereta.."

Dia bercakap dengan pandangan yang tumpah ke kakinya, tertib dan seperti takut. Di tangannya ada satu baldi buruk air sabun dengan tuala koyak di bahu. Baju kemeja kusam koyak di poket, cuma dibutang dua menampakkan dadanya yang leper ditolak tulang selangka. Seluar hijau pudar senteng.

Tidak berkasut dengan kuku hitam dan kaki yang reput. Menjijikkan!

"Basuh sajalah, tapi, awas!! Kalau calar kereta aku, tahulah macamana aku nak ajar kau!!"

Berkata sambil meliarkan mata pada Ery yang tengah tersengih-sengih meramas-ramas tangan dengan tunangnya itu. Duduk pula bersimpuh, membelai-belai rambut. Boleh pula kaki yang asyik duduk terkangkang di rumah itu ditutup rapat.

Orang tua itu tertunduk-tunduk mengucap terima kasih. Ah, miskin seperti ini tunduk-tunduk meminta simpati, tiada maruah. Terus saja dia menggosok satu demi satu tayar kereta. Memberus sambil terbatuk-batuk, meludahkan kahak hijau. Pengotor, sial! Aku mengalihkan mata ke pantai.

Peraih berdekah ketawa menepuk-nepuk elakang nelayan kurus itu. Menyerahkan beberapa ringgit. Nelayan itu tersenyum pahit. Menyelitkannya di celah kopiah. Itulah, siapa suruh kecil-kecil tidak mahu belajar pandai-pandai, masuk universiti dan kerja besar. Tidaklah hidup susah seperti itu. Bodoh!!

"Sudah nak!!" Pakcik itu datang setelah 20 minit. Aku sudah malas hendak memandangnya, dan kuhulurkan sahaja RM 5. Aku rasa itu sudah cukup lumayan untuk fakir seperti dia. Cepat-cepatlah dia pergi.

Tapi, sebaliknya dia memegang lama duit itu. Tunduk dan menangis tersedu-sedu. Menambahkan kerut dan mengelap mata dengan hujung kemejanya.

"Kenapa ni? Gila?!"

"Nak, seumur hidup pakcik hidup susah ini, pakcik kerja memetik kelapa, mencuci tandas di restoran, kemudian mencuci kereta, belum pernah pakcik terima upah sebanyak ini. Paling banyak pun hanya seringgit."

Dia bersungguh-sungguh melihat ke dalam mata aku.

Timbul pula sedikit simpati, sedikit sayu. Rasa yang tidak pernah bertakung dalam hati keras aku selama 25 tahun ini. Dia melipat kecil wang itu diikat simpul di dalam sapu tangan biru muda. Pergi dengan terhinggut menangis dengan baldi buruk ke arah sekumpulan nelayan.

Aku memandangnya dengan pandangan kosong. Ini warna kemiskinan, aku tidak pernah lihat. Aku membesar dalam hutan batu, di kota lumpur. Keras diselaput wang kemewahan, kemudian keluar dengan segulung ijazah. Bekerja seperti orang gila untuk duit. Biarlah, kalau aku mahu bantu, ramai lagi di luar sana. Lupakan saja..

Ery memanggil aku dari sebuah kedai makan di situ. Hampir 10 minit aku melayan meluat-melihat Ery yang tersipu-sipu menggagau mee dengan sudu dan garfu. Kemudian, kelibat orang tua itu melintasi kami, menjinjing dua beg besar hitam berisi barang. Hairan, takkanlah dengan wang RM 5 dia boleh membeli barang sebanyak itu. Mustahil. Atau dia memang ada duit tapi, berlagak seperti fakir. Mungkin..

Dengan rasa ragu, aku menghampirinya. Dia memberi senyum lembut dan aku dengan rasa curiga bertanya terus.

" Eh, pakcik. Tadi saya bagi lima ringgit, takkan dapat beli barang sebanyak ini?".

Bunyinya seperti meninggi. Pakcik itu seperti terkejut.

Dia diam dan tunduk seketika. Pahit menelan air liur. Meletakkan dua beg plastik di atas tanah, membukanya satu satu, perlahan-lahan dan terketar.

Aku terkedu. Terkejut dan malu. Pakcik itu mengeluarkan sapu tangan tadi dan membuka simpulannya. Wang aku tadi, masih terlipat kemas.

"Nak, pakcik tahu. Kami ini orang susah, nak. Hidup seperti najis, dibuang dan ditolak-tolak. Kalian pekup hidung melihat kami. Ambillah ini semula. Pakcik juga punya maruah. Kadang-kadang maruah kami lebih tinggi dari kamu orang kaya yang hidup berpura-pura, menipu orang. Harga diri kami masih kuat. Bila anak menyoal pakcik seperti tadi, anak telah memijak harga diri pakcik. Anak seperti menghukum pakcik sebagai orang tua sial yang berpura-pura susah. Ambillah semula, nak."

Pakcik itu meletakkannya di atas tangan aku, dan aku menolak, berkali-kali. Aku sudah menangis, meminta maaf, berkali-kali. Tidak mahu menyentuh langsung wang itu, hingga jatuh di hujung kaki.

"Lihat, itulah tempat duit. Di tapak kaki. Duit itu perlu, tapi jangan sampai ia lebih tinggi dari harga diri. Jangan sampai duit menjadikan kita angkuh dan bongkak. Pakcik ke sana tadi, tempat nelayan memunggah ikan. Pakcik kutip ikan-ikan kembung pecah perut ini yang sudah dibuang ke tepi. Dengan bangkai busuk ini pakcik sambung hidup anak-anak pakcik, jangan sampai kelaparan, jangan mati."

Mendatar sahaja suara orang tua itu berkisar-kisar dengan pukulan ombak. Dia terbatuk-batuk berjalan, meninggalkan aku dengan wang lima ringgit di hujung kaki, dua plastik berisi ikan busuk yang sudah mula dihurung lalat.

Aku terduduk menangis semahu-mahunya. Aku mempunyai wang yang boleh membeli segala kemewahan dunia. cuma aku belum mampu membeli sesuatu yang ada dalam diri orang tua itu.



Moral :

" jika tidak dapat apa yang kita suka, belajarlah utk menyukai apa yang kita dapat " renungkan..






Luahkan Sebelum Terlambat




Kisah ini tentang seorang gadis yang jatuh hati pada teman baiknya yang boleh berkongsi suka dan duka.

Kita gelarkan mereka sebagai Adam dan Farah. Bagaimanapun, Farah tidak pernah meluahkan perasaannya itu, bimbang persahabatan mereka yang sedia terjalin, akan tercalar dengan pengakuan itu.

Pada suatu hari, Adam mendatangi Farah dengan satu dilema. Adam meminati seorang gadis dan meminta pendapat Farah, sama ada dia harus menghantarnya satu kad ucapan. Hati Farah hancur berkecai tetapi dia sembunyikannya. Baginya, kebahagiaan kawan adalah kebahagiaannya jua.

"Adam rasa, dia suka Adam tak?" tanya Farah. "Adam tak pasti, tetapi... mungkin juga," jawab Adam. "Adakah Adam pasti dia belum berpunya?" tanya Farah lagi sambil di dalam hatinya berdoa si gadis pujaan Adam sudah mempunyai teman istimewa. Adam menjawab: "Belum."

"Kalau macam tu, teruskan. Itu cara terbaik untuk mengetahui sama ada dia juga sukakan Adam. Lagipun, siapalah yang mampu menolak lelaki seperti Adam," ujar Farah cuba bergurau dan menyembunyikan perasaannya. Selepas itu, Farah cuba mengorek lebih lanjut daripada teman-temannya dan Adam, siapakah gadis bertuah itu tetapi hampa.

Beberapa hari kemudian, Adam datang lagi. "Perlukah saya membelinya sejambak bunga?" "Ya, Farah tidak pernah terjumpa mana-mana perempuan yang tidak sukakan bunga!" "Bunga apa yang patut Adam berikan?" "Bergantung, kepada apa?" "Bergantung kepada apa jenis bunga yang dia sukakan dan berapa banyak wang yang Adam ada." "Adam tak kisah tentang duit."

"Kalau begitu, belikan dia bunga mawar merah, penjual bunga tentu tahu apa maksudnya." "Adakah penjual bunga boleh mengirimkannya bersama kad ucapan?'' "Ya." "Kenapa Adam tidak memberikannya sendiri." "Tak boleh." "Kenapa pula?" "Adam takut dia tidak sukakan Adam." Farah menjadi bertambah sedih.

Pada suatu hari, ketika sedang mengemas rumahnya, seseorang telah mengetuk pintu. Sebaik pintu dibuka, seorang lelaki penghantar berdiri bersama sejambak bunga mawar merah yang dikepilkan bersama sebuah kad ucapan. Kad itu berbunyi:

"Sudah lama Adam tertarik pada Farah (lelaki mana yang tidak tertarik pada Farah, bukan?) Namun, semakin kita menjadi akrab, Adam dapat melihat kecantikan dalaman Farah sebagaimana kecantikan luaran. Perasaan Adam menjadi lebih mendalam, melebihi seorang kawan tetapi Adam bimbang untuk berterus terang.

"Adam menghargai persahabatan kita lebih dari segala-galanya tetapi Adam mahu Farah tahu, apa yang Adam rasai di dalam. Sekiranya Farah tidak merasakan apa yang Adam rasai, Adam sesungguhnya mengerti. Adam harap, kita masih boleh terus menjadi teman karib dan Adam berjanji, tidak akan membangkitkan perkara ini lagi. Seolah-olah, ini semua tidak pernah berlaku dalam hidup kita, okey? Hubungi Adam. Adam mahu tahu, apa pendapat Farah."

Sudah tentu Farah terus menghubungi Adam dan sejak itu mereka menjadi pasangan sahabat, kekasih dan suami isteri yang bahagia sehingga kini.


MORAL :

Jadi saudara, hidup ini terlalu singkat untuk kita menerawang dan tertanya-tanya apa yang orang lain fikirkan tentang kita. Pejam mata, tetapkan pendirian dan 'go for it'



Keharmonian, Kesedaran Dan Kecintaan Dalam Kehidupan

Apa Salahnya Menangis ?

8:55 PM Posted by Kisah Tauladan

Apa salahnya menangis, jika memang dengan menangis itu manusia menjadi sadar. Sadar akan kelemahan-kelemahan dirinya, saat tiada lagi yang sanggup menolongnya dari keterpurukan selain Allah Swt. Kesadaran yang membawa manfaat dunia dan akhirat. Bukankah kondisi hati manusia tiada pernah stabil? Selalu berbolak balik menuruti keadaan yang dihadapinya. Ketika seseorang menghadapi kebahagiaan maka hatinya akan gembira dan saat dilanda musibah tidak sedikit orang yang putus asa bahkan berpaling dari kebenaran.

Sebagian orang menganggap menangis itu adalah hal yang hina, ia merupakan tanda lemahnya seseorang. Bangsa Yahudi selalu mengecam cengeng ketika anaknya menangis dan dikatakan tidak akan mampu melawan musuh-musuhnya. Para orang tua di Jepang akan memarahi anaknya jika mereka menangis karena dianggap tidak tegar menghadapi hidup. Menangis adalah hal yang hanya dilakukan oleh mereka yang tidak mempunyai prinsip hidup.

Bagi seorang muslim yang mukmin, menangis merupakan buah kelembutan hati dan pertanda kepekaan jiwanya terhadap berbagai peristiwa yang menimpa dirinya maupun umatnya. Rasulullah Saw meneteskan air matanya ketika ditinggal mati oleh anaknya, Ibrahim. Abu Bakar Ashshiddiq ra digelari oleh anaknya Aisyah ra sebagai Rojulun Bakiy (Orang yang selalu menangis). Beliau senantiasa menangis, dadanya bergolak manakala sholat dibelakang Rasulullah Saw karena mendengar ayat-ayat Allah. Abdullah bin Umar suatu ketika melewati sebuah rumah yang di dalamnya ada sesorang sedang membaca Al Qur’an, ketika sampai pada ayat: “Hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan semesta alam” (QS. Al Muthaffifin: 6). Pada saat itu juga beliau diam berdiri tegak dan merasakan betapa dirinya seakan-akan sedang menghadap Robbnya, kemudian beliau menangis. Lihatlah betapa Rasulullah Saw dan para sahabatnya benar-benar memahami dan merasakan getaran-getaran keimanan dalam jiwa mereka. Lembutnya hati mengantarkan mereka kepada derajat hamba Allah yang peka.

Bukankah diantara tujuh golongan manusia yang akan mendapatkan naungan pada hari dimana tiada naungan kecuali naungan Allah adalah orang yang berdoa kepada Robbnya dalam kesendirian kemudian dia meneteskan air mata? Tentunya begitu sulit meneteskan air mata saat berdo'a sendirian jika hati seseorang tidak lembut. Yang biasa dilakukan manusia dalam kesendiriannya justru maksiat. Bahkan tidak sedikit manusia yang bermaksiat saat sendiri di dalam kamarnya seorang mukmin sejati akan menangis dalam kesendirian dikala berdo'a kepada Tuhannya. Sadar betapa berat tugas hidup yang harus diembannya di dunia ini.

Di zaman ketika manusia lalai dalam gemerlap dunia, seorang mukmin akan senantiasa menjaga diri dan hatinya. Menjaga kelembutan dan kepekaan jiwanya. Dia akan mudah meneteskan air mata demi melihat kehancuran umatnya. Kesedihannya begitu mendalam dan perhatiannya terhadap umat menjadikannya orang yang tanggap terhadap permasalahan umat. Kita tidak akan melihat seorang mukmin bersenang-senang dan bersuka ria ketika tetangganya mengalami kesedihan, ditimpa berbagai ujian, cobaan, dan fitnah. Mukmin yang sesungguhnya akan dengan sigap membantu meringankan segala beban saudaranya. Ketika seorang mukmin tidak mampu menolong dengan tenaga ataupun harta, dia akan berdoa memohon kepada Tuhan semesta alam.

Menangis merupakan sebuah bentuk pengakuan terhadap kebenaran. “Dan apabila mereka mendengarkan apa yang diturunkan kepada rasul (Muhammad), kamu lihat mata mereka mencucurkan air mata disebabkan kebenaran (Al Qur’an) yang telah mereka ketahui (dari kitab-kitab mereka sendiri) seraya berkata: “Ya Robb kami, kami telah beriman, maka catatlah kami bersama orang-orang yang menjadi saksi (atas kebenaran Al Qur’an dan kenabian Muhammad)”. (QS. Al Maidah: 83). Ja’far bin Abdul Mutholib membacakan surat Maryam ayat ke-16 hingga 22 kepada seorang raja Nasrani yang bijak. Demi mendengar ayat-ayat Allah dibacakan, bercucuranlah air mata raja Habsyah itu. Ia mengakui benarnya kisah Maryam dalam ayat tersebut, ia telah mengenal kebenaran itu dan hatinya yang lembut menyebabkan matanya sembab kemudian menangis. Raja yang rindu akan kebenaran benar-benar merasakannya.

Orang yang keras hatinya, akan sulit menangis saat dibacakan ayat-ayat Allah. Bahkan ketika datang teguran dari Allah sekalipun ia justru akan tertawa atau malah berpaling dari kebenaran. Sehebat apapun bentuk penghormatan seorang tokoh munafik Abdullah bin Ubay bin Salul kepada Rasulullah Saw, sedikit pun tidak berpengaruh pada hatinya. Ia tidak peduli ketika Allah Swt mengecam keadaan mereka di akhirat nanti, “Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan neraka yang paling bawah. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapatkan seorang penolongpun bagi mereka”. (QS. An Nisa’: 145)

Barangkali di antara kita yang belum pernah menangis, maka menangislah disaat membaca Al Qur’an, menangislah ketika berdo'a di sepertiga malam terakhir, menangislah karena melihat kondisi umat yang terpuruk, atau tangisilah dirimu karena tidak bisa menangis ketika mendengar ayat-ayat Allah. Semoga hal demikian dapat melembutkan hati dan menjadi penyejuk serta penyubur iman dalam dada. Ingatlah hari ketika manusia banyak menangis dan sedikit tertawa karena dosa-dosa yang diperbuatnya selama di dunia. “Maka mereka sedikit tertawa dan banyak menangis, sebagai pembalasan dari apa yang selalu mereka kerjakan”. (QS At Taubah: 82).

Jadi apa salahnya menangis?






Balang Mayonis dan 2 Cawan Kopi




Di dalam sebuah kelas falsafah, seorang profesor berdiri di hadapan dewan kuliah, meja di hadapannya terdapat beberapa barangan. Tanpa sepatah perkataan, kelas bermula dengan beliau mengambil sebuah balang mayonis yang besar dan mengisinya dengan bola golf.

Dia kemudian bertanya kepada para pelajarnya, adakah balang tersebut penuh, dan pelajarnya menjawab "ya!". Profesor kemudian mengambil sekotak batu kerikil halus dan menuangkannya ke dalam balang yang telah dipenuhi bola golf tadi, lantas menggoncang
balang tersebut dengan lembut. Bebatu kerikil mengisi ruangan kosong di antara bola-bola golf. Sekali lagi dia bertanya akan pelajarnya sama ada balang tersebut telah penuh, pelajarnya lantas menjawab "ya..."

Tanpa menjelaskan apa-apa kepada pelajarnya, profesor tersebut lantas mengambil pula sebuah kotak yang berisi pasir dan menuangkannya ke dalam balang tersebut.
Pasir yang dituang mengisi ruangan di antara batu kelikir dan bola golf. Seperti tadi dia bertanya lagi kepada para pelajarnya sama ada balang tersebut telah penuh. Dalam keadaan yang penuh persoalan, rata-rata pelajarnya menjawab "Ya.."

Sejurus selepas itu, profesor itu kemudiannya mengeluarkan dua cawan
kopi dari bawah mejanya dan menuangkan kedua-duanya ke dalam balang yang
telah sedia ada diisi batu golf, batu kerikil dan pasir tersebut. Air kopi mengisi ruangan yang terdapat di antara pasir. Para pelajar mula ketawa dan tersenyum meihat tindakan profesor tersebut.

"Sekarang..." profesor mula bersuara apabila riuh rendah dan gelak ketawa pelajarnya berkurangan. "Saya mahu anda semua menganggap balang ini sebagai kehidupan anda...
Bola-bola golf mewakili perkara penting - Tuhan, keluarga anda, anak-anak, kesihatan anda, kawan-kawan dan semangat anda - Jika anda kehilangan segalanya dan hanya perkara penting ini yang masih anda ada, hidup anda masih penuh. Batu kerikil halus ini pula mewakili perkara-perkara lain seperti kerja anda, rumah atau kereta anda, manakala pasir pula mewakili
perkara-perkara lain, yakni perkara-perkara kecil."

"Jika anda memasukkan pasir ke dalam balang dahulu..." "... anda tidak akan mempunya ruang untuk batu kerikil dan bola golf. Ini sama juga seperti kehidupan anda. Jika anda menghabiskan masa dan tenaga untuk perkara-perkara kecil, anda tidak akan mempunyai ruang untuk perkara yang sebenarnya lebih penting untuk diri anda." "Ambil perhatian untuk perkara yang kritikal untuk kebahagiaan anda.Luangkan masa gembira untuk anak-anak. Sentiasa melakukan pemeriksaan kesihatan, bawa pasangan anda untuk makan malam, yang pasti, anda akan masih ada masa untuk membersihkan rumah atau urusan lain. Sila ambil
berat akan bola golf dahulu - iaitu perkara yang benar-benar penting. Tetapkan keutamaan. Perkara lain cumalah pasir..."

Salah seorang pelajarnya mengangkat tangan dan bertanya apakah pula yang diwakili oleh air kopi. Profesor tersebut tersenyum. "Saya gembira ada yang bertanya. Ianya menunjukkan bahawa tidak kira bagaimana penuh pun kehidupan anda, akan sentiasa ada ruang untuk secawan dua kopi bersama rakan-rakan..."


Moral :

Apabila kehidupan anda seakan terlalu penuh dan tampak sukar untuk diuruskan, apabila 24 jam sehari seperti tidak mencukupi, ingatlah kisah "Balang Mayonis dan 2 cawan kopi ini..."






Cahaya Keinsafan




Peristiwa yang menimpa saya kira-kira dua tahun lalu sering datang meragut ketenangan yang cuba saya pupuk hari demi hari, namun saya sering kecundang. Justeru saya masih belum dapat memaafkan kesalahan yang telah saya lakukan. Kesalahan yang saya sangka ringan, tapi rupanya mendatangkan rasa bersalah yang tak pernah berkesudahan, hinggalah ke hari ini.

Ingin saya paparkan peristiwa yang menimpa diri saya untuk tatapan anda sekalian. Moga dapat dijadikan teladan sepanjang hidup dan dijadikan iktibar, khasnya bagi para isteri solehah sekalian.

Untuk pengetahuan semua, di kalangan sahabat-sahabat dan saudara-mara, saya dianggap sebagai seorang isteri yang baik. Tapi keterlaluan jika dikatakan saya menjadi contoh teladan seorang isteri bekerjaya yang begitu taat berbakti kepada suami. Walaubagaimana penat dan sibuknya sekalipun saya, urusan rumahtangga seperti melayan suami dan menguruskan anak-anak tidak pernah saya abaikan.

Kami dianggap pasangan romantik. Suami saya seorang lelaki yang amat memahami jiwa saya, berlemah-lembut terhadap keluarga, ringan tulang, untuk sama-sama menguruskan rumah bila pulang dari kerja dan lain-lain sifat baik ada pada dirinya. Waktu solat dan waktu makan malam merupakan waktu terbaik untuk mengeratkan ikatan kekeluargaan dengan solat berjemaah dan makan bersama. Pada waktu inilah biasanya suami saya akan memberi tazkirah dan peringatan kepada kami agar menjadi hamba yang bertaqwa.

Dari sudut layanan seorang isteri terhadap suami, saya amat memahami akan kewajipan yang harus saya tunaikan. Itulah peranan asas seorang isteri terhadap suaminya. Allah menciptakan Hawa semata-mata untuk melayan Adam dan menghiburkannya. Meskipun syurga dipenuhi dengan kekayaan dan kemewahan, namun tidak mampu mengisi jiwa Adam yang kosong melainkan dengan diciptakan Hawa.

Oleh itu saya menganggap tugas mengurus rumahtangga, mengurus anak-anak dan bekerja di pejabat adalah tugas nombor dua setelah tugas pertama dan utama, iaitu melayani suami. Sebagai seorang yang juga sibuk di pajabat, adakalanya rasa penat dan letih menghambat sehingga saya pulang ke rumah.

Tapi saya bersyukur kerana suami amat memahaminya. Berkat tolong menolong dan bertolak ansur, hal tersebut tidak pernah menjadi masalah dalam rumahtangga kami. Bahkan, ia menumbuhkan rasa kasih dan sayang antara satu sama lain kerana masing-masing dapat menerimanya dan mengorbankan kepentingan masing-masing.

Sehinggalah tiba pada suatu hari yang mana pada hari itu datang ketentuan Allah swt yang tidak dapat diubah oleh sesiapupun. Hari itu merupakan hari bekerja, agenda saya di pejabat amat sibuk. Bertemu dengan beberapa orang pelanggan dan menyelesaikan beberapa tugasan yang perlu disiapkan pada hari itu juga. Pukul lima petang saya bersiap-siap untuk pulang ke rumah, penat dan letih tak dapat digambarkan.

Apabila sampai di rumah, saya lihat suami telah pulang dari pejabat. Dia telah membersihkan diri dan sedang melayan anak-anak, bermain dan bergurau senda. Dia kelihatan sungguh gembira pada petang itu. Saya begitu terhibur melihat telatah mereka, kerana suasana seperti itu jarang berlaku pada hari bekerja. Maklumlah, masing-masing penat.

Suami sedar saya amat penat pada hari itu, oleh itu dia meminta saya agar tidak memasak. Sebaliknya dia mencadangkan agar kami makan di sebuah restoran makanan laut di pinggir bandar pada malam itu. Dengan senang saya dan anak-anak menyetujuinya. Kami pulang ke rumah agak lewat, kira-kira jam sebelas malam. Apa tidaknya, kami berbual panjang ketika makan, bergurau senda dan usik mengusik, seperti tiada lagi hari esok. Selain anak-anak, suami sayalah orang yang kelihatan paling gembira dan paling banyak modal untuk dicakapkan pada malam itu.

Hampir jam dua belas malam barulah masing-masing merebahkan diri di katil. Anak-anak yang kekenyangan segera mengantuk dan lelap. Saya pun hendak melelapkan mata, tapi belaian lembut tangan suami mengingatkan saya agar tidak tidur lagi. Saya cuba gagahkan diri melayaninya, tapi hati saya hanya separuh saja yang jaga, separah lagi tidur. Akhirnya saya berkata kepadanya sebaik dan selembut mungkin, “Abang, Zee terlalu penat la", lalu menciumnya dan memberi salam sebagai ucapan terakhir sebelum tidur. Sebaliknya, suami saya terus merangkul tubuh saya. Dia berbisik kepada saya bahawa itu adalah permintaan terakhirnya. Namun kata-katanya itu tidak meresap ke dalam hati saya kerana saya telah berada di alam mimpi. Suami saya perlahan-lahan melepaskan rangkulannya.

Keesokannya di pejabat, perasaan saya agak tidak menentu, seperti ada perkara yang tidak selesai. Saya menelefon suami, tapi tak berjawab. Sehinggalah saya dapat penggilan yang tidak dijangka sama sekali, panggilan dari pihak polis yang menyatakan suami saya terlibat dalam kemalangan dan saya dikehendaki datang segera ke hospital.

Saya bergegas ke hospital, tapi segalanya sudah terlambat. Allah lebih menyayangi suami saya dan saya tidak sempat bertemunya. Meskipun redha dengan pemergiannya, namun perasaan terkilan dan bersalah tidak dapat dikikis dari hati saya kerana tidak melayaninya pada malam terakhir kehidupannya di dunia ini dan di sisi saya.

Hakikatnya, itulah pahala terakhir untuk saya sebagai seorang isteri, dan yang lebih saya takuti sekiranya dia tidak redha terhadap saya pada malam itu dan saya tidak berpeluang lagi untuk meminta maaf daripadanya. Sabda Rasulullah saw, “Demi Allah yang jiwaku di tanganNya, tiada seorang suami yang mengajak isterinya tidur, tiba-tiba ditolak oleh si isteri, maka Malaikat yang di langit akan murka kepada isterinya itu sehinggalah dimaafkan oleh suaminya”.

Sehingga kini, setiap kali saya terkenang kepada arwah suami saya, air mata saya tetap akan mengalir ke pipi. Saya akan bermunajat dan memohon keampunan daripada Allah. Hanya satu cara saya fikirkan untuk menebus dosa saya itu, iaitu dengan mendidik anak-anak agar menjadi mukmin yang sejati. Agar pahala amalam mereka akan mengalir kepada ayah mereka, suami saya. Hanya itulah khidmat yang dapat saya berikan sebagai isterinya. Itulah harapan saya, semoga Allah memperkenankannya…..Amin…



Kasih Si Kecil

10:32 PM Posted by Kisah Tauladan

Seekor anak kucing yang kecil mungil sedang berjalan-jalan di ladang pemiliknya. Ketika dia mendekati kandang kuda, dia mendengar binatang besar itu memanggilnya. “Kamu mesti masih baru di sini, cepat atau lambat kamu akan mengetahui bahawa pemilik ladang ini mencintai saya lebih dari binatang lainnya. Kerana saya mampu mengangkut banyak barang untuknya, saya kira binatang sekecil kamu tidak akan bernilai sama sekali baginya”, ujarnya dengan sinis.

kucing kecil itu menundukkan kepalanya dan pergi. Tapi, dari kandang sebelah, ia mendengar suara seekor lembu. “Saya adalah binatang yang paling terhormat di sini sebab puan di sini membuat keju dan mentega dari susu saya. Kamu tentu tidak berguna bagi keluarga di sini”, dengan nada mencemuh.

Belum lagi kesedihannya hilang, ia mendengar teriakan biri-biri. “Hai lembu, kedudukanmu tidak lebih tinggi dari saya. Aku memberi bulu kepada pemilik ladang ini. Saya memberi kehangatan kepada seluruh keluarga. Tapi kata-katamu soal kucing kecil itu, memang benar. Dia sama sekali tidak ada manfaatnya di sini.”

Satu demi satu binatang di situ ikut serta dalam pencemuhan itu, sambil menceritakan betapa tingginya kedudukan mereka di ladang itu. Ayam pun berkata bagaimana dia telah memberikan telur, Semua binatang sepakat kalau si kucing kecil itu adalah makhluk tak berguna dan tidak sanggup memberikan sumbangan apapun kepada keluarga itu.

Terpukul oleh kecaman binatang-binatang lain, kucing kecil itu pergi ke tempat sepi dan mulai menangis menyesali nasibnya. Sedih rasanya, sudah yatim piatu, dianggap tak berguna, disingkirkan dari pergaulan pula…
Ada seekor kucing tua di situ mendengar tangisan tersebut, lalu mendengar keluh kesah si kucing kecil itu. “Saya tidak dapat memberikan sumbangan kepada keluarga di sini, sayalah haiwan yang paling tidak berguna di sini…”
Terharu, kucing tua berkata, “Memang benar bahwa kamu terlalu kecil untuk menarik pedati. Kamu tidak berupaya memberikan telur, susu ataupun bulu. Tetapi bodoh sekali jika kamu menangisi sesuatu yang tidak mampu kamu lakukan. Kamu harus menggunakan kemampuan yang diberikan oleh Tuhan untuk membawa kegembiraan.”
Malam itu ketika pemilik ladang baru pulang dan kelihatan amat lelah Kerana perjalanan jauh di panas terik matahari, kucing kecil itu lari menghampirinya, menjilat kakinya dan melompat ke pelukannya. Sambil menjatuhkan diri ke tanah, pemilik ladang dan kucing kecil itu berguling-guling di rumput disertai tawa ria.
Akhirnya pemilik ladang itu memeluk dia erat-erat dan mengelus-elus kepalanya, dan berkata, “Meskipun saya pulang dalam keadaan letih, tapi rasanya semua jadi sirna, bila kau menyambutku semesra ini. Kamulah yang paling berharga di antara semua binatang di ladang ini. Kamu kecil, tapi sangat mengerti ertinya kasih…”

Moral:

Jangan sedih ketika kamu tidak dapat melakukan sesuatu seperti orang lain Kerana memang tidak memiliki kemampuan untuk itu. Tetapi apa yang kamu dapat lakukan, kerjakan itu dengan sebaik-baiknya. Dan jangan sombong jika kamu merasa banyak melakukan beberapa hal pada orang lain, karena orang yang tinggi hati akan direndahkan dan orang yang rendah hati akan ditinggikan. Selalu begitu.

Hargai Air Mata Wanita

9:37 PM Posted by Kisah Tauladan

Seorang anak laki-laki kecil bertanya kepada ibunya "Mengapa engkau menangis?"
"Karena aku seorang wanita", kata sang ibu kepadanya.

"Aku tidak mengerti", kata anak itu.

Ibunya hanya memeluknya dan berkata, "Dan kau tak akan pernah mengerti"

Kemudian anak laki-laki itu bertanya kepada ayahnya, "Mengapa ibu suka menangis tanpa alasan?"

"Semua wanita menangis tanpa alasan", hanya itu yang dapat dikatakan oleh ayahnya.

Anak laki-laki kecil itu pun lalu tumbuh menjadi seorang laki-laki dewasa, tetap ingin tahu mengapa wanita menangis.

Akhirnya ia menghubungi Tuhan, dan ia bertanya, "Tuhan, mengapa wanita begitu mudah menangis?"

Tuhan berkata:
"Ketika Aku menciptakan seorang wanita, ia diharuskan untuk menjadi seorang yang istimewa. Aku membuat bahunya cukup kuat untuk menopang dunia; namun, harus cukup lembut untuk memberikan kenyamanan "

"Aku memberikannya kekuatan dari dalam untuk mampu melahirkan anak dan menerima penolakan yang seringkali datang dari anak-anaknya "

"Aku memberinya kekerasan untuk membuatnya tetap tegar ketika orang-orang lain menyerah, dan mengasuh keluarganya dengan penderitaan dan kelelahan tanpa mengeluh "

"Aku memberinya kepekaan untuk mencintai anak-anaknya dalam setiap keadaan, bahkan ketika anaknya bersikap sangat menyakiti hatinya " "Aku memberinya kekuatan untuk mendukung suaminya dalam kegagalannya dan melengkapi dengan tulang rusuk suaminya untuk melindungi hatinya "

"Aku memberinya kebijaksanaan untuk mengetahui bahwa seorang suami yang baik takkan pernah menyakiti isterinya, tetapi kadang menguji kekuatannya dan ketetapan hatinya untuk berada disisi suaminya tanpa ragu "

"Dan akhirnya, Aku memberinya air mata untuk diteteskan.

Ini adalah khusus miliknya untuk digunakan kapan pun ia butuhkan."

"Kau tahu:
Kecantikan seorang wanita bukanlah dari pakaian yang dikenakannya, sosok yang ia tampilkan, atau bagaimana ia menyisir rambutnya."

"Kecantikan seorang wanita harus dilihat dari matanya, karena itulah pintu hatinya - tempat dimana cinta itu ada."









Mawar Oh Mawar




Suatu ketika dulu, ada seorang pemuda yang mempunyai tunas mawar. Ia ingin sekali menanam mawar itu di kebun di belakang rumahnya. Bergegas, disiapkannya pasu kecil tempat mawar itu akan tumbuh berkembang. Dipilihnya pasu yang terbaik, dan diletakkan pasu itu di sudut yang cukup mendapat sinar matahari. Ia berharap, tunas ini dapat tumbuh dengan sempurna.

Disiraminya bibit mawar itu setiap hari. Dengan tekun, dirawatnya pohon itu. Tak lupa, jika ada rumput yang mengganggu, segera dicabutnya agar terhindar dari kekurangan makanan. Beberapa waktu kemudian, mulailah tumbuh kuncup bunga itu. Kelopaknya nampak mulai merekah, walau warnanya belum terlihat sempurna. Pemuda ini pun gembira, kerja kerasnya mulai membuahkan hasil.

Diselidikinya bunga itu dengan hati-hati. Ia nampak hairan sebab tumbuh pula duri-duri kecil yang menutupi tangkai-tangkainya. Ia kesal mengapa duri-duri tajam itu muncul bersamaan dengan merekahnya bunga yang indah ini. Tentu, duri-duri itu akan menganggu keindahan mawar-mawar miliknya.

Sang pemuda berkata dalam hati, "Mengapa dari bunga seindah ini, tumbuh banyak sekali duri yang tajam? Tentu hal ini akan menyulitkanku untuk merawatnya nanti. Setiap kali kurapikan, selalu saja tanganku terluka. Selalu saja ada ada bahagian dari kulitku yang tergores. Ah! Pekerjaan ini hanya membuatku sakit. Aku tak akan membiarkan tanganku berdarah kerana duri-duri penganggu ini."

Lama kelamaan, pemuda ini nampak enggan untuk memperhatikan mawar miliknya. Ia mulai tak peduli. Mawar itu tak pernah disirami lagi setiap pagi dan petang. Dibiarkannya rumput-rumput yang menganggu pertumbuhan mawar itu. Kelopaknya yang dahulu mulai merekah, kini kelihatan merona sayu. Daun-daun yang tumbuh di setiap tangkai pun mulai jatuh satu-persatu. Akhirnya, sebelum berkembang dengan sempurna, bunga itu pun layu dan kering.



Moral :

Teman, kisah tadi memang sudah selesai. Tapi, ada ada satu pesan yang dapat kita raih didalamnya. Jiwa manusia, adalah juga seperti kisah tadi. Di dalam setiap jiwa, selalu ada 'mawar' yang tertanam. Tuhan yang menitipkannya kepada kita untuk dirawat. Tuhanlah yang meletakkan kemuliaan itu di setiap kalbu kita. Layaknya taman- taman berbunga, sesungguhnya di dalam jiwa kita, juga ada tunas mawar dan duri yang akan merekah.

Namun sayang, banyak dari kita yang hanya melihat "duri" yang tumbuh. Banyak dari kita yang hanya melihat sisi buruk dari kita yang akan berkembang. Kita sering menolak diri kita sendiri. Kita kerap kecewa dengan diri kita dan tak mahu menerimanya. Kita berfikir bahawa hanya hal-hal yang melukakan yang akan tumbuh dari kita. Kita menolak untuk "menyirami" hal-hal baik yang sebenarnya telah ada. Dan akhirnya, kita kembali kecewa, kita tak pernah memahami potensi yang kita miliki.

Banyak orang yang tak menyangka, mereka juga sebenarnya memiliki mawar yang indah di dalam jiwa. Banyak orang yang tak menyedari, adanya mawar itu. Kita, kerap disibukkan dengan duri-duri kelemahan diri dan onak-onak kepesimisan dalam hati ini. Orang lain lah yang kadang-kadang harus menunjukkannya.

Teman, jika kita dapat menemui "mawar-mawar" indah yang tumbuh dalam jiwa itu, kita akan dapat mengabaikan duri-duri yang muncul. Kita, akan terpacu untuk membuatnya merekah, dan terus merekah hingga berpuluh-puluh tunas baru akan muncul. Pada setiap tunas itu, akan berbuah tunas-tunas kebahagiaan, ketenangan, kedamaian, yang akan memenuhi taman-taman jiwa kita. Kenikmatan yang terindah adalah saat kita berhasil untuk menunjukkan diri kita tentang mawar-mawar itu, dan mengabaikan duri-duri yang muncul.
Semerbak harumnya akan menghiasi hari-hari kita. Aroma keindahan yang ditawarkannya, adalah layaknya ketenangan air telaga yang menenangkan kegundahan hati. Mari, kita temui "mawar-mawar" ketenangan, kebahagiaan, kedamaian itu dalam jiwa-jiwa kita. Mungkin, ya, mungkin, kita akan juga berjumpa dengan onak dan duri, tapi janganlah itu membuat kita berputus asa. Mungkin, tangan-tangan kita akan tergores dan terluka, tapi janganlah itu membuat kita bersedih nestapa.
Teman, biarkan mawar-mawar indah itu merekah dalam hatimu. Biarkan kelopaknya memancarkan cahaya kemuliaan-Nya. Biarkan tangkai-tangkainya memegang teguh harapan dan impianmu. Biarkan putik-putik yang dikandungnya menjadi bibit dan benih kebahagiaan baru bagimu. Sebarkan tunas-tunas itu kepada setiap orang yang kita temui, dan biarkan mereka juga menemukan keindahan mawar-mawar lain dalam jiwa mereka. Sampaikan salam-salam itu, agar kita dapat menuai bibit-bibit mawar cinta itu kepada setiap orang, dan menumbuh-kembangkannya di dalam taman-taman hati kita

Si Buta dan Si Gajah

9:12 PM Posted by Kisah Tauladan

Dalam suatu negeri terdapat sekumpulan orang buta. Mereka mendengar berita satu sarkis datang ke tempatnya dengan membawa bersama seekor haiwan ajaib bernama gajah. Naluri ingin tahu mereka melonjak kerana selama ini mereka belum pernah melihat rupa atau mengenalinya bahkan nama gajah pun mereka belum pernah dengar.

Kata sepakat diambil untuk menghantar wakil ke tempat itu. Salah seorang berkata, "Meskipun kita buta tapi kita masih boleh mengenalinya dengan cara meraba."

Perwaklilan yang dilantik terus ke tempat itu. Sebaik saja sampai, masing-masing terus memainkan peranan. Ada yang terpegang kaki gajah, ada yang terpegang gading dan sebahagian lain memegang telinga gajah.

Setelah puas meraba, mereka pun kembali ke kampungnya. Mereka dihujani dengan pelbagai pertanyaan oleh orang-orang buta yang tidak pergi dan ingin mengetahui bentuk gajah ajaib itu.

Orang yang terpegang kaki gajah mengatakan gajah itu seperti tiang besar, kesat tapi lembut pada sentuhan. Kenyataan ini dibantah keras oleh orang yang terpegang gajah pada gading. Dia mengatakan gajah tidak kesat, tidak lembut dan jauh sekali dari berbentuk seperti tiang seperti yang dilaporkan oleh orang pertama tu, sebaliknya katanya gajah keras dan licin dan hanya sebesar galah saja.

Kenyataan ini disanggah oleh pelapor ketiga yang memegang gajah pada telinga. Dia bersetuju dengan pelapor pertama yang mengatakan gajah itu kesat dan lembut tetapi tidak bersetuju bentuknya seperti tiang atau galah. Dia menegaskan bahawa gajah itu kesat, lembut dan saiznya hanya seperti kulit terkembang yang tebal sebesar dulang.

Orang-orang buta lain yang ingin mendengar cerita mengenai bentuk gajah itu melopong kebingungan.

Moral:

* Naluri ingin tahu yang ada pada setiap orang mendorong mereka untuk menyelidik
* Penggunaan satu deria saja tidak memadai untuk mengetahui sesuatu fakta secara syumul dan terperinci
* Pendapat seseorang mengenai sesuatu perkara adalah betul dari satu persepsi/sudut saja
* Penguasaan ilmu perlu menggunakan teknik gabungan pelbagai media dan juga melalui 'brainstorming'
* Jangan lekehkan pandangan orang lain kerana ia adalah betul dari sudut pandangannya
* Melekehkan pendapat orang menyekat diri kita dari menguasai ilmu secara global
* Dapatkan fakta atau maklumat mengenai sesuatu dari banyak sumber dan cara
* Maklumat yang diperolehi secara 'second-hand' belum dapat dipastikan kesahihan; jauh sekali untuk dijadikan dalil atau hujah.






Esoklah




Kisah untuk renungan bersama... Katakan sekarang... jgn tunggu sampai esok... Pada suatu tempat, hiduplah seorang anak. Dia hidup dalam keluarga yang bahagia, dengan orang tua dan sanak keluarganya. Tetapi, dia selalu menganggap itu sesuatu yang wajar saja. Dia terus bermain, mengganggu adik dan kakaknya, membuat masalah bagi orang lain adalah kesukaannya.

Apabila dia menyedari akan kesalahannya dan mahu minta maaf, dia selalu berkata,"Tidak apa-apa, besok kan boleh." Sesudah besar, dia amat suka kesekolah. Dia belajar, mendapat teman, dan sangat bahagia. Tetapi, dia anggap itu wajar-wajar saja. Semua begitu saja dijalaninya sehingga dia anggap semua sudah sewajarnya. Suatu hari, dia berkelahi dengan teman baiknya. Walaupun dia tahu itu salah, tapi tidak pernah mengambil inisiatif untuk minta maaf dan berbaik dengan teman baiknya. Alasannya, "Tidak apa-apa, besok kan boleh."

Ketika meningkat remaja, teman baiknya tadi bukanlah temannya lagi. Walaupun dia sering melihat temannya itu, tapi mereka tidak pernah saling tegur. Baginya itu bukanlah masalah, kerana dia masih punyai ramai teman baik yang lain. Dia dan teman-temannya melakukan segala sesuatu bersama-sama, main, jalan-jalan dan macam2 lagi. Ya, mereka semua teman-temannya yang paling baik.

Setelah lulus, kerja membuatkannya menjadi sibuk. Dia bertemu seorang gadis yang sangat cantik dan baik. Gadis itu kemudian menjadi teman wanitanya.Dia begitu sibuk dengan kerjanya, kerana dia ingin di naikkan pangkat ke posisi paling tinggi dalam waktu yang sesingkat mungkin.

Tentu, dia rindu untuk bertemu teman-temannya. Tapi dia tidak pernah lagi menghubungi mereka, bahkan selalu lewat menelefon mereka. Dia selalu berkata, "Ah, aku penat, besok saja aku hubungi mereka." Ini tidak terlalu mengganggu dia kerana dia punyai teman-teman sekerja selalu mahu apabila diajak keluar.

Jadi, waktu pun berlalu, dia lupa sama sekali untuk menelefon teman-temannya. Setelah dia berkahwin dan mempunyai anak, dia bekerja lebih kuat untuk memberi kebahagiaan pada keluarganya. Dia tidak pernah lagi membeli bunga untuk isterinya, atau pun mengingati hari lahir isterinya dan juga hari perkahwinan mereka. Itu tidak mendatangkan masalah baginya, kerana isterinya selalu mengerti, dan tidak pernah menyalahkannya.

Kadang-kadang dia merasa bersalah dan ingin punyai kesempatan untuk mengatakan pada isterinya "Aku cinta pada mu", tapi dia tidak pernah melakukannya. Alasannya, "Tidak apa-apa, saya pasti besok saya akan mengatakannya."

Dia tidak pernah bersama di majlis harijadi anak-anaknya, tapi dia tidak tahu ini akan mempengaruhi anak-anaknya. Anak-anak mulai menjauhkan diri darinya, dan tidak pernah menghabiskan waktu mereka bersama dengan ayahnya.

Suatu hari, isterinya ditimpa kemalangan, isterinya dilanggar lari. Ketika kejadian itu, dia sedang ada mesyuarat. Kemalangan itu adalah serius dan dia tidak sedar bahawa kemalangan itu bakal menjemput isterinya menemui yang maha mencipta. Belum sempat dia berkata "Aku cinta pada mu", isterinya telah meninggal dunia. Remuk hatinya apabila ini berlaku dan dia cuba menghiburkan diri bersama anak-anaknya setelah kematian isterinya.

Tapi, dia baru sedar bahawa anak-anaknya tidak mahu berkomunikasi dengannya. Apabila anak-anaknya dewasa dan membina keluarga masing-masing. Tidak ada yang peduli pada orang tua ini, yang di masa lalunya tidak pernah meluangkan waktunya untuk mereka.
Masa berjalan begitu pantas, orang tua ini tinggal di rumah jagaan yang terbaik, yang menyediakan pelayanan sangat baik. Dia menggunakan wang yang disimpannya dari mula untuk perayaan ulang tahun perkahwinan ke 50, 60,dan 70. Pada asal tujuan wang itu adalah untuk digunakan pergi bercuti ke Hawaii, New Zealand, dan negara-negara lain bersama isterinya,
tapi kini terpaksa digunakan untuk membayar biaya tinggal di rumah jagaan tersebut. Sejak dari itu sehinggalah dia meninggal, hanya ada orang-orang tua dan penjaga yang merawatnya. Dia merasa sangat kesepian, perasaan yang tidak pernah dia rasakan sebelumnya.
Semasa dia hendak meninggal, dia memanggil seorang penjaga dan berkata kepadanya, "Ah, jika aku menyedari perkara ini dari dulu..." Kemudian perlahan ia menghembuskan nafas terakhir. Dia meninggal dunia dengan airmata dipipinya.

MORAL :
Apa yang saya ingin katakan pada kawan-kawan dan juga pada diri saya sendiri, waktu itu tidak pernah berhenti. Anda terus maju dan maju,sebelum benar-benar menyedari, anda ternyata telah maju terlalu jauh.
Jika anda pernah bertengkar, segera berbaik antara satu sama lain !
Jika anda merasa ingin mendengar suara teman anda, jangan ragu-ragu untuk menelefonnya segera.
Akhir sekali, tapi yang paling penting, jika anda merasa ingin mengatakan pada seseorang bahawa anda sangat sayang pada dia, jangan tunggu sampai terlewat. Jika anda terus berfikir bahawa masih ada lain hari baru anda akan memberitahu dia, hari itu tidak pernah akan datang.
Jika anda selalu fikir bahawa besok akan datang, maka "besok" akan pergi
sungguh dengan begitu cepat hingga anda baru sedar bahawa waktu telah tinggalkan anda







Ibu…Bidadari Di Rumahmu.




Seorang bayi bersiap untuk dilahirkan ke dunia. Dia berkata pada dirinya sendiri: “ para malaikat mengatakan bahawa esok aku akan dikirimkan ke dunia, tetapi bagaimana aku boleh hidup di sana? Aku begitu kecil dan lemah?”

Tiba terdengar suatu suara: “ Jangan bimbang. Aku telah memilih seorang bidadari untukmu. Dia akan menjaga dan mengasihi kamu di sana.”

Bagaimanapun bayi itu merasa bimbang dan takut untuk menghadapi dunia yang amat asing baginya.

“Di sini – surga – apa yang aku lakukan hanyalah menyanyi dan ketawa sepanjang hari. Ini sudah cukup bagi aku untuk berasa bahagia,” kata bayi itu dalam nada yang cukup sedih.

“ Jangan kamu bimbang. Bidadarimu akan menyanyi, sentiasa tersenyum dan menjagamu sepanjang masa. Dan kamu akan merasa kehangatan cintanya. Dengan semua itu kamu akan lebih bahagia daripada di sini,” terdengar sekali lagi suara tadi.

“Tapi bagaimana aku akan mengerti apa yang dibicarakan oleh bidadariku jika aku tidak memahami bahasanya?” tanya bayi itu separuh merintih.

“Bidadarimu akan berbicara kepada mu menggunakan bahasa lembut yang paling indah pernah kamu dengar. Dan dengan penuh kesabaran dan perhatian, dia akan mengajarkan kamu cara berbicara,” Berkata suara itu lagi.

Bayi itu masih tidak puas hati, dia terus juga bertanya: “aku mendengar bahawa di dunia banyak orang jahat. Siapa yang akan melindungi aku?”

“Bidadarimu akan memberikan perlindungan dengan sepenuh jiwa raganya,” balas suara itu.

“Tetapi aku pasti akan merasa sedih kerana meninggalkan tempat yng begini indah,” rintih bayi itu lagi.

Bidadarimu akan menceritakan kepadamu segala-galanya. Dia akan mengajar kamu segala-galanya. Dia akan mengajar kamu segala ilmu yang ada. Jangan bimbang kerana bidadarimu sanggup mengorbankan segalanya untukmu. Padanya, kamu adalah segala-galanya!

Di saat itu suasana menjadi begitu tenang dan perlahan-lahan bayi itu bertanya lagi: “jika aku harus pergi sekarang, bolehkah diberitahu siapakah bidadari itu?
“Kamu akan memanggil bidadari bidadari itu…IBU!”


Moral :

Ingatlah! Curahkan sepenuh kasih sayang kepada ibumu, berdoalah untuknya dan cintailah dia sepanjang hayat.






Nilai Sepuluh Ringgit




Seorang bapa pulang ke rumah dalam keadaan letih disambut oleh anak lelakinya yang berusia tujuh tahun di muka pintu.

“Ayah, boleh tak Amin tanya satu soalan?”

“Ya, nak tanya apa?”

“Berapa pendapatan ayah sejam?”

“Itu bukan urusan kamu. Buat apa nak sibuk tanya?”

“Amin saja nak tahu ayah. Tolonglah bagi tahu berapa ayah dapat sejam bekerja di pejabat?”

“20 ringgit sejam.”

“Oh…” kata si anak sambil tunduk menekur lantai. Kemudian memandang wajah ayahnya semula sambil bertanya, “Ayah….boleh tak Amin pinjam sepuluh ringgit daripada ayah?”

Si ayah menjadi berang dan berkata, “Oh, itu ke sebabnya kamu tanya pasal pendapatan ayah? Kamu nak buat apa sampai mintak sepuluh ringgit? Nak beli barang mainan lagi? Jangan nak membazir. Ayah kerja penat-penat bukan untuk buang duit sebarangan. Sekarang pergi balik ke bilik dan tidur, dah lewat dah ni...”

Kanak-kanak tujuh tahun itu terdiam dan perlahan-lahan melangkah kembali ke biliknya. Si ayah duduk di atas sofa dan mula memikirkan mengapa anaknya yang kecil itu memerlukan duit sebanyak itu. Kira-kira dua jam kemudian si ayah kembali tenang dan terfikir kemungkinan anaknya benar-benar memerlukan duit untuk keperluan di sekolahnya kerana anaknya tidak pernah meminta wang sebanyak itu sebelum ini. Dengan perasaan bersalah si ayah melangkah menuju bilik anaknya dan membuka pintu.

Didapati anaknya masih belum tidur. “Kalau kamu betul-betul perlu duit, nah ambillah sepuluh ringgit ini,” kata si ayah.

Kanak-kanak itu segera bangun dan tersenyum girang. “Terima kasih banyak ayah,” katanya begitu gembira. Kemudian dia tercari-cari sesuatu di bawah bantalnya dan mengeluarkan sekeping not sepuluh ringgit yang sudah renyuk.

Bila ternampak duit itu si ayah kembali berang. “Kenapa kamu mintak duit lagi sedangkan kamu dah ada duit sebanyak itu? Dari mana kamu dapat duit di bawah bantal tu?” Jerkah si ayah.

Si anak tunduk tidak berani merenung wajah ayahnya. “Duit ini Amin kumpul dari belanja sekolah yang ayah beri setiap hari. Amin minta lagi 10 ringgit sebab duit yang Amin ada sekarang tak cukup,” jawab si anak perlahan.
“Tak cukup untuk beli apa?” soal balik si ayah.
“Ayah, sekarang Amin sudah ada 20 ringgit. Ayah ambil duit ni. Amin nak beli sejam dari masa ayah. Amin nak makan malam bersama ayah,” jawab si anak tanpa berani memandang wajah ayahnya.
Baru si ayah benar-benar faham maksud anaknya itu....

Moral :

Kadangkala kita terlampau sibuk sehingga mengabaikan insan tersayang yang dahagakan kasih sayang dan perhatian kita. Oleh itu, luangkan sedikit waktu untuk bersama mereka..






Kisah Lelaki Tua Dengan 3 Anaknya




Di sebuah kampung tinggal seorang lelaki tua yg sudah bertahun-tahun kematian isteri. Dengan arwah isterinya itu dulu dia dikurniakan tiga orang anak lelaki.

Semuanya sudah remaja. Anak pertama bernama Anis, kedua bernama Harben dan ketiga bernama Amsal. Akan ketiga-tiga ini yang paling disayangi ialah Harben. Sayangnya dengan Harben langsung tidak diberinya keluar rumah. Si polan ini sayang juga dengan Anis.

Kadang-kadang dibawanya juga keluar rumah, ke pekan, ke penambang (jetty) dan ke sekitar kampung. Almaklum anak yang ketiga iaitu Amsal kadang-kadang langsung tak diendahnya..jadi merayau-rayau lah si anak ini ke sekitar kampung dan sampai ke pulau seberang. Kurus kering badannya kerana jarang diberi
makan.

Hendak dijadikan cerita, suatu hari yang mendung raja yang memerintah kampung itu dari pulau seberang telah memanggil si polan ini pergi mengadap. Susah hati lah si polan ini sebab badannya sudah tua, terpaksa pulak mengayuh selat nak ke pulau tersebut. Lagi pula musykil hatinya. Apa yang dimahukan si Raja itu.

Maka dipanggilnya si Harben."Harben, tolong hantar ayah ke pulau seberang..Tuanku Raja memerintahkan ayah mengadap..boleh ya nak?"

Apa yang dijawab Harben? "Minta maaf lah ayah. Masalahnya Harben tak pernah keluar rumah jadi macamana Harben nak hantar ayah ke sana sebab Harben tak tahu jalan. Kalau mahu, Harben hantar sampai depan pintu saja lah, ye ayah?"
Mendengar jawapan si Harben sedihlah hati si polan ini kerana anak yang disayanginya tidak boleh diharap. "Baiklah kalau begitu" jawabnya sedih.

Dipanggilnya pula si Anis."Anis, tolong hantar ayah ke pulau seberang..Tuanku Raja memerintahkan ayah mengadap..boleh ya nak?" Apa yang
dijawab Anis? "Minta maaf lah ayah. Masalahnya Anis tak pernah keluar dari kampung ni jadi macamana Anis nak hantar ayah ke sana sebab Anis tak tahu jalan. Kalau mahu, Anis hantar sampai hujung kampung sajalah, ye ayah?"

Mendengar jawapan si Anis itu sedihlah hati si polan ini kerana anak yang disayanginya ini pun tidak boleh diharap juga."Baiklah kalau begitu"
jawabnya sedih. Dipanggilnya pula si Amsal. "Hei Amsal,tolong hantar ayah ke pulau seberang..

Tuanku Raja memerintahkan ayah mengadap.." Lalu Amsal menjawab, "Baiklah ayah" tanpa sebarang alasan.Menyesallah dihatinya kerana
tidak menyayangi anaknya Amsal akan tetapi dia sanggup melakukan apa saja untuk ayahnya.

Lalu pergilah si polan mengadap Raja. Harben menghantar di pintu pagar rumah, Anis menghantar sampai ke penambang dan si Amsal mengikut ayahnya mengayuh kolek. Sedang mengayuh itu, tidak semena-mena ribut melanda dan hujan lebat pun turun.

Terkial-kiallah mereka mengayuh dan disebabkan si polan yang dah tua dan si Amsal yang kurus kering karamlah mereka berdua terkubur di lautan.


Moral :
Adapun anak-anak si polan ini ialah sebenarnya kehidupan lelaki tua ini.

Harben ialah HARTA-BENDA,
Anis ialah ANAK-ISTERI, dan
Amsal ialah AMAL-SOLEH.

Lazimnya manusia sayang kepada Harben dan Anis tapi tidak pada Amsal. Di mana bila manusia itu mati iaitu pulang kerahmatullah (mengadap Raja) yang dapat dibawanya hanyalah Amsal. Harben tinggal dipintu pagar dan Anis tinggal di penambang (di tepi kubur).Oleh itu dalam kita mengejar cita-cita di dunia ni jangan lah lupa dgn akhirat dan rukun Islam yang lima






Air Mata Mutiara




Pada suatu hari seekor anak kerang di dasar laut mengadu dan mengeluh pada ibunya sebab sebutir pasir tajam memasuki tubuhnya yang merah dan lembik.

"Anakku," kata sang ibu sambil bercucuran air mata, "Tuhan tidak memberikan pada kita, bangsa kerang, sebuah tangan pun, sehingga Ibu tak dapat menolongmu."

Si ibu terdiam, sejenak, "Aku tahu bahawa itu sakit anakku. Tetapi terimalah itu sebagai takdir alam. Kuatkan hatimu. Jangan terlalu lincah lagi. Kerahkan semangatmu melawan rasa ngilu dan perit yang menggigit. Balutlah pasir itu dengan getah perutmu. Hanya itu yang mampu kau lakukan", kata ibunya dengan sendu dan lembut.

Anak kerang pun melakukan nasihat bondanya. Ada hasilnya, tetapi rasa sakit terkadang masih terasa. Kadang di tengah kesakitannya, ia meragukan nasihat ibunya. Dengan air mata ia bertahan, bertahun-tahun lamanya.

Tetapi tanpa disadarinya sebutir mutiara mulai terbentuk dalam dagingnya. Makin lama makin halus. Rasa sakit pun makin berkurang. Dan semakin lama mutiaranya semakin besar. Rasa sakit menjadi terasa lebih wajar.

Akhirnya sesudah sekian tahun, sebutir mutiara besar, kukuh berkilat, dan berharga mahal pun terbentuk dengan sempurna. Penderitaannya berubah menjadi mutiara; air matanya berubah menjadi sangat berharga. Dirinya kini, sebagai hasil derita bertahun-tahun, lebih berharga daripada sejuta kerang lain yang cuma disantap orang sebagai kerang rebus di pinggir jalan.



Moral :

Cerita di atas adalah sebuah paradigma yg menjelaskan bahwa penderitaan adalah lorong transendental untuk menjadikan "kerang biasa" menjadi "kerang luar biasa". Kerana itu dapat dipertegaskan bahawa kekecewaan dan penderitaan dapat mengubah "orang biasa" menjadi "orang luar biasa".

Banyak orang yang mundur saat berada di lorong transendental tersebut, kerana mereka tidak tahan dengan cubaan yang mereka alami. Ada dua pilihan sebenarnya yang dapat mereka pilih: menjadi `kerang biasa' yang disantap orang atau menjadi `kerang yang menghasilkan mutiara'. Sayangnya, lebih banyak orang yang mengambil pilihan pertama, sehingga tidak mengherankan bila jumlah orang yang berjaya lebih sedikit dari orang yang `biasa-biasa saja'.

Mungkin saat ini kita sedang mengalami penolakan, kekecewaan, patah hati, atau terluka kerana orang-orang di sekitar kamu cubalah utk tetap tersenyum dan tetap berjalan di lorong tersebut, dan sambil katakan di dalam hatimu..

"Airmataku diperhitungkan Tuhan.. dan penderitaanku ini akan mengubah diriku menjadi mutiara."






Persahabatan Dan Cinta




Mampukah anda membayangkan Persahabatan tanpa Cinta? Persahabatan dan Cinta adalah teman terbaik kerana dimana ada Cinta, Persahabatan selalu berada disampingnya. Dan dimana Persahabatan berada, Cinta selalu tersenyum ceria dan tidak pernah meninggalkan Persahabatan.

Pada suatu hari, Persahabatan mula terfikir bahawa Cinta telah membuat dirinya tidak mendapat perhatian lagi kerana Persahabatan menganggap Cinta lebih menarik daripada dirinya.

"Hmmm...seandainya tidak ada Cinta, mungkin aku akan menjadi lebih terkenal, dan lebih banyak orang memberi perhatian kepadaku." fikir si Persahabatan. Sejak hari itu Persahabatan memusuhi Cinta. Ketika Cinta bermain bersama Persahabatan seperti selalu, Persahabatan akan menjauhi Cinta. Apabila Cinta bertanya kenapa Persahabatan menjauhi dirinya, Persahabatan hanya memalingkan wajahnya dan beredar pergi meninggalkan Cinta.

Kesedihan pun menghampiri Cinta dan Cinta tidak sanggup menahan air matanya dan menangis semahu-mahunya. Kesedihan hanya dapat termangu memandang Cinta yang kehilangan teman baiknya. Beberapa hari tanpa Cinta, Persahabatan mula bergaul rapat dengan Kecewa, Putus Asa, Kemarahan dan Kebencian. Persahabatan mulai kehilangan sifat manisnya dan orang-orang mulai tidak menyukai Persahabatan. Persahabatan mulai dijauhi dan tidak lagi disukai. Walaupun Persahabatan cantik, tetapi sifatnya mula memualkan. Persahabatan menyedari bahawa dirinya tidak lagi disukai lantaran banyak orang yang menjauhinya. Persahabatan mulai menyesali keadaannya, dan saat itulah Kesedihan melihat Persahabatan, dan menyampaikan kepada Cinta bahawa Persahabatan sedang dalam kedukaan.

Dengan segera Cinta berlari dan menghampiri Persahabatan. Saat Persahabatan melihat Cinta menghampiri dirinya, dengan air mata yang berlinang Persahabatan pun meluahkan seribu penyesalannya meninggalkan Cinta. Dipendekkan cerita...Persahabatan dan Cinta kembali menjadi teman baik. Persahabatan kembali kepada peribadi yang menyenangkan dan Cinta pun kembali tersenyum ceria. Semua orang melihat kembali kedua teman baik itu sebagai berkat dan anugerah dalam kehidupan.



Moral:

Mampukah Persahabatan tanpa Cinta? Mampukah Cinta tanpa Persahabatan? Sering kali ditemui banyak orang yang cuba memisahkan Persahabatan dan Cinta kerana mereka berfikir, "Kalau Persahabatan sudah disulami dengan Cinta, pasti akan jadi sulit!" Terutama bagi mereka yang menjalin persahabatan antara lelaki dan wanita. Persahabatan merupakan bentuk hubungan yang indah antara manusia, dimana Cinta hadir untuk memberikan senyumnya dan mewarnai Persahabatan. Tanpa Cinta, Persahabatan mungkin akan diisi dengan Kecewa, Benci, Marah dan berbagai hal yang membuat Persahabatan tidak lagi indah.

Berhentilah membuat batas antara Cinta dan Persahabatan, biarkan mereka tetap menjadi Teman baik. Yang harus diluruskan adalah Cinta bukanlah perosak Persahabatan, Cinta memperindah persahabatan anda. Seringkali Cinta cuma dijadikan kambing hitam sebagai perosak sebuah persahabatan. SALAH BESAR !!! Seharusnya dengan adanya Cinta, persahabatan akan semakin menyenangkan.

Teman-teman yang sedang menjalin Persahabatan...Penuhilah persahabatanmu dengan Cinta, berikanlah Cinta yang terbaik untuk sahabatmu.

Teman-teman yang sedang mengalami goncangan dalam persahabatan, jangan salahkan Cinta! tetapi cubalah perbaiki persahabatanmu dengan cinta kerana cinta akan menutupi segala kesalahan, mengampuni dengan mudah dan membuat segala sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin.

Teman-teman yang belum mengerti erti Persahabatan ...cubalah memulai sebuah persahabatan, kerana dengan persahabatan kalian akan semakin dewasa, tidak egois dan belajar untuk mengerti, bahwa segala sesuatu tidak selalu terjadi sesuai dengan keinginan kita.

Teman-teman yang sedang kecewa dengan Persahabatan ... Renungkanlah, "Apakah saya sudah menjalani Persahabatan dengan benar?" Dan cubalah memahami erti persahabatan buat hidupmu.Keinginan, semangat, pengertian, kematangan, kelemahlembutan dan segala hal yang baik akan engkau temui dalam persahabatan..






Cinta Tidak Harus Berbentuk "Bunga"




Aku mencintai suamiku kerana sifatnya yang semulajadi dan aku begitu menyukai perasaan hangat yang muncul di hati ketika bersandar di bahunya yang bidang.

Tiga tahun dalam alam perkenalan, dan dua tahun dalam alam perkahwinan, harus aku akui bahawa aku mulai rasa bosan dan lelah dengan kehidupan berumahtangga dengannya dan alasan-alasan mencintainya dulu telah berubah menjadi sesuatu yang menjemukan.

Aku seorang wanita yang berjiwa sentimental dan benar2 sensitif serta berperasaan halus. Aku merindui saat-saat romantis seperti seorang anak yang menginginkan belaian. Tetapi semua itu tidak lagi aku perolehi. Suamiku jauh berbeza dari apa yang aku harapkan dulu. Rasa sensitifnya kurang. Dan ketidakmampuannya dalam menciptakan suasana yang romantis dalam perkahwinan kami telah memusnahkan semua harapan tentang kehidupan cinta yang ideal.

Suatu hari, aku beranikan diri untuk menyatakan keputusan untuk bercerai.

"Mengapa?", dia bertanya dengan terkejut.

"Aku lelah, kamu tidak pernah memberikan cinta yang aku inginkan"

Dia terdiam dan termenung sepanjang malam di depan komputernya, nampak
seolah-olah sedang mengerjakan sesuatu, padahal tidak.

Kekecewaan aku semakin bertambah, seorang lelaki yang tidak dapat mengekspresikan perasaannya, apalagi yang dapat aku harapkan darinya?

Dan akhirnya dia bertanya, "Apa yang dapat aku lakukan untuk mengubah fikiranmu?".

Aku menatap matanya dalam-dalam dan menjawab dengan perlahan, "Aku ada
satu pertanyaan, jika kau dapat menemui jawapannya, aku akan mengubah fikiranku: Seandainya, aku menyukai setangkai bunga indah yang ada di tebing gunung dan kita berdua tahu jika kau memanjat gunung itu, kau akan mati. Apakah kau akan melakukannya untukku?"

Dia termenung dan akhirnya berkata, "Aku akan memberikan jawapannya esok."

Hatiku langsung gundah mendengar reaksinya. Keesokan paginya, suamiku tiada di rumah, dan aku menemui selembar kertas dengan coretan tangannya di bawah sebuah gelas yang berisi susu hangat yang bertulis...

"Sayang, aku tidak akan mengambil bunga itu untukmu, tetapi izinkan aku untuk menjelaskan alasannya."

Kalimat pertama ini menghancurkan hatiku. Aku lantas terus membacanya.

"Sayang, kau biasa menggunakan komputer dan selalu menghadapi masalah
kerosakan program di dalamnya dan akhirnya menangis di depan monitor, Aku harus memberikan jari-jariku supaya dapat membantumu dan memperbaiki programnya."

"Kau selalu lupa membawa kunci rumah ketika keluar rumah, dan aku harus memberikan kakiku supaya dapat menendang pintu, dan membukakan pintu untukmu ketika pulang."

"Kamu suka jalan2 ke luar kota tetapi selalu sesat di tempat-tempat baru kamu kunjungi, Aku harus menunggu di rumah agar dapat memberikan mataku untuk mengarahkan jalan untukmu."

"Kamu selalu kelelahan pada waktu 'teman baikmu' datang setiap bulan, dan aku harus memberikan tanganku untuk memicit kakimu yang kebas."

"Kamu seorang yg suka diam di rumah, dan aku selalu khuatir kamu akan menjadi 'aneh'. Dan aku harus membelikan sesuatu yang dapat menghiburkanmu di rumah atau meminjamkan lidahku untuk menceritakan hal-hal lucu yang aku alami."

"Kamu selalu menatap komputermu, membaca buku dan itu tidak baik untuk
kesihatan matamu, aku harus menjaga mataku agar ketika kita tua nanti, aku masih dapat menolong memotong kukumu dan mencabuti ubanmu."

"Tanganku akan memegang tanganmu, membimbingmu menyusuri pantai, menikmati matahari pagi dan pasir yang indah. Menceritakan warna2 bunga yang bersinar dan indah seperti cantiknya wajahmu".

"Tetapi sayangku, aku tidak akan mengambil bunga itu untuk mati. Kerana, aku tidak sanggup melihat air matamu mengalir menangisi kematianku."

"Sayangku, aku tahu, di luar sana ada banyak orang yang mampu mencintaimu lebih dari aku mencintaimu."

"Untuk itu sayangku, jika semua yang telah kuberikan dengan tanganku, kakiku, mataku, tidak cukup bagimu. Aku tidak dapat menahan dirimu mencari tangan, kaki, dan mata lain yang dapat membahagiakanmu."

Air mataku jatuh di atas tulisannya dan membuat tintanya menjadi kabur, tetapi aku tetap berusaha untuk membaca selanjutnya...

"Dan sekarang, sayangku, kamu telah selesai membaca jawapanku. Jika kau berpuas hati dengan semua jawaban ini, dan tetap menginginkanku untuk tinggal di rumah ini, tolong bukakan pintu rumah kita, aku sekarang sedang berdiri di luar pintu menunggu jawapanmu."

"Jika kamu tidak puas, sayangku, biarkan aku masuk untuk mengambil barang-barangku, dan aku tidak akan menyusahkan hidupmu. Percayalah, kebahagiaanku adalah apabila kau bahagia.".

Aku segera berlari membuka pintu dan melihatnya berdiri di depan pintu dengan wajah keliru sambil tangannya memegang susu dan roti kesukaanku.

Oh, kini baru aku tahu, tidak ada orang lain yang pernah mencintaiku lebih dari dia mencintaiku. Itulah cinta, di saat kita merasa cinta itu telah beransur-ansur hilang dari hati kita kerana kita merasakan pasangan kita tidak dapat memberikan cinta dalam bentuk yang kita inginkan, maka cinta itu sesungguhnya telah hadir dalam bentuk lain yang tidak pernah kita bayangkan sebelumnya.


Moral :

Seringkali yang kita perlukan adalah memahami bentuk cinta dari pasangan kita, dan bukan mengharapkan bentuk tertentu kerana cinta tidak selalu harus berbentuk "bunga".







Nilai Kasih Ibu




Ini adalah mengenai Nilai kasih Ibu

Seorang anak mendapatkan ibunya yang sedang sibuk menyediakan makan malam di dapur lalu menghulurkan sekeping kertas yang bertulis sesuatu.

Si ibu segera mengesatkan tangan di apron menyambut kertas yang dihulurkan oleh si anak lalu membacanya.

Kos upah membantu ibu:

Tolong pergi kedai $4.00

Tolong jaga adik $4.00

Tolong buang sampah $1.00

Tolong kemas bilik $2.00

Tolong siram bunga $3.00

Tolong sapu sampah $3.00

Jumlah : $17.00


Selesai membaca, si ibu tersenyum memandang si anak sambil sesuatu berlegar-legar si mindanya. Si ibu mencapai sebatang pen dan menulis sesuatu di belakang kertas yang sama.

Kos mengandungkanmu selama 9 bulan - PERCUMA

Kos berjaga malam kerana menjagamu - PERCUMA

Kos air mata yang menitis keranamu - PERCUMA

Kos kerunsingan kerana bimbangkanmu - PERCUMA

Kos menyediakan makan minum, pakaian, dan keperluanmu - PERCUMA

Jumlah Keseluruhan Nilai Kasihku - PERCUMA


Air mata si anak berlinang setelah membaca apa yang dituliskan oleh si ibu. Si anak menatap wajah ibu,memeluknya dan berkata,"Saya Sayangkan Ibu".

Kemudian si anak mengambil pen dan menulis 'Telah Dibayar' pada muka surat yang ditulisnya.

Keharmonian, Kesedaran Dan Kecintaan Dalam Kehidupan







Nama Baik




Alkisah pada suatu ketika dahulu, Angin, Air dan Nama Baik berjalan bersama-sama.

Angin, datang terburu-buru seperti orang yang sedang marah. Selalu melompat di sini dan menendang debu di sana. Air berjalan dalam bentuk seorang puteri. Ia selalu membawa kendi ditangannya, menitiskan beberapa air di atas tanah sekitarnya. Nama Baik hadir dalam bentuk seorang pemuda yang tampan dengan sikap-sikap yang baik, namun sedikit pemalu.

Mereka saling menyukai, meskipun sangat berbeza di antara satu sama lain. Ketika mereka harus berpisah, mereka bertanya, "Bila kita dapat bertemu untuk berjalan bersama lagi?"

Angin menjawab, "Engkau boleh menemui aku di puncak gunung-gunung atau melompat-lompat di sekitar kakimu. Meniup debu ke mana kamu pergi."

Air berkata, "Aku juga akan selalu ada disekitarmu. Kamu boleh pergi ke laut atau ke sungai, bahkan ke dapur, untuk menemuiku."

Nama Baik tidak mengatakan apa-apa.

Angin dan Air bertanya,"Nama Baik, bila dan dimana kita akan bertemu lagi?"

Nama Baik menjawab, "Kamu tidak akan bertemu aku lagi di mana pun. Sesiapapun yang telah kehilangan aku sekali , takkan pernah dapat memperolehi aku lagi."


Moral:

Kita perlu sentiasa menjaga maruah dan nama baik diri kita dan keluarga. Kerana jika sekali kita kehilangannya, amat sukar untuk kita memperolehinya sekali lagi






Kisah Si Tukang Kayu




Di suatu masa, terdapat seorang tukang kayu yang semakin dimamah usia. Dia bercadang untuk bersara daripada kerjanya sebagai tukang kayu yang bertanggungjawab membuat rumah di sebuah syarikat pembinaan.

Dalam fikirannya lagi, dengan tenaga yang semakin kurang, dia ingin menghabiskan sisa-sisa hidupnya bersama keluarga tersayang. Tukang kayu ini tidak akan menerima lagi upah sekiranya beliau bersara. Tetapi, dia tetap dengan keputusannya. Lalu, tukang kayu itu memberitahu majikannya tentang hasratnya itu.

Apabila majikannya mendengar luahan hati tukang kayu yang berpengalaman itu, dia merasa sedih dan memujuk tukang kayu tersebut agar menarik balik keputusannya. Akan tetapi, tukang kayu itu tidak berganjak dan tetap dengan niat untuk bersara. Akhirnya, majikannya bersetuju dengan keputusan tukang kayu itu, tetapi dengan satu syarat. Permintaan terakhir majikannya ialah menyuruh tukang kayu itu membina sebuah rumah buat kali terakhir.

Tukang kayu itu merasa gembira dan bersetuju dengan syarat yang telah ditetapkan oleh majikannya. Tetapi, kegembiraannya untuk bersara mengatasi semangat dan kemahiran yang ditunjukkan semasa bekerja. Akibatnya, rumah yang dibina buat kali terakhir itu telah disiapkan dengan sambil lewa, tanpa penelitian khusus serta menggunakan kayu yang rendah kualitinya. Rumah itu berjaya disiapkan dalam jangkamasa yang singkat.

Apabila majikannya melihat rumah itu, dia mengambil kunci pintu utama rumah tersebut dan memberikannya kepada tukang kayu itu seraya berkata "Inilah hadiah persaraan daripada saya kepada kamu. Selamat bersara."

Tukang kayu itu terkejut besar dengan kata-kata majikannya. Beliau tidak menyangka bahawa rumah yang dibinanya buat kali terakhir itu adalah rumah untuk kegunaannya sendiri. Alangkah menyesalnya dia kerana menyiapkan rumah itu secara tergesa-gesa dan jika dia tahu sebelum itu, dia akan membina rumah tersebut dengan penuh teliti dan menggunakan bahan yang bermutu tinggi.


Moral :

Senario ini mungkin pernah berlaku di dalam hidup kita seharian. Hidup ini boleh diibaratkan sebagai membina sebuah rumah untuk kegunaan dan kemudahan kita di masa hadapan. Kita pula sering mengambil mudah dengan kehidupan sekarang, kita merasa selesa kerana ibu bapa kita sentiasa berada di samping kita, memberi sokongan dan membantu kita. Tetapi, sedarkah kita apabila mereka tiada nanti, siapakah yang bertanggungjawab ke atas hidup kita? Tak lain tak bukan DIRI KITA SENDIRI. Belajarlah bertanggungjawab dan bijak merancang masa depan kita. Gunakan masa muda ini dengan belajar bersungguh-sungguh dengan cita-cita untuk menjadi seorang manusia berguna kepada agama, keluarga, bangsa dan negara.






Segenggam Garam




Suatu pagi, seorang anak muda yang dirundung malang bertemu seorang tua yang bijaksana.

Langkah anak muda itu longlai dan air mukanya kelihatan pucat tidak bermaya serta seperti orang yang tidak bahagia. Tanpa membuang masa, anak muda itu menceritakan semua masalahnya. Impiannya tidak tercapai dan gagal dalam kehidupan dan percintaan sambil Pak Tua yang bijak itu mendengarnya dengan teliti dan saksama.

Dia kemudian mengambil segenggam garam dan meminta anak muda itu mengambil segelas air. Dia menabur garam itu ke dalam gelas sebelum mengacaunya dengan sudu.

"Cuba, minum ini dan katakan bagaimana rasanya...", ujar Pak Tua itu.
"Masin sampai pahit, pahit sekali," jawab anak muda itu sambil meludah ke sisinya sedangkan Pak Tua itu tersenyum melihat telatah tamunya.

Kemudian, dia mengajak tetamunya itu untuk berjalan ke tepi telaga di dalam hutan berhampiran tempat tinggalnya. Mereka berjalan beriringan dan akhirnya sampai ke tepi perigi yang tenang itu.

Pak Tua itu menabur segenggam garam ke perigi itu dan menggunakan sepotong kayu untuk mengacau dan mencipta riak air yang mengusik ketenangan telaga itu.

"Cuba ambil air dari telaga ini, dan minumlah". Sebaik anak muda
itu selesai meneguk air, Pak Tua berkata: "Bagaimana rasanya?"
"Segar." sahut tamunya.

"Apakah kamu rasa masin garam di dalam air itu?", tanya Pak Tua lagi.
"Tidak," jawab si anak muda.

Pak Tua menepuk punggung anak itu lalu mengajaknya duduk berhadapan, bersimpuh di tepi telaga itu.

"Anak muda, dengarlah. Pahitnya kehidupan adalah umpama segenggam garam, tak lebih dan tak kurang. Jumlah dan rasa pahit itu sama dan memang akan tetap sama. Tapi, kepahitan yang kita rasakan sangat tergantung dari wadah atau tempat yang kita miliki. Kepahitan itu akan diasaskan daripada perasaan tempat kita meletakkan segalanya. Itu semua akan tergantung pada hati kita.

"Jadi, saat kamu rasakan kepahitan dan kegagalan dalam hidup, hanya ada satu hal yang boleh kamu lakukan. Lapangkanlah dadamu menerima semuanya. Luaskanlah hatimu untuk menampung setiap kepahitan itu. Luaskan wadah pergaulanmu supaya kamu mempunyai persekitaran hidup yang luas. Kamu akan banyak belajar daripadanya," katanya.

Pak Tua itu terus memberikan nasihat dengan berkata: "Hatimu adalah wadah itu. Perasaanmu adalah tempat itu. Kalbumu tempat kamu menampung segalanya. Jadi, jangan jadikan hatimu itu seperti gelas, buatlah laksana telaga yang mampu merendam setiap kepahitan dan merubahnya menjadi kesegaran dan kebahagiaan."

Lalu, kedua-duanya pulang. Mereka sama-sama belajar pada hari itu. Pak Tua, si orang bijak itu, kembali menyimpan 'segenggam garam' untuk anak muda yang lain, yang sering datang padanya membawa keresahan jiwa.







Si budak penjual kuih




Hari itu selepas seminggu beraya dikampung, saya pulang ke Kuala Lumpur. Memikirkan highway PLUS sibuk,saya menyusuri laluan lama. Pekan pertama yang saya lintas ialah Teluk Intan. Terasa mengantuk, saya singgah sebentar disebuah restoran di pinggir pekan itu. Sebaik memesan makanan, seorang kanak-kanak lelaki berusia lebih kurang 12 tahun muncul dihadapan.

"Abang nak beli kuih?" katanya sambil tersenyum. Tangannya segera menyelak daun pisang yang menjadi penutup bakul kuih jajaanya.

“Tak apalah dik... Abang dah pesan makanan," jawap saya ringkas.

Dia berlalu. Sebaik pesanan tiba, saya terus menikmatinya. Lebih kurang 20 minit kemudian saya nampak kanak-kanak tadi menghampiri pelanggan lain, sepasang suami isteri agaknya. Mereka juga menolak, dia berlalu begitu saja.

"Abang dah makan, tak nak beli kuih saya?" katanya selamba semasa menghampiri meja saya.

"Abang baru lepas makan dik. Masih kenyang lagi ni," kata saya sambil menepuk-nepuk perut.

Dia beredar, tapi cuma setakat dikaki lima. Sampai disitu, di meletakkan bakulnya yang masih sarat. Setiap yang lalu ditanya, "Tak nak beli kuih saya bang, pak cik, kakak atau makcik?"

Molek budi bahasanya! Mamak restoran itu pun tidak menghalng dia keluar masuk ke premisnya bertemu pelanggan. Sambil memerhati, terselit rasa kagum dan kasihan dihati saya melihatkan betapa gigihnya dia berusaha. Tidak nampak langsung tanda-tanda putus asa dalam dirinya, sekalipun orang yang ditemuinya enggan membeli kuihnya.

Selepas membayar harga makanan dan minuman, saya terus beredar bekereta. Kanak-kanak itu saya lihat berada agak jauh di deretan kedai yang sama. Saya buka pintu, membetulkan duduk dan menutup pintu. Belum sempat saya menghidupkan enjin, kanak-kanak tadi berdiri di tepi kereta. Dia menghadiahkan sebuah senyuman. Saya turunkan cermin, membalas senyumannya. Saya lihat umurnya lebih kurang 12 tahun.

"Abang dah kenyang, tapi mungkin Abang perlukan kuih saya untuk adik-adik Abang, ibu atau ayah Abang" katanya petah sekali sambil tersenyum. Sekali lagi dia mempamerkan kuih dalam bakul dengan menyelak daun pisang penutupnya.

Saya tenung wajahnya, bersih dan bersahaja. Terpantul persaan kesian dihati. Lantas saya buka dompet, dan menghulurkan sekeping not merah RM10. Saya hulurkan padanya.

"Ambil ni dik! Abang sedekah. Tak payah abang beli kuih tu," saya berkata ikhlas kerana perasaan kasihan meningkat mendadak. Kanak-kanak itu menerima wang tersebut, lantas mengucapkan terima kasih terus berjalan kembali ke kaki lima deretan kedai. Saya gembira dapat membantunya. Setelah enjin kereta saya hidupkan, saya mengundur. Alangkah terperanjatnya saya melihat kanak-kanak itu menghulurkan pula RM10 pemberian saya itu kepada seorang pengemis yang buta kedua-dua matanya.

Saya terkejut, lantas memberhentikan semula kereta, memanggil kanak-kanak itu.

"Kenapa bang nak beli kuih ke?" tanyanya.

"Kenapa adik berikan duit Abang tadi pada pengemis tu? Duit tu Abang bagi adik!" kata saya tanpa menjawap pertanyaannya.

"Bang saya tak boleh ambil duit tu. Mak marah kalau dia dapat tahu saya mengemis. Kata mak kita mesti bekerja mencari nafkah kerana Allah berikan tulang empat kerat pada saya. Kalau dia tahu saya bawa duit sebanyak itu pulang, sedangkan jualan masih banyak, mak pasti marah. Kata mak, mengemis kerja orang yang tak berupaya, saya masih kuat bang!" katanya begitu lancar.

Saya sebak, sekaligus kagum dengan pegangan hidup kanak-kanak itu. Tanpa banyak soal saya terus bertanya berapa semua harga kuih dalam bakul itu.

"Abang nak beli semua ke?" dia betanya dan saya cuma mengangguk. Lidah saya kelu nak berkata.

"RM25 saja bang."

Selepas dia memasukkan satu persatu kuihnya kedalam plastik, saya hulurkan RM25. Dia mengucapkan terima kasih dan terus berlalu.

Saya perhatikan dia sehingga hilang daripada pandangan.Dalam perjalanan ke Kuala Lumpur, baru saya terfikir untuk bertanya statusnya. Anak yatimkah? Siapakah wanita berhati mulia yang melahirknya? Terus terang saya katakan, saya beli kuihnya bukan lagi atas dasar kasihan, tetapi kerana rasa kagum dengan sikapnya yang dapat menjadikan kerjayanya satu penghormatan.

Sesungguhnya saya kagum dengan sikap kanak-kanak itu. Dia menyedarkan saya, siapa kita sebenarnya!


Moral :

Satu perjalananan seorang kanak-kanak yang begitu taat kepada perintah Allah s.w.t.
Semoga menjadi renungan bersama







Adik




Aku cuma ada seorang adik. Usianya tiga tahun lebih muda daripada aku. Suatu hari, untuk mendapatkan sehelai sapu tangan yang menjadi keperluan anak gadis ketika itu, aku ambil 50 sen dari poket seluar ayah. Petang itu, pulang saja dari sekolah - ayah memanggil kami berdua. Dia meminta aku dan adik berdiri di tepi dinding. Aku menggeletar melihat rotan panjang sedepa di tangan ayah.

"Siapa ambil duit ayah?" tanya ayah bagai singa lapar. Aku langsung tidak berdaya menentang renungan tajam mata ayah. Kedua-dua kami membisu, cuma tunduk memandang lantai. "Baik, kalau tak mengaku, dua-dua ayah rotan!" sambung ayah sambil mengangkat tangan untuk melepaskan pukulan sulungnya ke belakang aku. Tiba-tiba, adik menangkap tangan ayah dengan kedua-dua belah tangannya sambil berkata,

"Saya yang ambil!" Belum sempat adik menarik nafas selepas mengungkapkan kata-kata itu, hayunan dan balunan silih berganti menghentam tubuh adik. Aku gamam, lidah kelu untuk bersuara. Walau perit menahan sakit, setitis pun airmata adik tak tumpah. Setelah puas melihat adik terjelepok di lantai, ayah merungut: "Kamu sudah mula belajar mencuri di rumah sendiri. Apakah lagi perbuatan kamu yang akan memalukan ayah di luar kelak?" Malam itu, emak dan aku tak lepas-lepas mendakap adik. Belakangnya yang berbirat dipenuhi calar-balar cuba kami ubati. Namun adik cukup tabah. Setitis pun air matanya tidak mengiringi kesakitan yang mencucuk-cucuk.

Melihat keadaan itu, aku meraung sekuat hati, kesal dengan sikap aku yang takut berkata benar. Adik segera menutup mulutku dengan kedua-dua belah tangannya lalu berkata, "Jangan menangis kak, semuanya dah berlalu!". Aku mengutuk diri sendiri kerana tidak mampu membela adik.

Tahun bersilih ganti, peristiwa adik dibelasah kerana mempertahankan aku bagaikan baru semalam berlaku. Adik mendapat tawaran belajar ke sekolah berasrama penuh dan aku pula ditawarkan menyambung pelajaran ke peringkat pra-universiti. Malam itu ayah duduk di bawah cahaya lampu minyak tanah bersama ibu di ruang tamu. Aku terdengar ayah berkata, "Zah, kedua-dua anak kita cemerlang dalam pelajaran. Abang bangga sekali!" "Tapi apalah maknanya bang...!" aku terdengar ibu teresak-esak. "Dimana kita nak cari duit membiayai mereka?"

Ketika itulah adik keluar dari biliknya. Dia berdiri di depan ayah dan ibu. "Ayah,saya tak mahu ke sekolah lagi!" Perlahan-lahan ayah bangun, membetulkan ikatan kain pelekatnya dan merenung wajah emak, kemudian wajah adik dalam-dalam. Panggggg....sebuah penampar singgah di pipi adik. Seperti biasa yang mampu aku lakukan ialah menutup muka dan menangis."Kenapa kamu ni?Tahu tak, kalau ayah terpaksa mengemis kerana persekolahan kamu, ayah akan lakukan!" "Orang lelaki kena bersekolah. Kalau tak, dia takkan dapat membawa keluarganya keluar daripada kemiskinan," aku memujuk adik tatkala menyapu minyak pada pipinya yang bengkak. "Kakak perempuan...biarlah kakak yang berhenti." Tiada siapa yang menyangka, dinihari itu adik tiada dibiliknya. Dia membawa bersamanya beberapa helai baju lusuh yang dia ada. Diatas pangkin tempat dia lelapkan mata, terdapat sehelai kertas yang tercatat..... "Kak...untuk dapat peluang ke universiti bukannya mudah. Saya cari kerja dan akan kirim wang buat akak." Apa lagi yang saya tahu selain meraung. Ayah termenung, jelas dia cukup kecewa. Begitu juga emak yang menggunakan air matanya memujuk ayah.

Suatu petang ketika berehat di asrama, teman sebilik menerpa : "Ada pemuda kampung tunggu kau kat luar!" "Pemuda kampung?" bisikku. "Siapa?" Tergesa-gesa aku keluar bilik. Dari jauh aku nampak adik berdiri dengan pakaian comotnya yang dipenuhi lumpur dan simen. "Kenapa sebut orang kampung, sebutlah adik yang datang!" Sambil tersenyum dia menjawab, "Akak lihatlah pakaian adik ni. Apa yang akan kawan-kawan akak kata kalau mereka tahu saya adik kakak?" Jantungku terasa berhenti berdenyut mendengarkan jawapannya. Aku cukup tersentuh. Tanpa sedar, air jernih mengalir di pipi. Aku kibas-kibas bebutir pasir dan tompokan simen pada pakaian adik. Dalam suara antara dengar dan tidak, aku bersuara, "Akak tak peduli apa orang lain kata." Dari kocek seluarnya, adik keluarkan sepit rambut berbentuk kupu-kupu.Dia mengenakan pada rambutku sambil berkata, "Kak, saya tengok ramai gadis pakai sepit macam ni, saya beli satu untuk akak." Aku kaku. Sepatah kata pun tak terucap. Aku rangkul adik dan dadanya dibasahi air mataku yang tak dapat ditahan-tahan.

Tamat semester, aku pulang ke kampung sementara menunggu konvokesyen. Aku lihat tingkap dan dinding rumah bersih, tak seperti selalu. "Emak, tak payahlah kerja teruk-teruk bersihkan rumah sambut saya balik." "Adik kamu yang bersihkan. Dia pulang kelmarin. Habis tangannya luka-luka." Aku menerpa ke biliknya. Cantik senyum adik. Kami berdakapan."Sakit ke?" aku bertanya tatkala memeriksa luka pada tangannya. "Tak....Kak tahu, semasa bekerja sebagai buruh kontrak, kerikil dan serpihan simen jatuh seperti hujan menimpa tubuh saya sepanjang masa. Kesakitan yang dirasa tidak dapat menghentikan usaha saya untuk bekerja keras."Apalagi...aku menangis seperti selalu.

Aku berkahwin pada usia menginjak 27 tahun. Suamiku seorang usahawan menawarkan jawatan pengurus kepada adik. "Kalau adik terima jawatan tu, apa kata orang lain?" kata adik. "Adik takde pelajaran. Biarlah adik bekerja dengan kelulusan yang adik ada."Adik tak ke sekolah pun kerana akak." kata ku memujuk. "Kenapa sebut kisah lama, kak?" katanya ringkas, cuba menyembunyikan kesedihannya. Adik terus tinggal di kampung dan bekerja sebagai petani setelah ayah tiada.
Pada majlis perkahwinannya dengan seorang gadis sekampung, juruacara majlis bertanya, "Siapakah orang yang paling anda sayangi?" Spontan adik menjawab, "Selain emak, kakak saya...." katanya lantas menceritakan suatu kisah yang langsung tidak ku ingati. "Semasa sama-sama bersekolah rendah, setiap hari kami berjalan kaki ke sekolah. Suatu hari tapak kasut saya tertanggal. Melihat saya hanya memakai kasut sebelah, kakak membuka kasutnya dan memberikannya pada saya. Dia berjalan dengan sebelah kasut. Sampai di rumah saya lihat kakinya berdarah sebab tertikam tunggul dan calar-balar."Sejak itulah saya berjanji pada diri sendiri. Saya akan lakukan apa saja demi kebahagiaan kakak saya itu. Saya berjanji akan menjaganya sampai bila-bila." Sebaik adik tamat bercerita, aku meluru ke pelamin, mendakap adik sungguh-sungguh sambil meraung bagaikan diserang histeria

Keharmonian, Kesedaran Dan Kecintaan Dalam Kehidupan







Kisah Seekor Burung Pipit




Apabila datang musim kemarau, seekor Burung Pipit mula merasakan tubuhnya kepanasan, lalu mengeluh pada persekitarannya yang dikatakan tidak bersahabat.

Ia pun memutuskan untuk meninggalkan tempat yang sejak dahulu menjadi habitatnya, terbang jauh ke utara yang kononnya, udaranya sentiasa dingin dan sejuk. Ia pun terbang ke daerah utara. Benar, perlahan-lahan ia mula merasakan kesejukan udara, makin ke utara makin sejuk. Ia semakin bersemangat terbang ke arah utara lagi.

Kerana teruja, burung pipit itu tidak merasakan sayapnya yang mula bersalut salji, semakin lama semakin tebal, dan akhirnya ia jatuh ke tanah kerana tubuhnya terbungkus salji. Sampai ke tanah, salji yang menempel di sayapnya bertambah tebal. Si burung pipit tidak mampu berbuat apa-apa, dan berasakan riwayatnya telah tamat. Ia merintih menyesali nasibnya.

Mendengar suara rintihan, seekor Kerbau yang kebetulan melalui kawasan itu datang menghampirinya. Namun si Burung kecewa kerana yang datang hanyalah seekor Kerbau. Ia mengherdik si Kerbau agar menjauhinya dan mengatakan bahawa makhluk yang tolol tidak mungkin mampu berbuat apa-apa untuk membantunya.

Si Kerbau tidak banyak bicara, dia hanya berdiri, kemudian kencing tepat di atas burung tersebut. Si Burung Pipit semakin marah dan memaki hamun si Kerbau. Si Kerbau hanya berdiam diri, maju satu langkah lagi, dan mengeluarkan kotoran ke atas tubuh si burung. Langsung si Burung tidak mampu berkata-kata lagi kerana dirinya sudah tertimbun kotoran si kerbau. Si Burung pipit mula menganggap ajalnya semakin hampir dan ia akan mati tidak lama lagi kerana tidak mampu bernafas.

Namun perlahan-lahan, ia berasakan kehangatan. Salji yang membeku pada bulunya mulai cair disebabkan hangatnya tahi kerbau itu. Ia kembali dapat bernafas dengan lega dan melihat
langit yang cerah. Si Burung Pipit berteriak kegirangan, bernyanyi-nyanyi keriangan.

Mendengar ada suara burung bernyanyi, seekor anak kucing menghampirinya, menghulurkan tangannya, mengais tubuh si burung dan kemudian menimang-nimang, menjilati, mengelus dan membersihkan sisa-sisa salji yang masih menempel pada bulu si burung. Apabila bulunya bersih, Si Burung bernyanyi dan menari kegirangan, dia menganggap telah mendapat teman yang ramah dan baik hati. Namun keriangannya tidak lama...dunianya kemudian terasa gelap gelita ditelan oleh si Kucing. Maka tamatlah riwayat si Burung Pipit.


Moral:

1. Halaman tetangga yang nampak lebih hijau, belum tentu sesuai bagi kita.
2. Baik dan buruknya penampilan, jangan dipakai sebagai satu-satunya ukuran.
3. Apa yang pada mulanya terasa pahit, kadang-kadang berbalik membawa hikmah yang menyenangkan, dan demikian pula sebaliknya.
4. Ketika kita baru saja mendapatkan kenikmatan, jangan lekas lupa dan terburu nafsu.
5. Waspadalah terhadap orang yang memberikan janji yang berlebihan







Kotak Berisi Kasih




Satu hari ketika seorang ayah membeli beberapa gulung kertas bungkusan hadiah, anak perempuannya yang masih kecil dan manja sekali, meminta satu gulung.

"Untuk apa?" tanya si ayah.

"Nak bungkus hadiah" jawab si kecil.

"Jangan dibuang-buang ya." pesan si ayah, sambil memberikan satu gulungan kecil.

Keesokan harinya, pagi-pagi lagi si kecil sudah bangun dan membangunkan ayahnya, "Yah, Ayah........ ada hadiah untuk Ayah."

Si ayah yang masih menggeliat, matanya pun belum lagi terbuka sepenuhnya menjawab, "Sudahlah.... nanti nanti saja."

Tetapi si kecil pantang menyerah, "Ayah, Ayah, bangun Ayah, dah pagi."

"Eh... kenapa ganggu ayah... masih terlalu awal lagi untuk ayah bangun."

Ayah terpandang sebuah bungkusan yang telah dibalut dengan kertas pembungkus yang diberikan semalam.

"Hadiah apa ni?"

"Hadiah hari jadi untuk Ayah. Bukalah Yah, buka sekarang."

Dan si ayah pun membuka bungkusan itu.

Ternyata di dalamnya hanya sebuah kotak kosong. Tidak berisi apa pun juga.

"Eh.. kenapa kosong?? Tak ada isi di dalamnya. Kan Ayah dah kata jangan buang-
buang kertas bungkusan Ayah. Membazir tu"

Si kecil menjawab, "Tak Ayah....., ada isi tu... Tadi kan, Puteri masukkan banyak sekali ciuman untuk Ayah."

Si ayah merasa terharu, dia mengangkat anaknya. Dipeluk dan diciumnya.

"Puteri, Ayah belum pernah menerima hadiah seindah ini. Ayah akan selalu menyimpan hadiah ini.

Ayah akan bawa ke pejabat dan sekali-sekala kalau perlu ciuman Puteri, Ayah akan mengambil satu. Nanti kalau kosong diisi lagi ya!"

Kotak kosong yang sesaat sebelumnya dianggap tidak berisi, tidak memiliki nilai apa-apa pun, tiba-tiba terisi, tiba-tiba memiliki nilai yang begitu tinggi. Apa yang terjadi?

Lalu, walaupun kotak itu memiliki nilai yang sangat tinggi di mata si ayah, namun di mata orang lain tetap juga tidak memiliki nilai apa pun. Orang lain akan tetap menganggapnya sebuah kotak kosong.


Moral:

Kosong bagi seseorang boleh dianggap penuh oleh orang lain.

Sebaliknya, penuh bagi seseorang boleh dianggap kosong oleh orang lain.

KOSONG dan PENUH - kedua-duanya merupakan produk dari "fikiran" anda sendiri.

Sebagaimana anda memandangi hidup demikianlah kehidupan anda.

Hidup menjadi bererti, bermakna, kerana anda memberikan erti kepadanya,
memberikan makna kepadanya.

Bagi mereka yang tidak memberikan makna, tidak memberikan erti, hidup ini ibarat lembaran kertas yang kosong






Kemaafan dan Terima Kasih




Ini adalah sebuah kisah tentang dua orang sahabat karib yang sedang berjalan melintasi gurun pasir. Di tengah perjalanan, mereka bertengkar, dan salah seorang menampar temannya. Orang yang kena tampar, berasa sakit hati, tapi tanpa berkata apa-apa pun, dia menulis di atas pasir : HARI INI, SAHABAT TERBAIKKU MENAMPAR PIPIKU.

Mereka terus berjalan, sampai menemui sebuah oasis, di mana mereka membuat keputusan untuk mandi. Orang yang pipinya kena tampar dan terluka hatinya, cuba berenang namun nyaris tenggelam dan lemas, tetapi berjaya diselamatkan oleh sahabatnya. Ketika dia mulai sedar dari lemas dan rasa takut sudah hilang, dia menulis di atas sebuah batu : HARI INI, SAHABAT TERBAIKKU MENYELAMATKAN NYAWAKU.

Orang yang menolong dan menampar sahabatnya, bertanya, "Kenapa setelah saya melukai hatimu, kamu menulisnya di atas pasir, dan sekarang kamu menulis di batu ?"

Temannya sambil tersenyum menjawab, "Ketika seorang sahabat melukai kita, kita harus menulisnya di atas pasir agar angin maaf datang menghembus dan menghapus tulisan tersebut. Dan bila sesuatu yang luar biasa terjadi, kita harus memahatnya di atas batu hati kita, agar tidak hilang ditiup angin."


Moral:

Dalam hidup ini sering timbul berbeza pendapat dan konflik kerana sudut pandangan yang berbeza. Oleh sebab itu, cubalah untuk saling memaafkan dan lupakan masalah lalu. Belajarlah menulis di atas pasir







Hadiah Dari Ayah




Sehari sebelum saya berangkat ke kota, ayah memanggil saya ke pejabatnya. Saya agak hairan ketika itu, apatah lagi apabila ayah menyuruh saya masuk ke pejabatnya. Kami jarang sekali dibenarkan masuk ke pejabatnya, terutama sekali ketika ayah sedang sibuk menyiapkan bahan penulisan yang bakal dicetakkan di dalam kolumnya di sebuah akhbar tempatan.

"Ambil bungkusan ini dan buka hanya apabila kamu rasa benar-benar rasa buntu untuk menyelesaikan masalah kamu", kata ayah sambil menyerahkan sebuah bungkusan yang sederhana besar. Dan esoknya ayah menghantar saya hingga ke stesen bas dengan senyuman penuh makna.

Suatu hari, setelah hampir 3 bulan saya berada di kota, saya ditimpa satu masalah yang benar-benar membuat saya buntu dan hampir putus asa untuk menghadapinya. Saya teringatkan bungkusan yang ayah berikan dulu. Saya kira, inilah masanya untuk saya membuka rahsia yang tersirat di sebalik bungkusan tersebut.

Ternyata di dalam bungkusan itu terkandung sehelai sejadah lama, sehelai kain pelikat baru dan sebuah kompas penunjuk arah kiblat serta sekeping nota yang berbunyi :-

"Tiada namanya lautan jika ia tidak bergelora, tiada namanya bumi jika tidak ditimpa hujan dan tidak namanya kehidupan jika tiada masalah.

Sebagaimana warna menyempurnakan lukisan, masalah pula adalah penyempurnaan kehidupan.

Bersyukurlah, sekurang-kurangnya kamu masih hidup dan Tuhan masih mengambil berat dengan kamu, kerana itu dianugerahkan olehNya masalah. Buat kamu menajamkan lagi akalmu.

Tenang dan rapatkan kedua tangan menadah doa mohon petunjuk kepada Allah swt. Kerana sesungguhnya Dialah yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui"

~Muhammad Salleh~

Saya terpana, ternyata ia adalah hadiah daripada datuk saya kepada ayah saya dan sekarang diwariskan kepada saya.

Dan sejak dari hari itu, saya selalu mengucapkan syukur setiap kali saya dilanda masalah kerana saya tahu bahawa Tuhan masih mengambil berat akan saya.


Moral:

Kita seringkali mengeluh setiap kali kita dilanda masalah. Malah seringkali kita menyalah Tuhan kerana ditimpa musibah tanpa kita sedar bahawa ternyata musibah itu bukan saja untuk menyedarkan kita dari lena tetapi hikmah di sebaliknya adalah untuk menajamkan lagi akal kita.

Kita sebenarnya wajib bersyukur kerana setelah sekian lama dilimpahi nikmat, kita hanya diuji dengan sedikit musibah saja. Dan yang paling penting, kita masih lagi hidup, masih dapat memanjatkan doa dan memohon petunjuk dariNya,serta memohon ampun kepadaNya jika ada salah dan silap yang kita lakukan.

Kadang kala, musibah itu adalah peringatan untuk kita memuhasabahkan kembali diri kita tentang apa yang telah kita lakukan dan apa yang masih belum kita tunaikan.







Betapa Miskinnya Kita




Suatu hari, ayah dari keluarga yang sangat sejahtera membawa anaknya melawat ke sebuah negara yang sebahagian besar penduduknya hidup dari hasil pertanian, dengan niat untuk menunjukkan bagaimana kehidupan orang-orang yang miskin kepada anaknya.

Mereka menghabiskan waktu seharian di sebuah tanah pertanian milik keluarga yang kelihatan sangat miskin. Apabila pulang dari perjalanan tersebut, sang ayah bertanya kepada
anaknya.

"Bagaimana perjalanan tadi?"
"Sungguh luar biasa, Pa."

"Kamu lihatkan bagaimana kehidupan mereka yang miskin?"
tanya sang ayah.
"Iya, Pa" jawabnya.

"Jadi, apa yang dapat kamu pelajari dari perjalanan ini?"
tanya ayahnya lagi.

Si anak menjawab,

"Saya melihat kenyataan bahawa kita mempunyai seekor haiwan peliharaan sedangkan mereka memiliki empat ekor.

Kita miliki sebuah kolam yang panjangnya hanya sampai ke tengah-tengah taman, sedangkan mereka memiliki sungai kecil yang tak terhingga panjangnya.

Kita memasang lampu taman yang dibeli dari luar negeri dan mereka memiliki bintang-bintang di langit untuk menerangi taman mereka.

Beranda rumah kita begitu lebar mencapai halaman depan dan milik mereka seluas horizon.

Kita tinggal dan hidup di tanah yang sempit sedangkan mereka mempunyai tanah sejauh mata memandang.

Kita memiliki pelayan yang melayani setiap keperluan kita tetapi mereka melayani diri mereka sendiri.

Kita membeli makanan yang akan kita makan,tetapi mereka menanam sendiri.

Kita mempunyai dinding indah yang melindungi diri kita dan mereka memiliki teman-teman untuk menjaga kehidupan mereka."

Dengan cerita tersebut, sang ayah tidak dapat berkata apa-apa.

Kemudian si anak menambah,

"Terima kasih, Pa, akhirnya saya tahu betapa miskinnya diri kita."







Siapa Sebenarnya Kita




Sebelum memulakan seminar, Prof.Ibrahim mengeluarkan sehelai wang kertas bernilai RM100 dari dompetnya. Kemudian wang itu ditayangkan kepada 50 orang pesertanya.

"Siapa nak duit ni?" tanya Prof Ibrahim..

Semua peserta mengangkat tangan.

"Saya akan berikan duit ini kepada salah seorang daripada kamu, tapi izinkan saya membuat sesuatu dahulu ". Prof Ibrahim meramas-ramas duit itu hingga renyuk.

Kemudian dia menunjukkan duit yang sudah renyuk itu dan bertanya: "Ada sesiapa yang nak duit ini lagi?"

Hampir semua pesertanya mengangkat tangan. Prof Ibrahim mengangguk dan mencebikkan bibir.

"Okey apa kata kalau saya buat macam ni?"

Duit RM100 itu dicampakkan dan di tenyeh-tenyeh dengan kasutnya..

Prof Ibrahim memungutnya semula lalu diletakkan di atas meja. Wang kertas itu bukan sahaja renyuk tetapi juga kotor.

"Sekarang siapa nak duit ni?" tanya Prof Ibrahim.

Selesai dia bertanya, lebih separuh daripada jumlah pesertanya masih mengangkat tangan.

"Okay, apa yang boleh kita kutip daripada peristiwa itu tadi?" tanya Prof. Ibrahim lagi.

Pesertanya hanya diam, dan sesetengahnya hanya menggelengkan kepala. Mereka masih tidak dapat menangkap apa yang cuba disampaikan oleh Prof Ibrahim.
"Walau apapun yang saya lakukan pada duit ini, kamu tetap akan mahukannya. Betul tak? Kamu tahu kenapa? Kerana nilainya tidak berubah walaupun dipijak dan ditenyeh dengan kasut."
"RM100 tetap RM100 walaupun 10 kali dipijak." kata Prof.Ibrahim. Semua peserta yang mendengar kata-katanya hanya tersenyum.
Prof Ibrahim mengaitkan peristiwa itu dengan kehidupan seharian. Sering kali di dalam hidup,setiap orang akan merasai kejatuhan, hati hancur, ataupun dihina. Hinggakan suatu ketika kita akan merasa diri kita tidak berguna langsung.
"Tetapi walau apapun yang telah terjadi, ataupun yang akan terjadi, anda tidak akan hilang harga diri. Bersih atau kotor, renyuk atau licin, anda tetap berharga terutama pada mereka yang disayangi."
"Harga diri kita bukan datang daripada apa yang kita lakukan atau siapa yang kita kenal tapi siapa sebenarya kita?"jelas Prof Ibrahim.
Semua peserta ternganga mendengar penerangan profesor itu dan mereka lantas mengiyakan kebenaran kata-kata profesor itu...

moral:

Harga diri kita bukan datang daripada apa yang kita lakukan atau siapa yang kita kenal tapi siapa sebenarya diri kita.






Kisah Sebuah Jam




Alkisah, seorang pembuat jam tangan berkata kepada jam yang sedang dibuatnya. "Hai jam, apakah kamu sanggup untuk berdetik paling tidak 31,104,000 kali selama setahun?"

"Ha?," kata jam terperanjat, "Mana sanggup saya?"

"Bagaimana kalau 86,400 kali dalam sehari?" tanya si pembuat jam.

"Lapan puluh enam ribu empat ratus kali? Dengan jarum yang ramping-ramping seperti ini?" jawab jam penuh keraguan.

"Bagaimana kalau 3,600 kali dalam satu jam?" cadang si pembuat jam.

"Dalam satu jam harus berdetik 3,600 kali? Banyak sekali itu" tetap saja jam ragu-ragu dengan kemampuan dirinya.

Tukang jam dengan penuh kesabaran kemudian berkata lagi kepada si jam. "Kalau begitu, sanggupkah kamu berdetik satu kali setiap detik?"

"Oh, kalau begitu, aku sanggup!" kata jam dengan penuh semangat.

Maka, setelah selesai dibuat, jam itu berdetik satu kali setiap detik. Tanpa terasa, detik demi detik terus berlalu dan jam itu sungguh luar biasa kerana ternyata selama satu tahun penuh dia telah berdetik tanpa henti. Dan itu bererti ia telah berdetik sebanyak 31,104,000 kali.


Moral :

Ada kalanya kita ragu-ragu dengan segala tugas pekerjaan yang begitu terasa berat. Namun sebenarnya kalau kita sudah menjalankannya, kita ternyata mampu. Bahkan yang kita anggap mustahil untuk dilakukan sekalipun




Hati Seorang Ayah




Suatu ketika, ada seorang anak perempuan yang bertanya kepada ayahnya, tatkala tanpa sengaja dia melihat ayahnya sedang mengusap wajahnya yang mulai berkerut-merut dengan badannya yang terbongkok-bongkok, disertai suara batuk-batuknya.

Anak perempuan itu bertanya pada ayahnya : "Ayah, mengapa wajah ayah kian berkerut-merut dengan badan ayah yang kian hari kian membongkok ?"

Demikian pertanyaannya, ketika ayahnya sedang berehat di beranda.

Si ayah menjawab : "Sebab aku lelaki."

Anak perempuan itu berkata sendirian : "Saya tidak mengerti".

Dengan kerut-kening kerana jawapan ayahnya membuatnya termenung rasa kebingungan.

Ayah hanya tersenyum, lalu dibelainya rambut anaknya itu, terus menepuk-nepuk bahunya, kemudian si ayah mengatakan : "Anakku, kamu memang belum mengerti tentang lelaki."

Demikian bisik Si ayah, yang membuat anaknya itu bertambah kebingungan.

Kerana perasaan ingin tahu, kemudian si anak itu mendapatkan ibunya lalu bertanya kepada ibunya : "Ibu, mengapa wajah Ayah jadi berkerut-merut dan badannya kian hari kian membongkok? Dan sepertinya ayah menjadi demikian tanpa ada keluhan dan rasa sakit ?"

Ibunya menjawab : "Anakku, jika seorang lelaki yang benar-benar bertanggungjawab terhadap keluarga itu memang akan demikian."

Hanya itu jawapan si ibu. Si anak itupun kemudian membesar dan menjadi dewasa, tetapi dia tetap juga masih tercari-cari jawapan, mengapa wajah ayahnya yang tampan menjadi berkerut-merut dan badannya menjadi membongkok?

Hingga pada suatu malam, dia bermimpi. Di dalam impian itu seolah- olah dia mendengar suara yang sangat lembut, namun jelas sekali. Dan kata-kata yang terdengar dengan jelas itu ternyata suatu rangkaian kalimah sebagai jawapan rasa kebingungannya selama ini.

"Saat Ku-ciptakan lelaki, aku membuatnya sebagai pemimpin keluarga serta sebagai tiang penyangga dari bangunan keluarga, dia senantiasa akan berusaha untuk menahan setiap hujungnya, agar keluarganya merasa aman, teduh dan terlindung."

"Ku ciptakan bahunya yang kuat dan berotot untuk membanting- tulang menghidupi seluruh keluarganya dan kegagahannya harus cukup kuat pula untuk melindungi seluruh keluarganya."

"Ku berikan kemahuan padanya agar selalu berusaha mencari sesuap nasi yang berasal dari titisan keringatnya sendiri yang halal dan bersih, agar keluarganya tidak terlantar, walaupun seringkali dia mendapat cercaan dari anak-anaknya".
"Ku berikan keperkasaan dan mental baja yang akan membuat dirinya pantang menyerah, demi keluarganya dia merelakan kulitnya tersengat panasnya matahari, demi keluarganya dia merelakan badannya berbasah kuyup kedinginan dan kesejukan kerana tersiram hujan dan dihembus angin, dia relakan tenaga perkasanya dicurahkan demi keluarganya, dan yang selalu dia ingat, adalah disaat semua orang menanti kedatangannya dengan mengharapkan hasil dari jerih- payahnya."
"Kuberikan kesabaran, ketekunan serta kesungguhan yang akan membuat dirinya selalu berusaha merawat dan membimbing keluarganya tanpa adanya keluh kesah, walaupun disetiap perjalanan hidupnya keletihan dan kesakitan kerapkali menyerangnya".
"Ku berikan perasaan cekal dan gigih untuk berusaha berjuang demi mencintai dan mengasihi keluarganya, didalam suasana dan situasi apapun juga, walaupun tidaklah jarang anak-anaknya melukai perasaannya, melukai hatinya.
Padahal perasaannya itu pula yang telah memberikan perlindungan rasa aman pada saat dimana anak-anaknya tertidur lelap. Serta sentuhan perasaannya itulah yang memberikan kenyamanan bila saat dia sedang menepuk-nepuk bahu anak-anaknya agar selalu saling menyayangi dan saling mengasihi sesama saudara."
"Ku berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengertian dan kesedaran terhadap anak-anaknya tentang saat kini dan saat mendatang, walaupun seringkali ditentang bahkan dikotak-katikkan oleh anak-anaknya."
"Ku berikan kebijaksanaan dan kemampuan padanya untuk memberikan pengetahuan dan menyedarkan, bahawa isteri yang baik adalah isteri yang setia terhadap suaminya, isteri yang baik adalah isteri yang senantiasa menemani, dan bersama-sama menghadapi perjalanan hidup baik suka mahupun duka, walaupun seringkali kebijaksanaannya itu akan menguji setiap kesetiaan yang diberikan kepada isteri, agar tetap berdiri, bertahan, sepadan dan saling melengkapi serta saling menyayangi."
"Ku berikan kerutan diwajahnya agar menjadi bukti, bahawa lelaki itu senantiasa berusaha sekuat daya fikirnya untuk mencari dan menemukan cara agar keluarganya dapat hidup didalam keluarga bahagia dan badannya yang terbongkok agar dapat membuktikan, bahawa sebagai lelaki yang bertanggungjawab terhadap seluruh keluarganya, senantiasa berusaha mencurahkan sekuat tenaga serta segenap perasaannya, kekuatannya, kesungguhannya demi kelanjutan hidup keluarganya."
"Ku berikan kepada lelaki tanggungjawab penuh sebagai pemimpin keluarga, sebagai tiang penyangga ( seri / penyokong ), agar dapat dipergunakan dengan sebaik-baiknya. Dan hanya inilah kelebihan yang dimiliki oleh lelaki, walaupun sebenarnya tanggungjawab ini adalah amanah di dunia dan akhirat."
Terkejut si anak dari tidurnya dan segera dia berlari, berlutut dan berdoa hingga menjelang subuh. Setelah itu dia hampiri bilik ayahnya yang sedang berdoa, ketika ayahnya berdiri si anak itu menggenggam dan mencium telapak tangan ayahnya.
"Aku mendengar dan merasakan bebanmu, ayah."

Moral:
Bila ayah anda masih hidup jangan sia-siakan kesempatan untuk membuat hatinya gembira. Bila ayah anda telah tiada, jangan putuskan tali siratulrahim yang telah dirintisnya dan doakanlah agar Tuhan selalu menjaganya dengan sebaik-baiknya.







Cinta Seekor Cicak




Ketika sedang mengubahsuai rumah, seorang pemuda cuba meruntuhkan suatu tembok. Rumah di Jepun biasanya memiliki ruang kosong di antara tembok yang diperbuat dari kayu. Ketika tembok itu mulai roboh, dia menemui seekor cicak yang terperangkap di antara ruang kosong itu kerana kakinya melekat pada sebatang paku.

Dia berasa kasihan sekaligus hairan. Lalu dia memerhati paku itu, ternyata paku tersebut telah ada disitu 10 tahun lalu ketika rumah itu pertama kali dibina.

Apa yang terjadi? Bagaimana cicak itu dapat bertahan dengan keadaan terperangkap selama 10 tahun??? Dalam keadaan gelap selama 10 tahun, tanpa bergerak sedikit pun, itu adalah sesuatu yang mustahil dan tidak masuk akal.

Pemuda itu lalu berfikir, bagaimana cicak itu dapat bertahan hidup selama 10 tahun tanpa berpindah dari tempatnya sejak kakinya melekat pada paku itu!

Pemuda itu lalu menghentikan pekerjaannya dan memperhatikan cicak itu, apa yang dilakukan dan apa yang dimakannya hingga dapat bertahan. kemudian, tidak tahu dari mana datangnya, seekor cicak lain muncul dengan makanan di mulutnya.... AHHHH!

Pemuda itu berasa terharu melihat hal itu. Ternyata ada seekor cicak lain yang selalu memperhatikan cicak yang terperangkap itu selama 10 tahun.

Sungguh ini sebuah cinta...cinta yang indah. Cinta dapat terjadi bahkan pada haiwan yang kecil seperti dua ekor cicak itu. Apa yang dapat dilakukan oleh cinta? tentu saja sebuah keajaiban.
Bayangkan, cicak itu tidak pernah menyerah dan tidak pernah berhenti memperhatikan pasangannya selama 10 tahun. Bayangkan bagaimana haiwan yang kecil itu dapat memiliki kurnia yang begitu mengagumkan.
Saya tersentuh ketika mendengar cerita ini. Lalu saya mulai berfikir tentang hubungan yang terjalin antara keluarga, teman, kekasih, saudara lelaki, saudara perempuan..... Seiring dengan berkembangnya teknologi, akses kita untuk mendapatkan informasi berkembang sangat cepat. Tapi tak peduli sejauh apa jarak diantara kita, berusahalah semampumu untuk tetap dekat dengan orang-orang yang kita kasihi.

JANGAN PERNAH MENGABAIKAN ORANG YANG ANDA KASIHI!!!







Kisah Ayam & Lembu




Seorang kaya duduk termenung di dalam sebuah restoran. Wajahnya sugul seperti memikirkan sesuatu.
"Kenapa semua orang mengatakan aku kedekut. Padahal semua orang tahu jika aku sudah tiada lagi di dunia nanti, aku akan memberikan semua harta kekayaanku kepada badan-badan kebajikan!" kata orang kaya tersebut kepada seorang pelayan.
Pelayan terdiam sejenak dan kemudian berbicara,"Akan saya ceritakan kepada tuan tentang kisah ayam dan lembu," Lalu dia pun bercerita..
Pada zaman dahulu, terdapat sekumpulan ayam dan lembu di sebuah ladang. Lembu begitu popular dan disenangi, sedangkan sang ayam tidak sama sekali. Perkara ini menghairankan sang ayam. Ia berasa cemburu dengan sang lembu.
Ia berkata kepada sang lembu, "Semua orang berkata begitu manis tentang dirimu dan mereka menganggap kamu murah hati, kerana setiap hari kamu memberi mereka krim dan susu. Tapi bagaimana dengan aku? Aku memberikan semua yang aku punya. Aku memberikan manusia dagingku. Aku turut memberikan mereka bulu-buluku. Bahkan mereka memasak dan membuat sup dengan kakiku untuk kesihatan. Tidak ada haiwan yang berbakti sebegitu banyak seperti itu. Kenapa aku masih tidak dihargai?"
"Adakah tuan tahu apa jawapan sang lembu?,"tanya si pelayan itu kepada orang kaya tersebut. Orang kaya yang mendengar cerita itu dengan penuh minat hanya menggeleng kepala.
"Sang lembu berkata tenang, "Mungkin kerana aku memberikannya sewaktu aku masih hidup..."

Moral:
Berbuatlah kebajikan sementara kita masih hidup dan sihat. Jangan menunggu tika kita sudah meninggal dunia, baru mengharapkan orang lain utk berbuat kebajikan atas nama kita







Adik Ku Nur Anissa




Saya ingin bercerita mengenai kisah adik saya, nur annisa, seorang gadis yang baru menginjak dewasa tetapi agak kasar dan suka berkelakuan seperti lelaki. Ketika usianya mencecah 17 tahun, perkembangan tingkah lakunya benar-benar
membimbangkan ibu.Dia sering membawa teman-teman lelakinya pulang ke rumah.Situasi ini menyebabkan ibu tidak senang tambahan pula ibu
merupakan guru al-Quran.

Bagi mengelakkan pergaulan yang terlalu bebas, ibu telah meminta adik memakai tudung.Permintaan ibu itu ditolaknya sehingga seringkali berlaku pertengkaran-pertengkaran kecil antara mereka. Pernah pada suatu masa, adik berkata
dengan suara yang agak keras, "cuba mama tengok, jiran-jiran kita pun ada yang anaknya pakai tudung, tapi perangainya sama je macam orang yang tak pakai tudung. Sampai kawan-kawan ani kat sekolah, yang pakai tudung pun selalu keluar dating dengan boyfriend diorang, pegang-pegang tangan. Ani ni, walaupun tak pakai tudung, tak pernah buat macam tu!"

Ibu hanya mampu mengelus mendengar kata-kata adik.Kadang kala saya terlihat ibu menangis di akhir malam.Dalam qiamullailnya. Terdengar lirik doanya "Ya Allah, kenalkan Annisa dengan hukumMu".

Pada satu hari ada jiran yang baru pindah berhampiran rumah kami.Sebuah keluarga yang mempunyai enam orang anak yang masih kecil. Suaminya bernama Abu khoiri, (nama sebenarnya tak dapat dipastikan).Saya mengenalinya sewaktu di masjid. Setelah beberapa lama mereka tinggal berhampiran rumah kami,timbul desas desus mengenai isteri Abu Khoiri yang tidak pernah
keluar rumah, hingga ada yang menggelarnya si buta, bisu dan tuli.

Perkara ini telah sampai ke pengetahuan adik. Dia bertanya kepada saya,"abang, betul ke orang yang baru pindah itu, isterinya buta, bisu dan tuli?"

Lalu saya menjawab sambil lewa,"kalau nak tau sangat,pergi rumah mereka, tanya sendiri" Rupa-rupanya adik mengambil serius kata-kata saya dan benar-benar pergi ke rumah Abu Khoiri.

Sekembalinya dari rumah mereka,saya melihat perubahan yang benar-benar mendadak berlaku pada wajah adik.Wajahnya yang tak pernah muram menjadi pucat lesi.Entah apa yang dah berlaku?Namun, selang dua hari kemudian,dia
minta ibu buatkan tudung.Tudung yang labuh. Adik pakai baju labuh.Lengan panjang pula tu.Saya sendiri jadi bingung.Bingung campur syukur kepada Allah SWT kerana saya melihat perubahan yang ajaib..ya, saya katakan ajaib kerana dia berubah seratus peratus!

Tiada lagi anak-anak muda atau teman-teman bercakap perkara-perkara yang tidak tentu arah. Saya lihat, dia banyak merenung, banyak baca majalah Islam (biasanya dia suka beli majalah hiburan), dan saya lihat ibadahnya pun melebihi
saya sendiri.Tak tinggal tahajudnya,baca Qur'annya, solat sunatnya.dan lebih menakjubkan lagi, bila kawan-kawan saya datang, dia menundukkan pandangan.Segala puji bagi Engkau Ya Allah! jerit hati saya..

Tidak lama kemudian, saya mendapat panggilan untuk bekerja di kalimantan, kerja di satu perusahaan minyak CALTEX. Dua bulan saya bekerja di sana, saya mendapat khabar bahawa adik sakit tenat hingga ibu memanggil saya pulang ke rumah.Dalam perjalanan, saya tak henti-henti berdoa kepada Allah SWT agar adik disembuhkan, hanya itu yang mampu saya usahakan.Ketika saya sampai di rumah..didepan pintu sudah ramai orang.hati berdebar-debar, tak dapat ditahan.saya berlari masuk ke dalam rumah.Saya lihat ibu menangis.Saya segera menghampiri ibu lantas memeluknya.Dalam esak tangis, ibu memberitahu, "Dhi, adik boleh mengucapkan kalimat Syahadah diakhir hidupnya".Air mata ini
tak dapat ditahan lagi.

Setelah selesai upacara pengkebumian dan lain-lainnya, saya masuk ke bilik adik. Saya lihat di atas mejanya terletak sebuah diari.Diari yang selalu adik tulis. Diari tempat adik menghabiskan waktunya sebelum tidur semasa hayatnya.
Kemudian diari itu saya buka sehelai demi sehelai.Hingga sampai pada satu halaman yang menguak misteri dan pertanyaan.

..Perubahan yang terjadi ketika adik baru pulang dari rumah Abukhoiri.Disitu tertera soaljawab antara adik dan isteri jiran kami itu.Butirannya seperti ini:

Soaljawab (saya lihat di lembaran itu terdapat banyak bekas airmata)
Annisa : aku hairan,wajah wanita ini cerah dan bersinar seperti bidadari "mak cik.. wajah mak cik sangat muda dan cantik"

Isteri jiranku : Alhamdulillah.Sesungguhnya kecantikan itu datang dari lubuk hati.
Annisa : Tapi mak cik kan dah ada anak 6.tapi masih kelihatan cantik Isteri jiranku : Subhanallah..sesungguhnya keindahan itu milik Allah SWT.
Dan bila Allah SWT berkehendak?siapakah yang boleh menolaknya?

Annisa : Mak Cik.Selama ini ibu saya selalu meminta saya memakai tudung,tapi saya selalu menolak kerana saya rasa tak ada masalah kalau saya tak pakai tudung asalkan saya berkelakuan baik.Saya tengok, banyak wanita yang pakai
tudung tapi kelakuannya melebihi kami yang tak pakai.sampaikan saya tak pernah rasa nak pakai tudung.pendapat mak cik bagaimana?

Isteri jiranku : Anisa, sesungguhnya Allah SWT menjadikan seluruh tubuh wanita ini perhiasan dari hujung rambut hingga hujung kaki,segala sesuatu dari tubuh kita yang terlihat oleh bukan muhrim kita semuanya akan dipertanggungjawabkan
dihadapan Allah SWT nanti, tudung adalah perlindungan untuk wanita ..

Annisa : tapi yang saya tengok, banyak wanita bertudung yang kelakuannya tak elok..

Isteri jiranku : Tudung hanyalah kain , tapi hakikat atau makna disebalik tudung itu sendiri yang harus kita fahami.

Annisa : apakah hakikat tudung ?

Isteri jiranku : Hakikat tudung adalah perlindungan zahir batin,lindungi mata kamu dari memandang lelaki yang bukan muhrim kamu,lindungi lidah kamu dari mengumpat orang dan bercakap perkara yang sia-sia,sentiasalah lazimi lidah dengan zikrullah, lindungi telinga kamu dari mendengar perkara yang mengundang mudharat baik untuk dirimu mahupun masyarakat,lindungi hidungmu
dari mencium segala yang berbau busuk, lindungi tangan-tangan kamu dari berbuat sesuatu yang tidak senonoh, lindungi kaki kamu dari melangkah
menuju maksiat, lindungi fikiran kamu dari berfikir perkara yang mengundang syaitan untuk memdayai nafsu kamu, lindungi hati kamu dari sesuatu selain Allah SWT,bila kamu sudah biasa,maka tudung yang kamu pakai akn menyinari hati
kamu.Itulah hakikat tudung

Annisa : mak cik, sekarang saya sudah jelas tentang erti tudung.Mudah mudahan saya mampu pakai tudung.Tapi,bagaimanaana saya nak buat semua tu?

Isteri jiranku : Duhai nisa, bila kamu memakai tudung, itulah kurniaan dan rahmat yang datang dari Allah SWT yang Maha Pemberi Rahmat,bila kamu mensyukuri rahmat itu, kamu akan diberi kekuatan untuk melaksanakan amalan
amanlan 'tudung' hingga mencapai kesempurnaan yang diinginkan Allah SWT.Duhai nisa,ingatlah akan satu hari di mana seluruh manusia akan
dibangkitkan.ketika ditiup sangkakala yang kedua.pada saat roh-roh manusia seperti anai-anai yang bertebaran dan dikumpulkan dalam satu padang yang tiada batas, yang tanahnya dari logam yang panas, tiada rumput mahupun
tumbuhan,ketika tujuh matahari didekatkan di atas kepala kita namun keadaan gelap gelita, ketika seluruh manusia ketakutan, ketika ibu tidak mempedulikan anaknya,anak tidak mempedulikan ibunya,sanak-saudara tidak kenal satu sama lain lagi,antara satu sama lain boleh menjadi musuh lantaran satu kebaikan lebih berharga dari segala sesuatu yang ada di alam ini,ketika manusia berbaris dengan barisan yang panjang dan masing masing hanya mempedulikan nasib dirinya, dan pada saat itu ada yang berpeluh kerana rasa takut yang luar biasa hingga tenggelam dirinya akibat peluh yang banyak, dan betenggelam dirinya
akibat peluh yang banyak, dan bermacam macam rupa-rupa bentuk manusia yang tergantung amalannya , ada yang melihat ketika hidupnya namun buta ketika dibangkitkan,ada yang berbentuk seperti haiwan, ada yang berbentuk
seperti syaitan, semuanya menangis..menangis kerana hari itu Allah SWT murka..belum pernah Allah SWT...

...belum pernah Allah SWT murka sebelum dan sesudah hari itu.Hingga ribuan tahun manusia dibiarkan Allah SWT di padang mahsyar yang panas membara hinggalah sampai ke Timbangan Mizan. Hari itulah dipanggil hari Hisab.Duhai
Annisa, bila kita tidak berusaha untuk beramal pada hari ini, entah dengan apa nanti kita akan menjawab bila kita di tanya oleh Yang Maha Perkasa, Yang Maha Besar , Yang Maha Kuat , Yang Maha Agung. . Allah SWT ...

Sampai di sini sahaja kisah itu saya baca kerana di sini tulisannya terhenti dan saya lihat banyak titisan airmata yang jatuh dari pelupuk matanya..

Subhanallah .Saya selak halaman berikutnya dan saya lihat tertera tulisan kecil dibawah tulisan itu "buta , tuli dan bisu.. wanita yang tidak pernah melihat lelaki selain muhrimnya , wanita yang tidak pernah mahu mendengar perkara yang dapat mengundang murka Allah SWT ,wanita tidak pernah berbicara ghibah dan segala sesuatu yang mengundang dosa dan sia sia"

Tak tahan airmata ini pun jatuh.Semoga Allah SWT menerima Anissa disisiNya..Amin Ya Rabbal alamin.....







Berkorban Itu Indah




Telah dua bulan musim hujan berlalu sehingga di mana-mana pepohonan nampak menghijau. Kelihatan seekor ulat di antara dedaun menghijau yang bergoyang-goyang diterpa angin.

"Apa khabar daun hijau," katanya.

Tersentak daun hijau menoleh ke arah suara yang datang

"Oh, kamu ulat. Badanmu kelihatan kurus dan kecil, mengapa?" tanya daun hijau.

"Aku hampir tidak mendapatkan dedaunan untuk makananku. Bolehkah engkau membantuku sahabat?" kata ulat kecil.

"Tentu.. tentu.. dekatlah kemari." Daun hijau berfikir, "Jika aku memberikan sedikit dari tubuhku ini untuk makanan si ulat, aku akan tetap hijau. Hanya sahaja aku akan kelihatan berlubang-lubang. Tapi tak apalah."

"Perlahan-lahan ulat menggerakkan tubuhnya menuju daun hijau.

Setelah makan dengan kenyang ulat berterimakasih kepada daun hijau yang telah merelakan bahagian tubuhnya menjadi makanan si ulat. Ketika ulat mengucapkan terima kasih kepada sahabat yang penuh kasih dan pengorbanan itu, ada rasa puas di dalam diri daun hijau. Sekalipun tubuhnya kini berlubang di sana-sini namun ia bahagia dapat melakukan sesuatu bagi ulat kecil yang lapar.

Tidak lama berselang ketika musim panas datang daun hijau menjadi kering dan berubah warna. Akhirnya ia jatuh ke tanah, disapu orang dan dibakar.

Moral:
Apa yang terlalu bererti di hidup kita sehingga kita enggan berkorban sedikit sahaja bagi sesama? Nah... akhirnya semua yang ada akan "mati" bagi sesamanya yang tidak menutup mata ketika sesamanya dalam kesukaran. Yang tidak membelakangi dan seolah tidak mendengar ketika sesamanya berteriak meminta tolong. Ia rela melakukan sesuatu untuk kepentingan orang lain dan sejenak mengabaikan kepentingan diri sendiri.

Merelakan kesenangan dan kepentingan diri sendiri bagi sesama memang tidak mudah, tetapi indah. Ketika berkorban diri kita sendiri menjadi seperti daun hijau yang berlobang namun itu sebenarnya tidak mempengaruhi hidup kita, kita akan tetap hijau, Tuhan akan tetap memberkati dan memelihara kita.

Bagi "daun hijau", berkorban merupakan sesuatu perkara yang mengesankan dan terasa indah serta memuaskan. Dia bahagia melihat sesamanya dapat tersenyum kerana pengorbanan yang ia lakukan. Ia juga melakukannya kerana menyedari bahawa ia tidak akan selamanya tinggal sebagai "daun hijau". Suatu hari ia akan kering dan jatuh.

Demikianlah kehidupan kita. Hidup ini hanya sementara, kemudian kita akan mati. Itu sebabnya isilah hidup ini dengan perbuatan-perbuatan baik, kasih, pengorbanan, pengertian, kesetiaan, kesabaran dan kerendahan hati.

Jadikanlah berkorban itu sebagai sesuatu yang menyenangkan dan membawa sukacita tersendiri bagi anda. Kita dapat berkorban dalam banyak perkara.
Mendahulukan kepentingan sesama, melakukan sesuatu bagi mereka,memberikan apa yang kita punyai dan masih banyak lagi pengorbanan yang dapat kita lakukan.

Yang mana yang sering kita lakukan? Menjadi ulat kecil yang menerima kebaikan orang atau menjadi "daun hijau" yang senang memberi.

Pinggan Untuk Ayah

5:07 PM Posted by Kisah Tauladan

Seorang lelaki tua yang baru kematian isteri tinggal bersama anaknya, Arwan dan menantu perempuannya, Rina, serta anak pasangan itu, Viva yang baru berusia enam tahun. Keadaan lelaki tua itu agak uzur, jari-jemarinya sentiasa menggeletar dan pandangan pula semakin hari semakin kabur.

Malam pertama berpindah ke rumah anaknya, mereka makan malam bersama. Lelaki tua merasa kurang selesa menikmati hidangan di meja makan. Dia merasa amat canggung menggunakan sudu dan garpu. Selama ini dia gemar bersila, tapi di rumah anaknya dia tiada pilihan. Cukup sukar dirasakannya, sehingga makanan bersepah tanpa dapat dikawal. Bukan dia tidak merasa malu berkeadaan begitu di depan anak menantu, tetapi dia gagal menahannya. Lantaran kerap benar dijeling menantu, seleranya patah. Dan tatkala dia mencapai gelas minuman, pegangannya terlucut.

Prannnnngggggg ... !! Bertaburan kaca di lantai. Lelaki tua serba salah. Dia bangun,cuba mengutip serpihan gelas itu, tapi Arwan melarangnya. Rina masam mencuka. Viva pula kesian melihat datuknya, tapi dia hanya melihat, kemudian makan semula.

"Esok ayah tak boleh makan bersama kita," Viva mendengar ibunya berkata pada ayah, sebaik datuk menghilangkan diri ke dalam bilik.

Arwan hanya membisu. Namun sempat anak kecil itu merenung tajam ke dalam mata Arwan. Sebagai memenuhi tuntutan Rina, Arwan membeli sebuah meja kecil yang rendah, lalu diletakkan di suatu sudut bilik makan. Di situlah ayahnya menikmati hidangan bersendirian, sambil anak menantu makan di meja berhampiran. Viva pula dihalang apabila dia merengek mahu makan bersama datuknya.

Air mata lelaki tua meleleh mengenang nasibnya diperlakukan begitu. Ketika itu dia teringat kampung halaman yang ditinggalkan. Dia terkenang arwah isterinya. Lalu perlahan-lahan dia berbisik:"Miah... buruk benar layanan anak kita pada abang."

Sejak itu, lelaki tua merasa tidak selesa tinggal di situ. Hari-hari dia diherdik kerana menumpahkan sisa makanan. Dia diperlakukan seperti hamba. Pernah dia terfikir untuk lari dari situ, tetapi mengenangkan cucunya, dia menahan diri. Dia tidak mahu melukakan hati cucunya. Biarlah dia menahan diri dikelar dan dicalar anak menantu. Suatu malam, Viva terperanjat melihat datuknya makan menggunakan pinggan kayu, begitu juga gelas minuman yang diperbuat daripada buluh. Dia cuba mengingat-ingat, di manakah dia pernah melihat pinggan seperti itu.

"Oh! Ya..." bisiknya.Viva teringat, semasa berkunjung ke rumah sahabat papanya dia melihat tuan rumah itu memberi makan kucing-kucing mereka menggunakan pinggan yang sama.

"Taklah pecah lagi, kalau tak, nanti habis pinggan mangkuk mama," kata Rina apabila anaknya bertanya.

Masa terus berlalu. Walaupun makanan berselerak setiap kali waktu makan, tiada lagi pinggan atau gelas yang pecah. Apabila Viva merenung datuknya yang sedang menyuap makanan, kedua-duanya hanya berbalas senyum. Seminggu kemudian, sewaktu pulang dari bekerja, Arwan dan Rina terperanjat melihat anak mereka sedang bermain dengan kepingan-kepingan kayu. Viva seperti sedang membuat sesuatu. Ada penukul, gergaji dan pisau di sisinya.

"Eh, apa sayang buat ni? Berbahaya main benda-benda ni," kata Arwan menegur manja anaknya. Dia sedikit hairan bagaimana anaknya dapat mengeluarkan peralatan itu, sedang ia disimpan di dalam stor.

"Nak buat pinggan, mangkuk dan gelas untuk ayah dan emak. Bila Viva besar nanti, taklah susah cari. Kesian ayah, terpaksa ke bandar beli pinggan atuk," kata Viva.

Gamam mendengar jawapan anaknya, Arwan terkedu. Perasaan Rina terusik. Kelopak mata kedua-duanya bergenang. Jawapan Viva menusuk, seluruh tangkai jantung dirasa seperti dihiris sembilu. Mereka benar-benar rasa bersalah! Malam itu Arwan memimpin tangan ayahnya ke meja makan. Rina menyenduk nasi dan menuang minuman ke dalam gelas. Nasi yang tumpah tidak dihiraukan. Viva beberapa kali memandang ibunya, kemudian ayah dan akhir sekali wajah datuknya. Dia tidak bertanya, cuma tersenyum selalu bagi menyatakan rasa seronok duduk bersebelahan datuknya di meja makan. Lelaki tua itu juga tidak tahu kenapa anak menantunya tiba-tiba berubah.

"Esok Viva buang pinggan kayu tu, nak buat apa?" kata Viva pada ayahnya selepas makan.

Arwan hanya mengangguk, tetapi dadanya terus sebak.


Moral:

Hargailah kasih sayang kedua orang tua kita. Ibu bapa kita hanya satu, perginya tidak akan ada pengganti. Jadi, berbaktilah kepada mereka selagi hayat dikandung badan!







Kisah Kopi Masin




Dia bertemu dengan gadis itu di sebuah pesta, gadis yang menakjubkan. Banyak jejaka berusaha mendekatinya. Sedangkan dia sendiri hanya seorang laki-laki biasa. Tiada seorang gadis pun yang begitu mempedulikannya. Apabila pesta telah selesai, dia mengundang gadis itu untuk minum kopi bersamanya. Walaupun terkejut dengan undangan yang mendadak, si gadis tidak mahu mengecewakannya. Mereka berdua duduk di sebuah kedai kopi yang begitu nyaman. Si lelaki begitu gugup untuk mengatakan sesuatu, sedangkan si gadis merasa sangat tidak selesa.

"Cepat katakan sesuatu. Aku ingin segera pulang", kata si gadis dalam hatinya.

Tiba-tiba si laki-laki berkata pada pelayan, "Tolong ambilkan saya garam. Saya ingin membubuhkan dalam kopi saya."

Semua orang memandang dan melihat aneh padanya. Mukanya mendadak menjadi merah, tapi dia tetap mengambil dan membubuhkan garam dalam kopi serta meminum kopinya.

Sang gadis bertanya dengan penuh rasa ingin tahu kepadanya, "Kebiasaanmu sangat aneh?".

"Saat aku masih kecil, aku tinggal dekat laut. Aku sangat suka bermain-main di laut, di mana aku dapat merasakan laut... masin dan pahit. Sama seperti rasa kopi ini",jawab si laki-laki.

"Sekarang, tiap kali aku minum kopi masin, aku jadi teringat akan masa kecilku, tanah kelahiranku. Aku sangat merindukan kampung halamanku, rindu kedua orang tuaku yang masih tinggal di sana", lanjutnya dengan mata berlinang.

Sang gadis begitu terharu. Itu adalah hal sangat menyentuh hati. Perasaan yang begitu dalam dari seorang laki-laki yang mengungkapkan kerinduan akan kampung halamannya. Ia pasti seorang yang mencintai dan begitu mengambil berat akan rumah dan keluarganya. Ia pasti mempunyai rasa tanggungjawab akan tempat tinggal dan orang tuanya. Kemudian sang gadis memulakan perbualan, mulai bercerita tentang tempat tinggalnya yang jauh, masa kecilnya, keluarganya...Perbualan yang sangat menarik bagi mereka berdua. Dan itu juga merupakan permulaan yang indah dari kisah cinta mereka. Mereka terus menjalin hubungan. Sang gadis menyedari bahawa dia adalah lelaki idamannya. Dia begitu toleran, baik hati, hangat, penuh perhatian...kesimpulannya dia adalah lelaki baik yang hampir saja diabaikan begitu saja.

Untung saja ada kopi masin !

Seperti setiap kisah cinta yang indah: sang puteri menikah dengan sang putera, dan mereka hidup bahagia... Begitulah lelaki dan gadis itu akhirnya bernikah. Dan, setiap kali dia membuatkan suaminya secangkir kopi, dia membubuhkan sedikit garam di dalamnya, kerana dia tahu itulah kesukaan suaminya. Setelah 40 tahun berlalu, si laki-laki meninggal dunia. Dia meninggalkan sepucuk surat bagi isterinya:

"Sayangku, maafkanlah aku. Maafkan kebohongan yang telah aku buat sepanjang hidupku. Ini adalah satu-satunya kebohonganku padamu---tentang kopi masin. Kamu ingatkan saat kita pertama kali berkenalan? Aku sangat gugup waktu itu. Sebenarnya aku menginginkan sedikit gula. Tapi aku telah mengatakan garam. Waktu itu aku ingin membatalkannya, tapi aku tak sanggup, maka aku biarkan saja semuanya. Aku tak pernah sangka hal itu akan menjadi awal perbualan kita. Aku telah mencuba untuk mengatakan hal yang sebenarnya kepadamu. Aku telah mencubanya beberapa kali dalam hidupku, tapi aku begitu takut untuk melakukannya, kerana aku telah berjanji untuk tidak menyembunyikan apapun darimu... Sekarang saat kau membaca surat ini, aku sudah tiada. Tidak ada lagi yang perlu aku bimbangkan, maka aku akan mengatakan ini padamu: Aku tidak menyukai kopi yang masin. Tapi sejak aku mengenalimu, aku selalu minum kopi yang rasanya masin sepanjang hidupku. Aku tidak pernah menyesal atas semua yang telah aku lakukan padamu. Aku tidak pernah menyesali semuanya. Dapat berada disampingmu adalah kebahagiaan terbesar dalam hidupku. Jika aku punya kesempatan untuk menjalani hidup sekali lagi, aku tetap akan berusaha mengenalimu dan menjadikanmu isteriku walaupun aku harus minum kopi masin sekali lagi."

Sambil membaca, airmatanya membasahi surat itu.

Suatu hari seseorang telah bertanyanya, "Bagaimana rasa kopi masin?"

Si gadis pasti menjawab, "Rasanya begitu manis."


Moral:

Kadang-kadang anda merasakan anda mengenali seseorang lebih baik dari orang lain, tapi hanya untuk menyedari bahawa pendapat anda tentang seseorang itu bukan seperti yang anda gambarkan. Sama seperti kejadian kopi masin tadi.







Kisah Pokok Epal




Suatu masa dahulu, terdapat sebatang pokok epal yang amat besar. Seorang kanak-kanak lelaki begitu gemar bermain-main di sekitar pokok epal ini setiap hari. Dia memanjat pokok tersebut, memetik serta memakan epal sepuas-puas hatinya, dan adakalanya dia berehat lalu terlelap di perdu pokok epal tersebut. Budak lelaki tersebut begitu menyayangi tempat permainannya. Pokok epal itu juga menyukai budak tersebut.

Masa berlalu... budak lelaki itu sudah besar dan menjadi seorang remaja. Dia tidak lagi menghabiskan masanya setiap hari bermain di sekitar pokok epal tersebut. Namun begitu, suatu hari dia datang kepada pokok epal tersebut dengan wajah yang sedih.

"Marilah bermain-mainlah di sekitarku," ajak pokok epal itu.

"Aku bukan lagi kanak-kanak, aku tidak lagi gemar bermain dengan engkau," jawab budak remaja itu.

"Aku mahukan permainan. Aku perlukan wang untuk membelinya," tambah budak remaja itu dengan nada yang sedih.

Lalu pokok epal itu berkata, "Kalau begitu, petiklah epal-epal yang ada padaku. Jualkannya untuk mendapatkan wang. Dengan itu, kau dapat membeli permainan yang kau inginkan."

Budak remaja itu dengan gembiranya memetik semua epal di pokok itu dan pergi dari situ. Dia tidak kembali lagi selepas itu. Pokok epal itu merasa sedih.

Masa berlalu...

Suatu hari, budak remaja itu kembali. Dia semakin dewasa. Pokok epal itu merasa gembira.

"Marilah bermain-mainlah di sekitarku," ajak pokok epal itu.

"Aku tiada masa untuk bermain. Aku terpaksa bekerja untuk mendapatkan wang. Aku ingin membina rumah sebagai tempat perlindungan untuk keluargaku. Bolehkah kau menolongku?" Tanya budak itu.

"Maafkan aku. Aku tidak mempunyai rumah. Tetapi kau boleh memotong dahan-dahanku yang besar ini dan kau buatlah rumah daripadanya." Pokok epal itu memberikan cadangan.

Lalu, budak yang semakin dewasa itu memotong kesemua dahan pokok epal itu dan pergi dengan gembiranya. Pokok epal itu pun tumpang gembira tetapi kemudiannya merasa sedih kerana budak itu tidak kembali lagi selepas itu.

Suatu hari yang panas, seorang lelaki datang menemui pokok epal itu. Dia sebenarnya adalah budak lelaki yang pernah bermain-main dengan pokok epal itu. Dia telah matang dan dewasa.

"Marilah bermain-mainlah di sekitarku," ajak pokok epal itu.

"Maafkan aku, tetapi aku bukan lagi budak lelaki yang suka bermain-main di sekitarmu. Aku sudah dewasa. Aku mempunyai cita-cita untuk belayar. Malangnya, aku tidak mempunyai bot. Bolehkah kau menolongku?" tanya lelaki itu.

"Aku tidak mempunyai bot untuk diberikan kepada kau. Tetapi kau boleh memotong batang pokok ini untuk dijadikan bot. Kau akan dapat belayar dengan gembira," cadang pokok epal itu.

Lelaki itu merasa amat gembira dan menebang batang pokok epal itu. Dia kemudiannya pergi dari situ dengan gembiranya dan tidak kembali lagi selepas itu.

Namun begitu, pada suatu hari, seorang lelaki yang semakin dimamah usia, datang menuju pokok epal itu. Dia adalah budak lelaki yang pernah bermain di sekitar pokok epal itu.

"Maafkan aku. Aku tidak ada apa-apa lagi nak diberikan kepada kau. Aku sudah memberikan buahku untuk kau jual, dahanku untuk kau buat rumah, batangku untuk kau buat bot. Aku hanya ada tunggul dengan akar yang hampir mati..." kata pokok epal itu dengan nada pilu.

"Aku tidak mahu epalmu kerana aku sudah tiada bergigi untuk memakannya, aku tidak mahu dahanmu kerana aku sudah tua untuk memotongnya, aku tidak mahu batang pokokmu kerana aku berupaya untuk belayar lagi, aku merasa penat dan ingin berehat," jawab lelaki tua itu.

"Jika begitu, berehatlah di perduku," cadang pokok epal itu.

Lalu lelaki tua itu duduk berehat di perdu pokok epal itu dan berehat. Mereka berdua menangis kegembiraan.



Moral:
Cerita ini sengaja dipaparkan untuk mengajak para remaja berfikir cerita ini sengaja dipaparkan untuk mengajak remaja berfikir tentang pengajaran di sebalik cerita tersebut. Sebenarnya pokok epal yang dimaksudkan dalam cerita itu adalah kedua-dua ibu bapa kita. Bila kita masih muda, kita suka bermain dengan mereka. Ketika kita meningkat remaja, kita perlukan bantuan mereka untuk meneruskan hidup. Kita tinggalkan mereka dan hanya kembali meminta pertolongan apabila kita di dalam kesusahan. Namun begitu, mereka tetap menolong kita dan melakukan apa sahaja asalkan kita bahagia dan gembira dalam kehidupan.

Anda mungkin terfikir bahawa budak lelaki itu bersikap kejam terhadap pokok epal itu, tetapi fikirkanlah itu hakikatnya bagaimana kebanyakan anak-anak masakini melayan ibu bapa mereka. Jangan hanya kita menghargai mereka semasa menyambut Hari Ibu dan Hari Bapa setiap tahun. Semoga kisah ini memberi keinsafan kepada kita semua







Seorang Gadis Bernama Li-Li




Seorang gadis Cina bernama Li-Li menikah dan tinggal bersama suami dan ibu mertua. Semenjak itu, Li-Li menyedari bahwa dia tidak dapat menyesuaikan diri dengan ibu mertuanya dalam semua perkara. Sikap dan prinsip mereka berbeza dan Li-Li sangat marah dan tidak begitu menyenangi ibu mertuanya. Li-Li juga sering dikritik ibu mertuanya. Hari demi hari, minggu demi minggu, Li-Li dan ibu mertua tidak pernah berhenti berleter dan bertengkar. Keadaan menjadi bertambah buruk, kerana berdasarkan tradisi Cina, Li-Li harus taat kepada setiap permintaan ibu mertua.

Semua ketegangan dan pertengkaran di dalam rumah menyebabkan si suami yang miskin itu berada di dalam tekanan. Akhirnya, Li-Li tidak tahan lagi dengan sikap panas baran dan dominasi ibu mertuanya, dan dia memutuskan untuk melakukan sesuatu.

Li-Li pergi menemui teman baik ayahnya, Mr. Huang, yang menjual herba ubatan Cina. Li-Li menceritakan segala masalah yang dialaminya dan meminta Mr.Huang memberinya sejumlah racun supaya masalahnya dapat diselesaikan.

Mr. Huang berfikir sejenak dan tersenyum dan akhirnya berkata, "Li-Li, saya akan menolong kamu, tapi kamu harus dengar dengan teliti dan melakukan apa yang saya suruh"

Li-Li menjawab, "Baik, saya akan melakukan apa saja yang pakcik minta."

Mr. Huang mencari-cari sesuatu di dalam sebuah bilik dan kembali beberapa minit kemudian dengan membawa sejumlah herba.

Dia memberitahu Li-Li, "Kamu tidak boleh menggunakan racun yang bertindak-balas cepat untuk membunuh ibu mertuamu, kerana nanti akan menyebabkan orang berasa curiga. Oleh sebab itu saya memberi kamu sejumlah herba yang secara perlahan akan meracuni tubuh ibu mertuamu. Setiap hari masakkan daging atau ayam dan kemudian campurkan sedikit herba ini. Untuk memastikan bahawa tidak ada orang yang mencurigaimu, kamu harus berhati-hati dan berbuat baik dengan ibu mertuamu. Jadikan dia sebagai sahabat. Jangan berdebat dengannya, taati dia, dan layani dia seumpama seorang ratu."

Li-Li berasa sangat senang. Dia kembali ke rumah dan mula merancang pembunuhan ibu mertuanya.

Minggu demi minggu berlalu, bulan berganti bulan, dan setiap hari, Li-Li memasakkan ibu mertuanya dengan masakan yang dibuat secara khusus. Li-Li ingat segala pesanan Mr. Huang. Untuk mengelakkan sebarang kecurigaan, Li-Li berhati-hati mengawal emosinya, mentaati ibu mertuanya, melayan ibu mertuanya seperti ibunya sendiri dan bersahabat.

Setelah enam bulan berlalu, suasana rumah berubah menjadi ceria. Li-Li telah belajar mengawal emosinya dengan baik sehingga hampir tidak pernah meledak dalam amarah atau kekecewaan. Dia tidak bertengkar sekalipun dengan ibu mertuanya, yang sekarang kelihatan jauh lebih baik dan mudah bersahabat.

Sikap ibu mertua terhadap Li-Li juga berubah. Dia mula menyayangi Li-Li seperti anaknya sendiri. Dia semakin senang memberitahu teman-teman dan kenalannya bahawa Li-Li adalah menantu terbaik yang pernah ditemuinya. Li-Li dan ibu mertuanya sekarang sangat rapat di antara satu sama lain.

Suami Li-Li turut gembira melihat perubahan yang berlaku. Suatu hari, Li-Li datang menemui Mr. Huang dan minta pertolongan lagi. Dia berkata, "Mr. Huang, tolonglah saya untuk mencegah racun itu membunuh ibu mertua saya. Dia telah berubah menjadi seorang wanita yang sangat baik dan saya mengasihinya seperti ibu saya sendiri. Saya tidak ingin dia mati kerana racun yang saya berikan."

Mr. Huang tersenyum dan mengangkat kepalanya. "Li-Li, tidak usah bimbang. Saya tidak pernah memberimu racun. Herba yang saya berikan dulu adalah vitamin untuk meningkatkan kesihatannya. Satu-satunya racun yang pernah ada ialah di dalam fikiran dan sikapmu terhadapnya, tapi semuanya sudah lenyap dibersihkan oleh kasih sayang dan perhatian yang kamu berikan padanya."

Moral:
Pernahkah anda menyedari bahawa sebagaimana perlakuanmu terhadap orang lain akan sama dengan apa yang akan mereka lakukan terhadap kita?

"Pepatah China berkata: Orang yang mengasihi orang lain akan dikasihi







Kisah Biskut




Seorang wanita di lapangan terbang sedang menunggu waktu penerbangannya. Sambil menunggu, dia makan biskut yang dibelinya sebelum itu dan membaca buku cerita. Sedang dia makan dia terperasan yang lelaki disebelahnya turut mengambil biskut dari bungkusan yang sama yang terletak di sebelahnya.

Setiap keping biskut yang dia ambil lelaki itu turut mengambil sama. Di dalam hati wanita itu menyumpah-nyumpah lelaki itu.
"Alangkah tak malunya lelaki ni..... dah la tak mintak dari aku.... makan sama banyak dengan aku pulak tu...Pencuri!! " rungut wanita itu dalam hati.

Dalam pada itu, lelaki itu dengan muka yang tenang terus dengan perbuatannya. Hinggalah sampai ke biskut terakhir yang terdapat dalam bungkusan itu. Wanita itu menunggu reaksi dari lelaki itu. Sambil tersenyum lelaki itu mengambil biskut yang terakhir itu lalu dipatah dua lantas memberikan separuh darinya kepada wanita itu. Wanita itu menjadi begitu marah namun dia tetap menahan dirinya dari memarahi lelaki itu.

Sambil merampas dengan kasar biskut yang separuh itu dan menunjukkan mukanya yang masam mencuka, wanita itu berkata dalam hatinya.
"Berani sungguh lelaki ni. Memang muka tak malu. Pencuri besar." kata hatinya dengan marah.
Kedua-dua wanita dan lelaki itu terus duduk sehingga panggilan untuk menaiki pesawat untuk wanita itu sampai. Sambil menarik nafas lega seolah baru lepas dari satu kejadian ngeri wanita itu bergerak menaiki pesawatnya.

Apabila dia sampai di tempat duduknya beliau membuka beg kecilnya untuk mengambil barang. Alangkah terkejutnya dia apabila melihat satu bungkusan biskut berada di dalam begnya dan ia masih elok belum terbuka.
"Jika biskut ini ada dalam beg aku jadi bermakna biskut yang aku makan tadi..." getusnya.
Ya.. .biskut yang dimakannya tadi adalah kepunyaan lelaki itu. Alangkah malunya dia atas segala tindakannya terhadap lelaki itu. Lelaki itu telah sanggup berkongsi biskut dengannya sehingga biskut yang terakhir biarpun dari awal lagi wanita itu telah menunjukkan reaksi marahnya.

Untuk meminta maaf sudah terlambat namun hatinya penuh kekesalan kerana bersifat kedekut dan tidak mahu berkongsi dengan orang lain. Kini dia menyedari bahawa dialah pencuri biskut yang sebenar.

Moral:
Jangan buruk sangka dengan orang. Keindahan yang hakiki datangnya dari hati yang ikhlas bukan dari pandangan seseorang







Doa Seorang Sahabat




Sebuah kapal karam diterjang badai hebat. Hanya dua lelaki yang dapat menyelamatkan diri dan berenang ke pulau kecil yang gersang. Dua orang yang selamat itu tak tahu apa yang harus dilakukan kecuali berdoa. Untuk mengetahui doa siapakah yang paling dikabulkan, mereka sepakat pergi ke daerah berasingan dan mereka tinggal berjauhan.

Doa pertama, mereka memohon diturunkan makanan. Esok harinya, lelaki pertama melihat sebuah pohon penuh buah-buahan tumbuh di sisi tempat tinggalnya. Sedangkan di daerah tempat tinggal lelaki yang lainnya tetap kosong.

Seminggu kemudian. Lelaki pertama merasa kesepian dan memutuskan berdoa agar diberikan isteri, keesokan harinya, ada kapal karam dan satu-satunya penumpang yang selamat adalah seorang wanita yang terdampar di sisi pulau tepat lelaki pertama tinggal. Sedangkan di sisi tempat tinggal lelaki ke dua tetap saja tidak ada apa-apa.

Segera saja, lelaki pertama ini berdoa memohon rumah, pakaian dan makanan. Keesokan harinya, seperti keajaiban, semua yang diminta hadir untuknya. Sedangkan lelaki yang kedua tetap saja tidak mendapatkan apa-apa.

Akhirnya, lelaki pertama ini berdoa meminta kapal agar ia dan isterinya dapat meninggalkan pulau itu.

Pagi siang hari mereka menemui kapal tertambat di sisi pantainya. Segera saja lelaki pertama dan isterinya naik ke atas kapal dan siap-siap berlayar meninggalkan pulau itu. Ia pun memutuskan meninggalkan lelaki kedua yang tinggal di sisi lain pulau. Menurutnya lelaki kedua itu tidak pantas menerima keajaiban tersebut kerana doa-doanya tak pernah terkabulkan.

Apabila kapal siap berangkat, lelaki pertama mendengar suara dari langit, "Hai. Mengapa engkau meninggalkan rakanmu yang ada di sisi lain pulau ini?"

"Berkatku hanyalah milikku sendiri, hanya kerana doakulah yang dikabulkan," jawab lelaki pertama.

"Doa temanku itu tak satupun dikabulkan. Maka ia tak pantas mendapatkan apa-apa,"

"Kau salah!" suara itu bertempik.

"Tahukah kau bahwa rakanmu itu hanya memiliki satu doa. Dan semua doanya terkabulkan. Bila tidak, maka kau takkan mendapatkan apa-apa."

Lelaki pertama bertanya, "Doa macam apa yang dia panjatkan sehingga aku harus berhutang atas semua ini padanya?"

"Dia berdoa agar semua doamu dikabulkan"

Moral :

Kesombongan macam apakah yang membuat kita merasa lebih baik dari yang lain? Banyak orang yang telah mengorbankan segalanya demi kebahagiaan kita. Tak selayaknya kita mengabaikan peranan orang lain, dan janganlah menilai sesuatu hanya dari "yang terlihat"







Cinta Dan Kecantikan




"Boleh saya melihat bayi saya?" pinta seorang ibu yang baru melahirkan penuh kebahagiaan. Ketika gendongan itu berpindah ke tangannya dan ia membuka selimut yang membungkus wajah bayi lelaki yang mungil itu, ibu itu menahan nafasnya. Doktor yang menunggunya segera berpaling memandang ke arah luar jendela hospital. Bayi itu dilahirkan tanpa kedua belah telinga!

Waktu membuktikan bahawa pendengaran bayi yang kini telah tumbuh menjadi seorang anak itu bekerja dengan sempurna. Hanya penampilannya saja yang tampak aneh dan buruk.

Suatu hari anak lelaki itu bergegas pulang ke rumah dan membenamkan wajahnya di pelukan sang ibu yang menangis. Ia tahu hidup anak lelakinya penuh dengan kekecewaan dan tragedi. Anak lelaki itu terisak-isak berkata, "Seorang anak laki-laki besar mengejekku. Katanya, aku ini makhluk aneh."

Anak lelaki itu meningkat dewasa. Ia cukup tampan dengan cacatnya. Dia pun disukai teman-teman sekolahnya. Ia juga mengembangkan bakatnya di bidang musik dan menulis. Ia ingin sekali menjadi ketua kelas. Ibunya mengingatkan,"Bukankah nantinya kau akan bergaul dengan remaja-remaja lain?" Namun dalam hati ibu merasa kasihan dengannya.

Suatu hari ayah anak lelaki itu bertemu dengan seorang doktor yang mampu menyambungkan telinga untuknya. "Saya percaya saya boleh memindahkan sepasang telinga untuknya. Tetapi harus ada seseorang yang bersedia mendermakan telinganya," kata doktor.

Kemudian orangtua anak lelaki itu mulai mencari siapa yang mahu mendermakan telinga pada mereka. Beberapa bulan sudah berlalu. Dan tibalah saatnya mereka memanggil anak lelakinya, "Nak, seseorang yang tak ingin dikenali telah bersedia mendermakan telinganya padamu. Kami harus segera membawamu ke hospital untuk dilakukan pembedahan. Namun, semua ini sangatlah rahsia." kata sang ayah.

Operasi pembedahan berjalan dengan jayanya. Seorang lelaki barupun lahirlah. Bakat musiknya yang hebat itu berubah menjadi kegeniusan. Dia pun menerima banyak penghargaan dari sekolahnya. Beberapa waktu kemudian dia pun menikah dan bekerja sebagai seorang diplomat. Ia menemui ayahnya, "Yah, aku harus mengetahui siapa yang telah bersedia mengorbankan ini semua padaku. Ia telah berbuat sesuatu yang besar namun aku sama sekali belum membalas kebaikannya."

Ayahnya menjawab, "Ayah yakin kau tak kan mampu membalas kebaikan hati orang yang telah memberikan telinga itu."

Setelah terdiam sesaat ayahnya melanjutkan, "Sesuai dengan perjanjian, belum saatnya bagimu untuk mengetahui semua rahsia ini."

Tahun berganti tahun. Kedua orang tua lelaki itu tetap menyimpan rahsia. Hingga suatu hari tibalah saat yang menyedihkan bagi keluarga itu. Di hari itu ayah dan anak lelaki itu berdiri di tepi peti jenazah ibunya yang baru saja meninggal. Dengan perlahan dan lembut, sang ayah membelai rambut jenazah ibu yang terbujur kaku itu, lalu membelainya sehingga nampaklah bahawa sang ibu tidak memiliki telinga. "Ibumu pernah berkata bahwa ia senang sekali memanjangkan rambutnya," bisik sang ayah. "Dan tak seorang pun menyedari bahawa dia telah kehilangan sedikit kecantikannya bukan?"

Moral :

Kecantikan yang sejati tidak terletak pada penampilan tubuh namun di dalam hati. Harta karun yang hakiki tidak terletak pada apa yang terlihat, namun pada apa yang tidak dapat terlihat. Cinta yang sejati tidak terletak pada apa yang telah dikerjakan dan diketahui, namun pada apa yang telah dikerjakan namun tidak diketahui.







Kerana Manisnya Epal




Pertemuan dua hati oleh Allah melalui sebiji epal....

"Indah sungguh suasana di tepi sungai ini. Airnya mengalir tenang dan anginnya bertiup lembut. Biarlah saya duduk di sini untuk berzikir kepada Allah," kata Abu Salleh sendirian lalu duduk di tepi sungai.

Sungai itu terletak di sebuah pekan kecil bernama Jilan. Di situlah tempat tinggal Abu Salleh. Dia berasal dari keturunan Imam Hassan, salah seorang cucu Nabi Muhammad.

Ketika dia sedang berzikir, terpandang olehnya sebiji epal hanyut di tebing sungai. Perutnya yang memang belum diisi sejak awal pagi berbunyi beberapa kali. "Mungin ini rezeki untuk saya," katanya lalu mengambilnya.

Abu Salleh memakan sebiji epal itu sehingga habis. Tiba-tiba dia berdiri dengan wajah yang terkejut, "Saya memakan epal ini tanpa izin tuannya. Tentu pemilik epal ini berada di hulu sungai."

Abu Salleh berjalan menyusur tebing sungai menghala ke hulu sambil memerhati kesekeliling kalau-kalau ada pokok epal di situ. Jauh dia berjalan meninggalkan pekan Jilan. Dia terus berjalan sehingga akhirnya dia menemui sebuah ladang epal

"Syukurlah akhirnya saya menemui ladang epal. Saya yakin epal yang saya makan tadi datang dari ladang ini. Lebih baik saya segera menemuinya."
Abu Salleh terus memasukki ladang epal itu dan menemui pemiliknya. Pemilik itu bernama Sheikh Abdullah, berasal dari keturunan Imam Hussin, salah seorang cucu Nabi Muhammad juga. Beliau ialah seorang yang kuat beribadat dan disegani oleh penduduk di kawasan itu.
"Saya memohon maaf dan mohon dihalalkan sebiji epal yang saya memakannya," pinta Abu Salleh kepada Sheikh Abdullah.
Sheikh Abdullah memerhatikan Abu Salleh untuk beberapa ketika lalu tersenyum. Dia menarik nafas panjang dan berkata, "Saya boleh memaafkan saudara dengan satu syarat."
"Katakanlah apakah syarat itu? Saya akan memenuhinya."
"Saya mahu saudara bekerja di ladang epal ini selama dua belas tahun!"
Tanpa banyak soal, Abu Salleh mengangguk dan menyatakan persetujuannya. Bekerjalah Abu Salleh di ladang epal milik Sheikh Abdullah itu selama dua belas tahun dengan penuh amanah dan tanggong jawab. Sheikh Abdullah memerhatikan tingkah laku Abu Salleh sepanjang tempoh itu dan mula tertarik hati. Dia bercadang untuk mengahwinkan puterinya dengan Abu Salleh.
Akhirnya tamatlah tempoh dua belas tahun lalu Abu Salleh menemui Sheikh Abdullah. "Saya sudah menunaikan syarat tuan. Halalkanlah epal yang saya makan itu."
Sheikh Abdullah terpegun dengan kata-kata Abu Salleh yang jelas menggambarkan dia adalah seorang anak muda yang jujur lalu dia berkata, "Saya akan mengenakan satu lagi syarat ke atas saudara."
"Katakanlah syarat itu, saya akan tunaikan."
"Syaratnya ialah, saudara mesti mengahwini puteri saya. Tetapi biarlah saya berterus terang tentang keadaan puteri saya itu."
"Katakanlah! Saya akan mematuhinya."
"Puteri saya bernama Ummu Khair Fatimah. Dia seorang yang lumpuh, pekak, buta dan bisu. Mahukah saudara mengahwini puteri saya itu sebagai syarat kedua untuk saya memaafkan saudara?"
Sejenak Abu Salleh termenung membuatkan dada Sheikh Abdullah berdebar-debar. Akhirnya Abu Salleh memandang ke arah Sheikh Abdullah dan tersenyum, "Saya akan mengahwini puteri tuan sekiranya tuan menghalalkan sebiji epal yang saya makan tanpa izin dua belas tahun yang lalu."
"Baiklah. Saya akan menghalalkan sebiji epal yang saudara makan itu sekiranya saudara mengahwini puteri saya."
Maka berlangsunglah satu majlis perkahwinan di antara Abu Salleh dan Ummu Khair Fatimah. Pada malamperkahwinan itu, Abu Salleh masuk ke bilik pengantin dan memberi salam.kepada isterinya. Sebaik sahaja isterinya menoleh ke arahnya. Wajah Abu Salleh berubah kerana dia amat terkejut lalu berlari ke ruang tamu menemui bapa mertuanya, Sheikh Abdullah.

"Adakah seorang perempuan lain di dalam bilik pengantin? Di manakah isteri saya yang lumpuh, buta, pekak dan bisu itu?"
Sheikh Abdullah tersenyum mendengar pertanyaan Abu Salleh lalu menjawab, "Perempuan yang berada di dalam bilik pengantin itu ialah puteri saya, Ummu Khair Fatimah. Saya mengatakan dia lumpuh kerana kakinya tidak pernah menjejak ke tempat maksiat. Saya mengatakan dia pekak kerana dia tidak pernah mendengar perkara yang terlarang. Saya katakan dia buta kerana dia tidak pernah melihat perkara yang haram dan saya mengatakan dia bisu kerana dia tidak pernah menuturkan sesuatu yang sia-sia."
Tersenyumlah Abu Salleh sebaik sahaja Sheikh Abdullah menghabiskan kata-katanya lalu dia menadah tangan, "Ya Allah! Hambamu mengucapkan syukur yang tidak terhingga!"
Hasil perkawinan Abu Salleh dan Ummu Khair Fatimah ini lahirlah seorang ahli agama yang terkenal diberi nama Sheikh Abdul Kadir Jailani. Beliau digelar Mahyuddin yang bermaksud, Yang menghidupkan Agama






Kisah Muhammad SAW: Musuh yang menjadi teman




Saya tulis cerita ini sebagai bentuk keprihatinan terhadap film innocent of muslim. Melempari batu gedung Dubes AS, mencaci maki dengan perkataan yang buruk, kebetulan bukanlah cara perjuangan saya dalam membela Rasul ataupun membela Islam. Sabda Nabi Muhammad SAW yang saya ingat adalah "Janganlah marah" dan "Lawanlah dengan cara yang baik"

Cerita ini adalah upaya sederhana dari saya untuk mengingatkan kembali akan akhlak Muhammad SAW, dan membuktikan bahwa akhlak Beliau adalah hal yang terus bisa kita banggakan. Sepenggal film rekayasa tidak akan mengubah fakta sejarah betapa mulianya manusia yang satu ini (Muhammad SAW) :)

Kisah musuh yang menjadi teman

Enam tahun setelah hijrah,
Nabi Muhammad SAW memutuskan untuk memperluas misinya menyebarkan Islam. Kemudian beliau mengirimkan surat kepada penguasa-penguasa di Arab dan daerah sekelilingnya untuk mengundang mereka masuk ke dalam Islam. Salah satu penguasa itu adalah Thumamah ibn Uthal.

Thumamah adalah salah satu pengasa yang paling ditakuti pada zamannya. Dia adalah penguasa dari Al-Yamamah, dimana perkataannya adalah perintah mutlak yang tak terlanggarkan. Saat ia menerima surat dari Nabi Muhammad SAW mengundangnya untuk masuk Islam, ia marah dan ingin membunuh Muhammad SAW.

Thumamah kemudian mulai membunuh kawan-kawan baik Muhammad SAW dan prajurit-prajuritnya. Mengetahui hal itu, Nabi Muhammad mendeklarasikan ia (Thumamah) sebagai seseorang yang dicari dan secara hukum sah untuk dibunuh bila terlihat.

Tidak lama setelah itu, Thumamah memutuskan pergi ke Ka'bah untuk tawaf dan menaruh berhalanya di sana. Oleh karena itu, ia pergi dan meninggalkan Al-Yamamah. Kemudian saat mendekati Madinah, sekawanan muslim yang sedang berpatroli di daerah Madinah (bertugas menangkap orang-orang asing yang mencoba memunculkan masalah) menawan Thumamah. Namun, sekawanan muslim ini tidak mengetahui bahwa orang asing itu adalah Thumamah. Mereka pun membawanya ke Rasulullah untuk menanyakan apa yang harus dilakukan terhadap orang asing ini.

Saat Rasulullah memasuki mesjid dan melihat Thumamah, Rasulullah SAW bertanya kepada kawanannya itu "Apakah kalian tahu siapa yang telah kalian tangkap ini?" Mereka menjawab "tidak Rasul". "Ini adalah Thumamah ibn Uthal al-Hanafi. Kalian telah bekerja baik dengan menangkapnya" Kata Rasulullah SAW.

Kemudian Rasul pulang ke rumahnya dna menemui keluarganya. "Ambillah makanan apapun, dan berikan ke Thumamah ibn Uthal". Rasul juga meminta seseorang mengambil susu untuk diberikan kepada Thumamah.

Nabi Muhammad SAW kemudian kembali menemui Thumamah dan berbicara dengan baik untuk mengajaknya menjadi seorang muslim. Rasulullah kemudian bertanya "Bagaimana, apakah kamu bersedia?"

Thumamah menjawab "Jika kamu ingin balas dendam, kamu bisa menyuruh seseorang untuk membunuhku. Jika kamu ingin memaafkan aku, aku akan sangat senang. Jika kamu menginginkan uang sebagai kompensasinya, aku akan berikan berapapun yang kamu minta."

Rasulullah kemudian membiarkannya selama dua hari, namun tetap mengantarkan secara personal makanan, minuman termasuk susu untuk Thumamah. Rasul kembali datang kepadanya dan mengajaknya kembali masuk Islam "Apakah kamu bersedia?'. Thumamah mengulang jawabannya dua hari lalu. Nabi Muhammad SAW meninggalkannya lagi, dan kembali keesokan harinya "Apakah kamu bersedia?" Thumamah kembali mengulang jawabannya. Kemudian Rasulullah menemui prajuritnya dan mengatakan "Bebaskan dia"

Thumamah kemudian meninggalkan mesjid tersebut dan pergi sampai ia tiba di sebuah hutan palem di luar Madinah dekat al-Baqi'. Ia kemudian memberi minum untanya dan membersihkan diri. Lalu ia berputar arah, kembali ke mesjid Rasulullah sebelumnya.

Ia berdiri di depan jemaah muslim seraya berkata "Aku bersumpah bahwa tiada Tuhan selain Allah dan aku bersumpah bahwa Muhammad adalah utusan Allah". Kemudian ia kembali menemui Rasul dan berkata: "O Muhammad, demi Tuhan, sebelumnya tidak ada wajah seorangpun di bumi ini yang paling aku benci selain dirimu, Sekarang, wajahmu adalah hal yang paling aku sayangi dalam diriku". Thumamah melanjutkan "Aku telah membunuh beberapa dari orangmu, kini aku dalam kemurahan hatimu, apa yang akan kau lakukan padaku?"

"Sekarang tidak ada yang akan menyalahkanmu, Thumamah" jawab Rasul. "Menjadi seorang muslim telah menghapuskan dosamu di masa lalu, dan membuat awal yang baru untukmu"

Dikisahkan: "Companions of The Prophet", by: Abdul Wahid Hamid

PERISTIWA ANEH SEBUAH JENAZAH .. (Kisah Nyata) …

Ini adalah kisah nyata, kisah proses penguburan seorang pejabat di sebuah kota di Jawa Timur. Nama dan alamat sengaja tidak disebutkan untuk menjaga nama baik jenazah dan keluarga yang ditinggalkan. Insya Allah kisah ini menjadi hikmah dan cermin bagi kita semua sebelum ajal menjemput.

Kisah ini diceritakan langsung oleh seorang Modin (pengurus jenazah) kepada saya. Dengan gaya bertutur, selengkapnya ceritanya begini:

Saya terlibat dalam pengurus jenazah lebih dari 16 tahun, berbagai pengalaman telah saya lalui, sebab dalam jangka atau kurun waktu tersebut macam-macam jenis mayat sudah saya tangani. Ada yang meninggal dunia akibat kecelakaan, sakit tua, sakit jantung, bunuh diri dan sebagainya. Bagaimanapun, pengalaman mengurus satu jenazah seorang pejabat yang kaya serta berpengaruh ini, menyebabkan saya dapat kesempatan ‘istimewa’ sepanjang hidup. Inilah pertama saya bertemu cukup aneh, menyedihkan, menakutkan dan sekaligus memberikan banyak hikmah.

Sebagai Modin tetap di desa, saya diminta oleh anak almarhum mengurus jenazah Bapaknya. Saya terus pergi ke rumahnya. Ketika saya tiba sampai ke rumah almarhum tercium bau jenazah itu sangat busuk. Baunya cukup memualkan perut dan menjijikan. Saya telah mengurus banyak jenazah tetapi tidak pernah saya bertemu dengan mayat yang sebusuk ini. Ketika saya lihat wajah almarhum, sekali lagi saya tersentuh. Saya tengok wajahnya seperti dirundung oleh macam-macam perasaan takut, cemas, kesal dan macam-macam. Wajahnya seperti tidak mendapat nur dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala.

Kemudian saya pun ambil kain kafan yang dibeli oleh anak almarhum dan saya potong. Secara kebetulan pula, disitu ada dua orang yang pernah mengikuti kursus “fardu kifayah” atau pengurus jenazah yang pernah saya ajar. Saya ajak mereka mambantu saya dan mereka setuju.

Tetapi selama memandikan mayat itu, kejadian pertama pun terjadi, sekedar untuk pengetahuan pembaca, apabila memandikan jenazah, badan mayat itu perlu dibangunkan sedikit dan perutnya hendaklah diurut-urut untuk mengeluarkan kotoran yang tersisa. Maka saya pun urut-urut perut almarhum.

Tapi apa yang terjadi, pada hari itu sangat mengejutkan.

Allah Subhanahu Wa Ta’ala berkehendak dan menunjukkan kekuasaannya karena pada hari tersebut, kotoran tidak keluar dari dubur akan tetapi melalui mulutnya. Hati saya berdebar-debar. Apa yang sedang terjadi di depan saya ini? Telah dua kali mulut mayat ini memuntahkan kotoran, saya harap hal itu tidak terulang lagi karena saya mengurut perutnya untuk kali terakhir.

Tiba-tiba ketentuan Allah Subhanahu Wa Ta’ala berlaku, ketika saya urut perutnya keluarlah dari mulut mayat itu kotoran bersama beberapa ekor ulat yang masih hidup. Ulat itu adalah seperti ulat kotoran (belatung). Padahal almarhum meninggal dunia akibat diserang jantung dan waktu kematiannya dalam tempo yang begitu singkat mayatnya sudah menjadi demikian rupa ? saya lihat wajah anak almarhum.

Mereka seperti terkejut. Mungkin malu, terperanjat dan aib dengan apa yang berlaku pada Bapaknya,kemudian saya tengok dua orang pembantu tadi, mereka juga terkejut dan panik. Saya katakan kepada mereka,”Inilah ujian Allah terhadap kita”. Kemudian saya minta salah satu seorang dari pada pembantu tadi pergi memanggil semua anak almarhum.

Almarhum pada dasarnya seorang yang beruntung karena mempunyai tujuh orang anak, kesemuanya laki-laki. Seorang berada di luar negeri dan enam lagi berada di rumah. Ketika semua anak almarhum masuk, saya nasehati mereka. Saya mengingatkan mereka bahwasanya tanggung jawab saya adalah membantu menguruskan jenazah Bapak mereka, bukan menguruskan semuanya, tanggung jawab ada pada ahli warisnya.

Sepatutnya sebagai anak, mereka yang lebih afdal menguruskan jenazah Bapak mereka itu, bukan hanya iman, hanya bilal, atau guru. Saya kemudian meminta ijin serta bantuan mereka untuk menunggingkan mayat itu. Takdir Allah ketika ditunggingkan mayat tersebut, tiba-tiba keluarlah ulat-ulat yang masih hidup, hampir sebaskom banyaknya. Baskom itu kira-kira besar sedikit dari penutup saji meja makan. Subhanallah suasana menjadi makin panik. Benar-benar kejadian yang luar biasa sulit diterima akal pikiran manusia biasa. Saya terus berdoa dan berharap tidak terjadi lagi kejadian yang lebih ganjil. Selepas itu saya memandikan kembali mayat tersebut dan saya ambilkan wudhu. Saya meminta anak-anaknya kain kafan.

Saya bawa mayat ke dalam kamarnya dan tidak diijinkan seorang pun melihat upacara itu terkecuali waris yang terdekat sebab saya takut kejadian yang lebih aib akan terjadi. Peristiwa apa pula yang terjadi setelah jenazah diangkat ke kamar dan hendak dikafani, takdir Allah jua yang menentukan, ketika mayat ini diletakkan di atas kain kafan, saya dapati kain kafan itu hanya cukup menutupi ujung kepala dan kaki tidak ada lebih, maka saya tak dapat mengikat kepala dan kaki.

Tidak keterlaluan kalau saya katakan ia seperti kain kafan itu tidak mau menerima mayat tadi. Tidak apalah, mungkin saya yang khilaf dikala memotongnya. Lalu saya ambil pula kain, saya potong dan tampung di tempat-tempat yang kurang. Memang kain kafan jenazah itu jadi sambung-menyambung, tapi apa mau dikata, itulah yang dapat saya lakukan. Dalam waktu yang sama saya berdoa kepada Allah “Ya Allah, jangan kau hinakan jenazah ini ya Allah, cukuplah sekedar peringatan kepada hamba-Mu ini.”

Selepas itu saya beri taklimat tentang sholat jenazah tadi, satu lagi masalah timbul, jenazah tidak dapat dihantar ke tanah pekuburan karena tidak ada mobil jenazah/mobil ambulance. Saya hubungi kelurahan, pusat Islam, masjid, dan sebagainya, tapi susah. Semua sedang terpakai, beberapa tempat tersebut juga tidak punya kereta jenazah lebih dari satu karena kereta yang ada sedang digunakan pula.

Suatu hal yang saya pikir bukan sekedar kebetulan. Dalam keadaan itu seorang hamba Allah muncul menawarkan bantuan. Lelaki itu meminta saya menunggu sebentar untuk mengeluarkan van/sejenis mobil pick-up dari garasi rumahnya. Kemudian muncullah sebuah van. Tapi ketika dia sedang mencari tempat untuk meletakkan vannya itu dirumah almarhum, tiba-tiba istrinya keluar. Dengan suara yang tegas dia berkata dikhalayak ramai: “Mas, saya tidak perbolehkan mobil kita ini digunakan untuk angkat jenazah itu, sebab semasa hayatnya dia tidak pernah mengijinkan kita naik mobilnya.” Renungkanlah kalau tidak ada apa-apanya, tidak mungkin seorang wanita yang lembut hatinya akan berkata demikian. Jadi saya suruh tuan yg punya van itu membawa kembali vannya.

Selepas itu muncul pula seorang lelaki menawarkan bantuannya. Lelaki itu mengaku dia anak murid saya. Dia meminta ijin saya dalam 10-15 menit membersihkan mobilnya itu. Dalam jangka waktu yang ditetapkan itu,muncul mobil tersebut, tapi dalam keadaan basah kuyup. Mobil yang dimaksudkan itu sebenarnya lori. Dan lori itu digunakan oleh lelaki tadi untuk menjual ayam ke pasar, dalam perjalanan menuju kawasan pekuburan, saya berpesan kepada dua pembantu tadi supaya masyarakat tidak usah membantu kami menguburkan jenazah, cukup tinggal di camping saja akan lebih baik. Saya tidak mau mereka melihat lagi peristiwa ganjil. Rupanya apa yang saya takutkan itu berlaku sekali lagi, takdir Allah yang terakhir amat memilukan.

Sesampainya Jenazah tiba di tanah pekuburan, saya perintahkan tiga orang anaknya turun ke dalam liang dan tiga lagi menurunkan jenazah. Allah berkehendak semua atas makhluk ciptaan-Nya berlaku, saat jenazah itu menyentuh ke tanah tiba-tiba air hitam yang busuk baunya keluar dari celah tanah yang pada asal mulanya kering.

Hari itu tidak ada hujan, tapi dari mana datang air itu? sukar untuk saya menjawabnya. Lalu saya arahkan anak almarhum, supaya jenazah bapak mereka dikemas dalam peti dengan hati-hati. Saya takut nanti ia terlentang atau telungkup na’udzubillah. Kalau mayat terlungkup, tak ada harapan untuk mendapat safa’at Nabi. Papan keranda diturunkan dan kami segera timbun kubur tersebut. Selepas itu kami injak-injak tanah supaya mampat dan bila hujan ia tidak mendap/ambrol. Tapi sungguh mengherankan, saya perhatikan tanah yang diinjak itu menjadi becek. Saya tahu, jenazah yang ada di dalam telah tenggelam oleh air hitam yang busuk itu.

Melihat keadaan tersebut, saya arahkan anak-anak almarhum supaya berhenti menginjak tanah itu. Tinggalkan lobang kubur 1/4 meter. Artinya kubur itu tidak ditimbun hingga ke permukaan lubangnya, tapi ia seperti kubur berlobang. Tidak cukup dengan itu, apabila saya hendak bacakan talqin, saya lihat tanah yang diinjak itu ada kesan serapan air.

Masya Allah, dalam sejarah peristiwa seperti itu terjadi. Melihat keadaan itu, saya ambil keputusan untuk selesaikan penguburan secepat mungkin.

Sejak lama terlibat dalam penguburan jenazah, inilah mayat yang saya tidak talqimkan. Saya bacakan tahlil dan doa yang paling ringkas. Setelah saya pulang ke rumah almarhum dan mengumpulkan keluarganya. Saya bertanya kepada istri almarhum, apakah yang telah dilakukan oleh almarhum semasa hayatnya.

1. Apakah dia pernah menzalimi orang alim ?

2. Mendapat harta secara merampas, menipu dan mengambil yang bukan haknya?

3. Memakan harta masjid dan anak yatim ?

4. Menyalahkan jabatan untuk kepentingan sendiri ?

5. Tidak pernah mengeluarkan zakat, shodaqoh atau infaq ?

Istri almarhum tidak dapat memberikan jawabannya. Memikirkan mungkin dia malu Untuk memberi tahu, saya tinggalkan nomor telepon rumah. Tapi sedihnya hingga sekarang, tidak seorang pun anak almarhum menghubungi saya. Untuk pengetahuan umum, anak almarhum merupakan orang yang berpendidikan tinggi hingga ada seorang yg beristrikan orang Amerika, seorang dapat istri orang Australia dan seorang lagi istrinya orang Jepang.

Peristiwa ini akan tetap saya ingat. Dan kisah ini benar-benar nyata bukan rekaan atau isapan jempol. Semua kebenaran saya kembalikan kepada Allah Subhanahu Wa Ta’ala pencipta jagad raya ini.







Tetesan Air Mata Seorang Ibu




“Seorang ibu bisa mengurus sepuluh orang anak, tapi sepuluh orang anak belum tentu mampu mengurus seorang ibu”.



Saudara/i ku seiman..para facebooker yang dirahmati Allah..sungguh tak sekali pun kudengarkan muhadharah ini kecuali saya dalam keadaan berlinang airmata, saya terjemahkan untuk kita semua, moga kecintaan pada Ibu selalu diingatkan oleh Allah dalam hati-hati kita…selama beliau masih bersama kita..

Suatu hari seorang wanita duduk santai bersama suaminya , pernikahan mereka berumur 21 tahun, mereka mulai bercakap dan ia bertanya pada suaminya, ” Tidakkah engkau ingin keluar makan malam bersama seorang wanita?”. Suaminya kaget dan berkata,” Siapa? Saya tak memiliki anak juga saudara”. Wanita itupun kembali berkata,” Bersama seorang wanita yang selama 21 tahun tak pernah kau temani makan malam”.

Tahukah kalian siapa wanita itu??

Ibunya…

ُﻩﺎَّﻳِﺇ ﻻِﺇ ﺍﻭُﺪُﺒْﻌَﺗ ﻻَﺃ َﻚُّﺑَﺭ ﻰَﻀَﻗَﻭ َﻙَﺪْﻨِﻋ َّﻦَﻐُﻠْﺒَﻳ ﺎَّﻣِﺇ ﺎًﻧﺎَﺴْﺣِﺇ ِﻦْﻳَﺪِﻟﺍَﻮْﻟﺎِﺑَﻭ ٍّﻑُﺃ ﺎَﻤُﻬَﻟ ْﻞُﻘَﺗ ﻼَﻓ ﺎَﻤُﻫﻼِﻛ ْﻭَﺃ ﺎَﻤُﻫُﺪَﺣَﺃ َﺮَﺒِﻜْﻟﺍ ﻻْﻮَﻗ ﺎَﻤُﻬَﻟ ْﻞُﻗَﻭ ﺎَﻤُﻫْﺮَﻬْﻨَﺗ ﻻَﻭ َﻦِﻣ ِّﻝُّﺬﻟﺍ َﺡﺎَﻨَﺟ ﺎَﻤُﻬَﻟ ْﺾِﻔْﺧﺍَﻭ * ﺎًﻤﻳِﺮَﻛ ﻲِﻧﺎَﻴَّﺑَﺭ ﺎَﻤَﻛ ﺎَﻤُﻬْﻤَﺣْﺭﺍ ِّﺏَﺭ ْﻞُﻗَﻭ ِﺔَﻤْﺣَّﺮﻟﺍ ﺍًﺮﻴِﻐَﺻ

Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali- kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan “ah” dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: “Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil”. (Al Isra’: 23-24)

Wanita itu berkata pada suaminya, ”Selama kita bersama tak pernah engkau bersama ibumu walau sejenak saja, hubungilah beliau, ajak makan malam berdua..luangkan waktumu untuknya”, suaminya terlihat bingung, seakan-akan ia lupa pada ibunya.

Maka hari itu juga ia menelpon ibunya, menanyakan kabar dan berkata “ Ibu, gimana menurutmu jika kita habiskan malam ini berdua, kita keluar makan malam. Saya akan menjemput ibu, bersiaplah”. Ibunya heran, ” Anakku, apakah terjadi sesuatu padamu?” jawabnya. ” Tidak ibu”, berulang kali sang ibu bertanya.

“ Ibu, malam ini saya ingin keluar bersamamu”.

Mengherankan! Ibunya begitu tak percaya namun sangat bahagia. “Mungkin kita bisa makan malam bersama, bagaimana menurutmu?”. Ibunya kembali bertanya, ”Saya keluar bersamamu anakku?”

Ibunya seorang janda, ayahnya telah lama wafat, dan anak lelakinya teringat padanya setalah 21 tahun pernikahannya. Hal yang sangat menggembirakannya, begitu lama waktu telah berlalu ia dalam kesendirian, dan datanglah hari ini, anaknya menghubunginya dan mengajaknya bersama. Seolah tak percaya, diapun bersiap jauh sebelum malam tiba. Tentu, dengan perasaan bahagia yang meluap-luap! Ia menanti kedatangan anaknya.

Laki-laki itupun bercerita : “ Setibaku di rumah menjemput ibu, kulihat beliau berdiri di depan pintu rumah menantiku”

Wanita tua…menantinya di depan pintu! “Dan ketika beliau melihatku, segera ia naik ke mobil.

Saya melihat wajahnya yang dipenuhi kebahagiaan, ia tertawa dan memberi salam padaku, memeluk dan menciumku, dan berkata: Anakku, tidak ada seorang pun dari keluargaku..tetanggaku…yang tidak mengetahui kalau saya keluar bersamamu malam ini, saya telah memberitahukan pada mereka semua, dan mereka menunggu ceritaku sepulang nanti” Lihat bagaimana jika seorang anak mengingat ibunya!

Sebuah syair berbunyi :

Apakah yang harus kulakukan
agar mampu membalas
kebaikanmu? Apakah yang harus kuberikan
agar mampu membalas
keutamaanmu?

Bagaimanakah kumenghitung
kebaikan-kebaikanmu ?

Sungguh dia begitu
banyak..sangat banyak..dan
terlampau banyak!

Dan kami pun berangkat, sepanjang jalan saya pun bercerita dengan ibu, kami mengenang hari-hari yang lalu.

Setiba di restoran, saya baru menyadari bahwa baju yang dikenakan ibu adalah baju terakhir yang Ayah belikan untuknya, setelah 21 tahun saya tak bersamanya tentu pakaian itu terlihat sangat sempit, dan saya pun terus memperhatikan ibuku. Kami duduk dan datanglah seorang pelayan menanyakan menu makanan yang hendak kami makan, kulihat ibu membaca daftar menu dan sesekali melirik kepadaku, akhirnya kufahami kalau ibuku tak mampu lagi membaca tulisan di kertas itu. Ibuku sudah tua dan matanya tak bisa lagi melihat dengan jelas.

Kubertanya padanya,” Ibu, apakah engkau mau saya bacakan menunya?” Beliau segera mengiyakan dan berkata, “ Saya mengingat sewaktu kau masih kecil dulu, saya yang membacakan daftar menu untukmu, sekarang kau membayar utangmu anakku..kau bacakanlah untukku”

Maka sayapun membacakan untuknya, dan demi Allah..kurasakan kebahagiaan merasuki dadaku..

Beberapa waktu datanglah makanan pesanan kami, saya pun mulai memakannya. Tapi ibuku tak menyentuh makanannya, beliau duduk memandangku dengan tatapan bahagia. Karena rasa gembira beliau merasa tak selera untuk makan.

Dan ketika selesai makan, kami pun pulang, dan sungguh, tak pernah kurasakan kebahagian seperti ini setelah bertahun-tahun. Saya telah melalaikan ibuku 21 tahun lamanya.

Setiba di rumah, kutanyakan padanya : “ Ibu..bagaimana menurutmu kalo kita mencari waktu lain untuk keluar lagi?” beliau menjawab,” Saya siap kapan saja kau memintaku!”

Maka haripun berlalu, Saya sibuk dengan pekerjaan..dengan perdagangan..dan terdengar kabar Ibuku jatuh sakit. Dan beliau selalu menanti malam yang telah kujanjikan. Hari terus berlalu dan sakitnya kian parah. Dan…(Ya Alloh … Astaghfirullohal al’adzim…Ibuku meninggal dan tak ada malam kedua yang kujanjikan padanya.

Setelah beberapa hari, seorang laki- laki menelponku, ternyata dari restoran yang dulu kudatangi bersama ibuku. Dia berkata,” Anda dan istri Anda memiliki kursi dan hidangan makan malam yang telah lunas” Kami pun ke restoran itu, setiba disana..pelayan itu mengatakan bahwa Ibu telah membayar lunas makanan untuk saya dan istri.

Dan menulis sebuah surat berbunyi : “Anakku, sungguh saya tahu bahwa tak akan hadir bersamamu untuk kedua kalinya.

Namun, saya telah berjanji padamu, maka makan malamlah dengan uangku, saya berharap istrimu telah menggantikanku untuk makan malam
bersamamu”

Saya menangis membaca surat ibuku…dimana saya selama ini ?? di mana cintaku untuk Ibu?? Selama 21 tahun…. ….

dikisahkan kembali dari muhadharah syekh Nabil al ‘audhy- hafizhahullahu ta’ala







kisah seorang saleh yang di fitnah dan kecelakaan bagi si pendengki




kisah ini menceritakan seorang yang soleh dan juga baik hatinya.pada suatu hari orang yang saleh sedang duduk di samping seorang raja sambil menasehati raja," berbuat baiklah pada orang yang berbuat baik kepadamu sebab dia telah berbuat baik.sesungguhnya orang yang berbuat jelek akan mencukupi baginya kejelekan"

tapi ada seseorang yang dekat dengan raja merasa iri kepada orang soleh itu.dan mencoba untuk menghasud raja dan dia membuat siasat dan taktik untuk membunuh orang yang saleh itu,orang yang hasud ini berkata kepada raja,"wahai baginda raja, sesungguhnya orang saleh tersebut telah menuduh baginda bahwa tuan adalah orang yang mulutnya bau busuk.tandanya apabila tuan mendekatinya,dia menutupi hidungnya dengan tangan supaya tidak mencium bau busuk mulut tuan."


mendengar itu,maka rajapun menyuruh kepada orang yang hasud tadi,"pergilah kamu temui orang itu dan suruh menghadapku,karena aku ingin melihat kebenarannya".berangkatlah orang hasud ini untuk menemui orang yang saleh tersebut.setelah tiba dirumahnya dan mengatakan bahwa dia disuruh menghadap baginda raja.berangkatlah mereka berdua untuk menemui raja tapi di tengah perjalanan orang hasud ini mengundang orang saleh untuk makan dirumahnya si tukang hasud ini dan si tukang hasud ini memberi makan dengan banyak bumbu bawang putihnya.

setelah tiba di istana si orang saleh itu di suruh untuk mendekat kepada raja"mendekatlah kamu kapada ku" dan dia pun mendekati raja dengan menutup mulut dengan tangannya karena takut raja mencium bau busuk bawang putih dari mulutnya,"dan raja pun berkata dalam hatinya" berarti benar apa yang dia bicarakan kepada ku"

singkatnya raja pun menulis surat,kepada salah seorang algojonya,yang isinya,"jika telah datang kepada mu orang yang membawa surat ini,sembelihlah dia dan kulitilah.lalu isilah dengan jerami dan jahitlah,serta kirimkan kepadaku."dan raja pun menyuruh orang saleh untuk membawa surat itu dan di suruh untuk menyampaikan surat ini dan jangan pernah di buka sebelum kamu sampai.

maka berangkatlah orang saleh ini ke tempat yang di suruh raja tadi,tapi ketika di perjalanan,dia bertemu dengan orang hasud tadi,dan menanyakan ,"apa yang kamu bawa itu ?" orang saleh pun berkata ,"saya bawa surat yang di tulis raja untukku yang harus di serahkan kepada si anu di tepat anu..?"berikanlah kepadaku dan biarkan aku yang mengirimnya dan hadiahnya akan ku berikan kepadamu dan laki-laki hasud pun mengambil surat itu.

setelah tiba ditempat tujuannya,algojo pun bertanya"apa yang kamu inginkan" .lalu si hasud ini pun berkata,"aku disuruh menyampaikan surat ini",kemudian algojo itu pun membaca surat tadi,dan mengatakan kepada si hasud bahwa "dia di suruh menyembelihmu dan mengulitimu,kemudian menjahitmu" mendengar isi surat itu si hasud pun gemeteran dan mengatakan bahwa dia salah alamat seharusnya itu di lakukan kepada orang saleh tadi.tapi algojo itu tidak peduli dan tetap menjalankan perintah rajanya yang di tulis di dalam surat tadi

orang saleh pun datang seperti biasa tanpa mengetahui apa yang terjadi,dan rajapun merasa heran atas kedatangan si orang saleh itu,dan berkata kepadanya,"apakah yang telah kamu lakukan dengan surat yang kau bawa?" dia pun berkata,"aku telah bertemu dengan si fulan,lalu dia meminta kepadaku agar surat itu dibawa olehnya,dan akupun memberikannya kepada si fulan,"

maka rajapun berkata,"sesungguhnya si fulan itu menceritakan kepadaku bahwa kamu menuduhku orang yang mulutnya bau busuk." dan orang salehpun berkata,"aku tidak mengatakan hal itu." raja berkata,"mengapa kamu menutupi mulut dan hidungmu dengan tangan mu."dia pun menjawab,"karena si fulan telah memberikan makan kepadaku dengan bawang putih,maka akupun tidak ingin tuan mencium bau busuk mulutku," dan rajapun menyuruhnya pulang kerumahnya.

sesungguhnya orang yang berlaku iri dan hasad ke pada orang lain akan membawa kecelakaan kepada dirinya,karena orang hasad tidak akan pernah senang orang lain mendapatkan kebaikan.







KISAH-KISAH RABIATUL ADAWIYAH




Kisah Rabiatul Adawiyah sejak beliau lahir sehingga beliau meninggal dunia.

Rabiatul Adawiyah anak bongsu daripada empat orang adik-beradik.

Beliau dinamakan Rabiah yang bermaksud nombor empat. Walaupun mendapat pelbagai reaksi daripada pelbagai pihak, ayahnya tetap dengan keputusannya.

Kisahnya bermula sebelum kelahirannya lagi. Ayahnya Rabiatul adalah seorang yang baik akhlak dan elok ilmu agamanya.

Semasa dia masih kecil kedua-dua ibu bapanya meninggal dan tinggallah dia dengan kakak-kakaknya. Kemudiannya ujian Tuhan datang lagi, dia diculik dan menjadi hamba pada satu keluarga kaya. Daripada situlah perjalanan spiritual Rabiatul berkembang sehinggalah beliau diiktiraf sebagai wali.




Rabi’ah lahir dan masa kanak-kanaknya

~~Jika seseorang bertanya “Mengapakah engkau menyamakan Rabi’ah dengan kaum lelaki?” Maka jawabku adalah bahawa nabi sendiri pernah berkata “Sesungguhnya Allah tidak memandang rupa kamu, dan yang menjadi masalah bukanlah bentuk, tetapi niat yang seperti yang dikatakan Nabi :” Manusia-manusia akan dimuliakan sesuai dengan niat di dalam hati mereka.” Selanjutnya apabila kita boleh menerima dua pertiga ajaran agama daripada Aisyah, maka sudah tentu kita boleh pula menerima petunjuk-petunjuk agama dari pelayan peribadinya itu. Apabila seorang perempuan berubah menjadi ‘seorang lelaki’ pada jalan Allah, maka dia adalah sama dengan kaum lelaki dan kita tidak dapat menyebutnya sebagai seorang perempuan lagi.

~~Pada malam Rabi’ah dilahirkan ke dunia, tidak ada satu barang pun yang berharga kerana ayahnya seorang yang sangat miskin. Ayahnya tidak mempunyai minyak barang setitis pun untuk membersihkan pusat puterinya itu. Mereka tidak mempunyai lampu dan tidak mempunyai kain untu menyelimuti Rabi’ah. Ayahnya telah memperoleh tiga orang puteri dan Rabi’ah adalah puterinya yang keempat. Itulah sebabnya mengapa dia dinamakan Rabi’ah.

~~”Pergilah kepada jiran kita dan mintalah sedikit minyak untuk menyalakan lampu,” isterinya berkata.

~~Tetapi si suami telah bersumpah bahawa dia tidak akan meminta sesuatu jua pun dari manusia lain. Maka dia berpura-pura pergi menyentuhkan tangannya ke pintu rumah tetangga tersebut lalu kembali lagi ke rumahnya.

~~”mereka tidak mahu membukakan pintu,” dia memberitahu kepada isterinya.

~~Isterinya yang malang menangis sedih. Dalam keadaan yang serba menyedihkan itu, si suami hanya dapat menundukkan kepala ke atas lutut dan terlena. Di dalam tidurnya dia bermimpi melihat Nabi.

~~Nabi memujuknya,”jangan engkau bersedih, kerana bayi perempuan yang baru dilahirkan itu adalah ratu wanita dan akan menjadi penegah bagi 70 ribu orang di antara kaumku. Esok, pergilah engkau menemui ‘Isa az-Zadan, gabenor Basrah. Di atas sehelai kertas, tulislah kata-kata seperti ini ‘Setiap malam engkau mengirinkan selawat seratus kali kepadaku, dan setiap malam jumaat empat ratus kali. Semalam adalah malam jumaat, dan engkau lupa melakukannya. Sebagai penebus kelalaianmu itu, berikanlah kepada orang ini empat ratus dinar yang telah engkau dapati secara halal.”

~~Ketika terjaga daripada tidur, ayah Rabi’ah menangis. Dia pun bangun dan menulis seperti yang telah dipesankan oleh Nabi kepadanya dan mengirimkan kepada Gabenor melalui pengurus rumahtangga di istana.

~~”Berikanlah dua ribu dinar kepada orang-orang miskin,” gabenor memberikan perintah setelah membaca surat tersebut. “Sebagai tanda syukur kerana Nabi masih ingat kepadaku. Kemudian berikan empat ratus dinar kepada syeikh itu dan katakan padanya “aku harap engkau datang kepadaku sehingga aku dapat melihat wajahmu. Namun tidaklah elok bagi seseorang seperti kamu untuk datang menghadapku. Lebih baik seandainya akulah yang datang kepadamu. Walaupun demikian, demi Allah, aku bermohon kepadamu, apapun yang engkau perlukan, katakanlah kepadaku.”

~~Ayah Rabi’ah menerima wang emas tersebut dan membeli keperluannya. Ketika Rabi’ah semakin membesar, sedang ayah dan bondanya telah meninggal dunia, bencana kelaparan melanda Kota Basrah, dan dia terpisah daripada kakak-kakaknya. Suatu hari, ketika Rabi’ah keluar rumah, dia ditangkap oleh seorang penjahat dan menjualnya dengan harga 6dirham. Orang yang membeli dirinya, menyuruh Rabi’ah melakukan kerja-kerja yang berat.

~~Pada suatu hari, ketika dia berjalan-jalan, seseorang yang tidak dikenali datang menghampirinya. Rabi’ah melarikan diri, tiba-tiba dia jatuh tergelincir sehingga tangannya terkehel. Rabi’ah menangis sambil menghantuk-hantukkan kepalanya ke tanah :”Ya Allah, aku adalah seorang asing di negeri ini, tidak mempunyai ayah dan bonda, seorang tawanan yang tidak berdaya, tanganku cedera. Namun, semua itu tidak membuatku bersedih hati. Satu-satunya yang kuharapkan adalah dapat memenuhi kehendakMu dan mengetahui apakah Engkau berkenan atau tidak.”

~~”Rabi’ah, janganlah engkau berduka. Di kemudian hari engkau akan dimuliakan sehingakan para malaikat iri kepadamu,”sebuah suara berkata kepadanya.

~~Rabi’ah kembali ke rumah tuannya. Di siang hari dia terus berpuasa dan mengabdikan dirinya kepada Allah, sedang di malam hari, dia berdoa kepada Allah sambil terus berdiri sepanjang malam. Pada suatu malam, tuannya terjaga dari tidur, apabila dia lalu di tepi tingkap dan terlihat olehnya Rabi’ah sedang bersujud dan berdoa kepada Allah.

~~”Ya Allah, Engkau tahu bahawa hasrat hatiku adalah untuk dapat mematuhi perintahMu dan mengabdikan diri kepadaMu. Jika aku dapat mengubah nasibku ini, nescaya aku tidak akan berehat barang sebentar pun dari mengabdikan diri kepadaMu. Tetapi Engkau telah menyerahkan diriku ini dibawah kekuasaan seorang hambaMu,” demikianlah kata-kata Rabi’ah di dalam doanya.

~~Dengan matanya sendiri, majikannya menyaksikan betapa sebuah lampu tergantung tanpa tali di atas kepala Rabi’ah sedang cahayanya menerangi seluruh rumah. Menyaksikan peristiwa ini, dia berasa takut lalu pergi ke bilik tidurnya dan duduk termenung sehingga subuh. Ketika hari telah siang, dia memanggil rabi’ah, bersikap lembut kepadanya dan membebaskannya pergi.

~~”Izinkan aku pergi,” Rabi’ah berkata. Rabi’ah lalu meninggalkan rumah tuannya menuju ke padang pasir untuk mengadakan perjalanan menuju ke sebuah pertapaan untuknya mengabdikan diri kepada Allah.

~~Kemudian, dia berniat untuk menunaikan haji. Maka dia pun berangkat menempuh padang pasir kembali. Barang-barang miliknya diletakkan di atas punggung keldai. Tetapi apabila sampai di tengah-tengah padang pasir, keldai itu mati.

~~”Biarlah kami yang membawa barang-barangmu,” lelaki-lelaki di dalam rombongan itu menawarkan jasa mereka.

~~”Tidak! Teruskanlah perjalanan kalian,” jawab Rabi’ah. “Bukan tujuanku untuk menjadi beban kalian.”

~~Rombongan itu meneruskan perjalanan dan meninggalkan Rabi’ah seorang diri. “Ya Allah,” rabi’ah berseru sambil menadahkan tangannya. “Demikianlah caranya raja-raja memperlakukan seorang wanita yang tidak berdaya di tempat yang masih asing baginya? Engkau telah memanggilku ke rumahMu, tetapi di tengah perjalanan, Engkau membunuh keldaiku dan meninggalkanku sebatang kara di tengah padang pasir ini.”

~~Belum lagi Rabi’ah selesai dengan kata-katanya, tanpa diduga keldai it uterus berdiri. Rabi’ah meletakkan barang-barangnya kembali ke atas punggung keldai dan meneruskan perjalanannya. (Tokoh yang meriwayatkan kisah ini mengatakan bahawa tidak beberapa lama setelah peristiwa itu, dia melihat keldai kecil tersebut sedang dijual di pasar).

~~Beberapa hari lamanya Rabi’ah meneruskan perjalanannya menempuh padang pasir, sebelum dia berhenti, dia menyeru kepada allah “Ya Allah, aku sudah letih. Ke arah manakah yang harus kutuju? Aku ini hanyalah segumpal tanah sedangkan rumahMu dibuat dari batu. Ya Allah, aku bermohonn kepadaMu..tunjukkanlah diriMu.”

~~Allah berkata ke dalam sanubari rabi’ah, “ Rabi’ah, engkau sedang berada di atas sumber lapan belas ribu dunia. Tidakkah engkau ingat betapa Musa telah bermohon untuk melihat wajahKu dan gunung-gunung terpecah-pecah menjadi empat puluh keping. Kerana itu merasa cukuplah engkau dengan namaKu sahaja!”




TENTANG DIRI RABI’AH (2)

~~Pada suatu malam, ketika Rabi’ah sedang solat di sebuah pertapaan, dia berasa sangat letih sehingga dia jatuh tertidur. Sedemikian nyenyaknya tidur sehingga matanya berdarah tertusuk alang-alang dari tikar yang ditidurinya, sama sekali dia tidak sedar.

~~Seorang pencuri masuk menyelinap ke dalam pertapaan itu dan mengambil cadar Rabi’ah. Ketika hendak keluar dari pertapaan itu, jalan keluar telah tertutup. Kemudian, pencuri tersebut melepaskan cadar tersebut..ternyata jalan keluar kembali terbuka. Kemudian dia melakukan hal yang sama dengan mengambil semula cadar Rabi’ah…dan jalan keluar kembali tertutup. Sekali lagi dilepaskan cadar tersebut. Sebanyak tujuh kali dia melakukan hal tersebut. Kemudian terdengarlah sebuah suara dari salah satu sudut pertapaan itu:

~~”Hai manusia, tiada gunanya engkau mencuba-cuba. Sudah bertahun-tahun Rabi’ah mengabdi diri kepada Kami. Syaitan sendiri tidak berani datang menghampirinya. Jadi, betapakah seorang pencuri mempunyai keberanian untuk mencuri cadarnya? Pergilah dari sini hai manusia jahanam! Tiada gunanya engkau mencuba-cuba lagi. Jika sahabat tertidur, maka Sang Sahabat bangun dan menjaganya.”

* * *

~~Dua orang pemuka agama datang mengunjungi Rabi’ah dan keduanya berasa lapar. “Mudah-mudahan Rabi’ah akan memberikan makanan kepada kita,” mereka berkata. “Makanan yang diperoleh Rabi’ah, pastinya dari sumber yang halal.”

~~Ketika mereka duduk, di hadapan mereka telah terhampar safrah dan di atasnya dua potong roti. Melihat hal ini, mereka sangat gembira. Tetapi di saat itu pula seorang pengemis datang dan Rabi’ah memberikan kedua potong roti itu kepadanya. Kedua pemuka agama itu sangat kecewa, namun mereka tidak berkata apa-apa. Tidak berapa lama kemudian, masuklah seorang pelayan wanita membawa beberapa biji roti yang masih panas.

~~”majikanku telah menyuruhku menghantarkan roti-roti ini kepadamu,” pelayan itu menjelaskan. Rabi’ah mengira jumlah roti yang terdapat di dalam bekas tersebut. Semuanya berjumlah 18 biji.

~~”Mungkin roti-roti ini bukan untukku,”Rabi’ah berkata. Pelayan itu berusaha meyakinkan Rabi’ah namun sia-sia. Akhirnya roti-roti itu dibawanya kembali. Sebenarnya apa yang telah terjadi, adalah bahawa pelayan itu telah mengambil dua potong roti untuk dirinya sendiri. Dia meminta dua potong lagi kepada majikannya dan kembali ke tempat Rabi’ah. Roti-roti itu dikira oleh Rabi’ah, ternyata semuanya adalah 20 potong, dan setelah itu barulah dia mahu menerimanya.

~~”Roti-roti ini memang telah dikirimkan oleh majikanmu untukku,” kata Rabi’ah. Kemudian, Rabi’ah memberikan roti-roti tersebut kepada kedua tetamunya. Keduanya makan tetapi masih dalam keadaaan hairan.

~~”Apakah rahsia disebalik semua ini?” mereka bertanya kepada Rabi’ah. “Kami ingin memakan rotimu sendiri, tetapi engkau berikannya kepada pengemis. Kemudian engkau mengatakan kepada pelayan tadi bahawa kelapan belas roti tadi bukan dimaksudkan untukmu. Tetapi kemudian ketika berjumlah duapuluh potong barulah engkau mahu menerimanya.”

~~Rabi’ah menjawab, “sewaktu kamu datang, aku tahu kamu sedang lapar. Aku berkata kepada diriku sendiri, betapa aku menawarkan dua potong roti untuk pemuka agama yang terhormat. Itu sebabnya ketika pengemis itu datang, aku segera memberikan dua potong roti itu kepadanya dan berkata kepada Allah Yang Maha Besar “Ya Allah, Engkau telah berjanji bahawa Engkau akan memberikan ganjaran sepuluh kali dan janjiMu itu ku pegang teguh. Kini telah kusedekahkan dua potong roti untuk menyenangkanMu, semoga Engkau berkenan untuk memberikan dua puluh potong roti sebagai imbalannya. Ketika lapan belas potong roti itu dihantarkan kepadaku, tahulah aku bahawa sebahagiannya telah dicuri atau roti-roti itu bukan untuk disampaikan kepadaku.”




TENTANG DIRI RABI’AH (3)

~~Suatu hari, pelayan wanita Rabi’ah hendak memasak sup bawang kerana telah beberapa lamanya mereka tidak memasak makanan. Ternyata mereka tidak mempunyai bawang. Pelayannya berkata kepada Rabi’ah “Aku hendak meminta bawang daripada tetangga sebelah.” Tetapi Rabi’ah melarang ;”Telah empat puluh tahun aku berjanji kepada Allah tidak akan meminta sesuatu pun kecuali kepadaNya. Lupakanlah bawang itu.”

~~Setelah Rabi’ah berkata demikian, seekor burung meluncur laju dari angkasa, membawa bawang yang telah terkupas di paruhnya, lalu menjatuhkannya ke dalam belanga.

~~Menyaksikan peristiwa itu Rabi’ah berkata “aku takut andainya ini adalah suatu tipu muslihat.” Rabi’ah tidak mahu menyentuh sup bawang tersebut. Hanya roti sahaja yang dimakannya.

* * *

~~Pada suatu masa, ketika Rabi’ah pergi ke gunung, ia segera dikerumuni oleh sekawan rusa, kambing hutan dan keldai-keldai liar. Binatang ini menatap rabi’ah dan mahu menghampirinya. Tanpa disangka-sangka, Hasan al-Basri datang pula ke tempat tersebut. Ketika melihat Rabi’ah, ia segera datang menghampirinya. Tetapi setelah melihat kedatangan Hassan, binatang-binatang tadi lari ketakutan dan meninggalkan Rabi’ah. Hal ini membuatkan Hassan kecewa.

~~”Mengapakah binatang-binatang itu menghindari diriku sedangkan mereka begitu jinak terhadapmu?” Hassan bertanya kepada Rabi’ah.

~~Apakah yang telah engkau makan pada hari ini?” Rabi’ah bertanya semula.

~~”Sup bawang.”

~~”Engkau telah memakan lemak binatang-binatang itu. tidak menghairankan jika mereka lari ketakutan melihatmu.”

***

~~Di hari lain, Rabi’ah melalui hadapan rumah Hassan. Ketika itu Hassan termenung di jendela. Dia sedang menangis dan airmatanya menitis jatuh mengenai pakaian Rabi’ah. Pada mulanya Rabi’ah menyangka hujan turun, tetapi apabila dia mendongak kepalanya, ternyata ianya adalah airmata milik Hassan.

~~”Guru, menangis adalah petanda daripada kelesuan rohani,” dia berkata kepada Hassan. “Tahanlah airmatamu. Jika tidak, di dalam dirimu akan menggelora samudera sehingga engkau tidak dapat mencari dirimu sendiri kecuali pada seorang Raja Yang Maha Perkasa.”

~~Teguran itu tidak sedap didengar oleh Hassan, namun dia tetap menahan diri. di belakang hari dia bertemu dengan Rabi’ah di tepi sebuah danau. Hassan menghamparkan sejadahnya di atas air dan berkata kepada Rabi’ah “Rabi’ah, marilah kita melakukan solat sunat dua rakaat di atas air.”

~~Rabi’ah menjawab, “Hassan, jika engkau memperlihatkan karamah-karamahmu di tempat ramai ini, maka karamahmu haruslah tidak dimiliki oleh orang lain.”

~~Sesudah berkata begitu, Rabi’ah menghamparkan sejadahnya ke udara, kemudian dia melompat ke atas sejadah tersebut. Dia berseru kepada Hassan “Naiklah ke mari Hassan, agar orang-orang dapat menyaksikan kita.”

~~Hassan yang belum mencapai kepandaian seperti itu tidak dapat berkata apa-apa. Kemudian Rabi’ah mencuba menghiburkannya dan berkata “Hassan, apa yang kamu lakukan tadi dapat dilakukan oleh seekor ikan, dan apa yang ku lakukan ini dapat pula dilakukan oleh seekor lalat. Yang terpenting, bukanlah kemahiran-kemahiran seperti itu. kita harus mengabdikan diri kepada Hal-Hal Yang Terpenting itu.”

***

~~Suatu malam Hassan berserta dua tiga orang sahabatnya berkunjung ke rumah Rabi’ah. Tetapi rumah itu gelap, tiada berlampu. Mereka berasa senang seandainya pada ketika itu ada lampu. Maka Rabi’ah meniup jari tangannya. Sepanjang malam itu hingga fajar, jari tangan Rabi’ah memancarkan cahaya terang benderang bagaikan lampu dan mereka duduk di dalam cahaya.

~~Jika ada seseorang bertanya. “Bagaimanakah hal seperti itu boleh terjadi?” maka jawapanku adalah “Persoalannya adalah sama dengan tangan Musa.” Jika dia kemudiannya menyangkal “Tetapi manusia adalah seorang Nabi!” Maka jawapanku “Barangsiapa yang mengikut jejak nabi, akan mendapat sedikit kenabian, seperti yang pernah disabdakan oleh Nabi Muhammad sendiri.”

~~”Barangsiapa yang menolak harta benda yang tidak diperoleh secara halal, walaupun harganya satu sen, sesungguhnya dia telah mencapai suatu tingkat kenabian.” Nabi Muhammad juga pernah berkata “Sebuah mimpi yang benar adalah satu perempat puluh dari kenabian.”

Sumber : Kisah para wali




RABIAH BASRI atau lebih dikenali sebagai Rabiah al-Adwiyah adalah salah seorang wanita yang awal memeluk agama Islam. Dia telah meninggalkan segala-galanya yang bersifat duniawi dan mengabadikan sepenuhnya dirinya kepada Allah SWT.



Dia telah dilahirkan dalam sebuah keluarga yang miskin. Mempunyai empat orang adik beradik. Kelahirannya telah diliputi bermacam-macam cerita yang aneh-aneh. Pada malam dia dilahirkan, di rumahnya tidak mempunyai apa-apa bahkan minyak untuk menyalakan lampu pun tiada. Malahan secebis kain untuk membalut dirinya apabila dilahirkan kelak juga tidak ada. Ibunya meminta ayah Rabiah supaya meminjam pelita minyak daripada jiran mereka. Ini merupakan cubaan bagi si ayah yang malang itu.



Sebelum itu ayahnya telah berjanji kepada Allah untuk tidak meminta pertolongan dari sesiapa. Oleh kerana keadaan terdesak maka dia pun pergi juga ke rumah jirannya. Sebaik saja tiba di rumah jirannya, dia terus mengetuk pintu rumah jirannya itu. Malangnya tiada jawapan pun dari dalam rumah itu. Dia berasa lega dan mengucap syukur kepada Allah kerana tidak ingkar pada janjinya.



Setelah itu dia pun pulang ke rumahnya dan terus tidur. Pada malam itu dia bermimpi bertemu Nabi Muhammad SAW. Dalam mimpinya itu Nabi Muhammad SAW telah memberikan tanda kepadanya dengan menyatakan bahawa anaknya yang bakal dilahirkan itu telah ditakdirkan akan menduduki tempat paling tinggi di sisi Allah.



Tidak berapa lama setelah Rabiah dilahirkan kedua –dua ibu bapanya telah meninggal dunia, manakala ketiga-tiga orang kakaknya turut meninggal dunia akibat kelaparan yang ketika itu melanda Basra. Rabiatul kemudiannya dipelihara oleh seorang lelaki yang kejam. Dia telah dijual sebagai hamba dengan harga yang rendah. Majikannya juga bengis orangnya.



Dalam usia yang masih muda dia telah menghabiskan waktunya dengan melaksanakan segala perintah tuannya. Manakala sebelah malamnya dia sentiasa berdoa ke hadrat IIiahi.



Pada suatu malam, majikannya telah melihat tanda kebesaran rohani Rabiah iaitu ketika Rabiah berdoa kepada Allah, katanya: “Ya Rabbi ! Engkau telah menjadikan aku budak belian seorang manusia sehingga aku terpaksa mengabadikan diriku kepadanya. Seandainya aku bebas, pasti aku akan persembahkan seluruh waktu dalam hidupku ini untuk berdoa kepada-Mu”.



Tiba-tiba sebaik saja dia selesai berdoa, ternampak satu cahaya mendekati kepalanya. Melihat kejadian itu majikannya menjadi terlalu takut. Keesokan harinya Rabiah telah dimerdekakan.



Memperhambakan Diri



Setelah dibebaskan, Rabiah pergi ke tempat-tempat sunyi untuk menjalani hidup dengan bertawaduk kepada Tuhan. Akhirnya dia sampai ke sebuah pondok dekat dengan Basra. Di situ dia hidup seperti bertapa. Segulung tikar, sebuah kendi diperbuat daripada tanah, seketul batu bata. Semuanya itu merupakan harta yang dimilikinya.



Di pondok itu keseluruhan waktunya digunakan untuk mengabdikan diri berdoa. Pada suatu hari dia telah didatangi oleh sekumpulan orang bertujuan untuk meminangnya. Orang ramai itu adalah wakil kepada Gabenor Basra. Oleh kerana dia terlalu sibuk mengabadikan dirinya kepada Allah, maka diapun menolak pinangan itu.



Pada ketika yang lain Sufian Suri seorang soleh dan dihormati datang menemui Rabiah. Sebaik saja dia sampai dia terus berdoa: “Ya Allah! Tuhan Yang Maha Kuasa, aku mohon harta duniawi dariMu”. Mendengar isi doa itu, Rabiah pun menangis. Lantas Sufian Suri pun bertanya kenapa dia menangis, maka Rabiah pun berkata : “ Harta itu sesungguhnya didapati setelah meninggalkan segala yang bersifat duniawi ini, dan aku melihat anda hanya mencarinya di dunia ini saja”.



Menurut satu riwayat, ada seorang insan telah mengirim wang sebanyak empat puluh dinar kepada Rabiah, lantas dia pun menangis seraya mengangkat tangannya : “Engkau tahu Ya Allah ! Aku tidak pernah meminta harta dunia dari Mu, meskipun Engkau pencipta dunia ini. Lantas bagaimana aku dapat menerima wang dari seseorang, sedangkan wang itu sesungguhnya bukan kepunyaannya”.



Setiap kali dia mengajar muridnya dia sentiasa menasihati mereka agar jangan menunjukkan perbuatan baik itu kepada sesiapa pun, malahan mereka diharuskan menutupi perbuatan baik itu sebagaimana mereka menutupi perbuatan jahat mereka.



Segala penyakit datangnya adalah atas kehendak Allah, kerana itu Rabiah selalu menghadapinya dengan hati yang tabah dan berani. Rasa sakit yang bagaimana pun tidak pernah mengganggunya. Dia seringkali tidak menyedari ada bahagian tubuhnya yang terluka sampai dia diberitahu oleh orang lain.



Suatu hari dia telah terlanggar pokok yang menyebabkan kepalanya berdarah, kemudian seseorang telah bertanya : “Apakah anda tidak berasa sakit?”. Jawab Rabiah “Aku dengan seluruh jiwa ragaku mengabdikan diri kepada Allah SWT. Aku berhubung erat denganNya, aku disibukkanNya dengan hal-hal lain daripada apa yang kamu rasakan”, jawabnya lembut.



Semasa hayatnya, banyak keajaiban telah dikaitkan dengan Rabiah. Antaranya, Rabiah mendapat makanan daripada tetamunya melalui jalan yang aneh-aneh. Diriwayatkan bahawa, ketika Rabiah sedang menghadapi sakaratul maut, dia meminta teman-temannya meninggalkan dia seorang diri. Kemudian dia mempersilakan para utusan Allah datang kepadanya.



Sewaktu teman-temannya berjalan keluar mereka terdengar Rabiah mengucapkan syahadah, dan ada pula suara yang menjawab: “Jiwa, tenanglah, kembalilah kepada Tuhanmu, legalah, kembalilah kepada Tuhanmu, legalah hatimu pada-Nya, ini akan memberikan kepuasan kepadanya”.



Di antara doa-doa yang tercatat berasal dari Rabiah ialah doa yang dipanjatkannya pada waktu malam di atas atap rumahnya, katanya: “ Oh…Tuhanku, bintang-bintang bersinar bergemerlapan, manusia sudah tidur nyenyak dan raja-raja telah menutup pintunya, tiap orang bercinta sedang asyik dengan kesayangannya dan di sinilah aku bersendirian bersamaMu”.



Manakala doa lainnya :”Ya Rabbi, bila aku menyembahMu kerana takutkan neraka, bakarlah diriku di dalamnya. Bila aku menyembah Mu,kerana mengharapkan syurga jauhkan aku dari sana. Namun jika aku menyembah Mu hanya kerana Engkau, maka janganlah Engkau tutup keindahan abadiMu”.



Rabiah telah meninggal dunia di Basra pada tahun 801 Masihi. Dia telah dimakamkan di rumah tempat dia tinggal. Ketika jenazahnya diusung ke perkuburan, orang-orang soleh, para sufi dan orang-orang Islam turut mengiringinya dalam jumlah yang luar biasa ramainya.



Cintailah Allah kerana Dia mencintai kita, tunaikanlah perintah Allah kerana Dia akan mengadili kita, buatlah sesuatu yang dituntut semata-mata kerana Allah, sebab yang akan menilai setiap amal adalah Allah.

Apabila kita rapat dengan Allah maka sudah semestinya kita akan menjadi orang kesayangan Allah dan semua makhluknya, dan pada hari pengadilan nanti sudah tentu Allah tidak akan memberatkan pertanyaan ke atas hambaNya yang sangat takut kepadaNya.



Ya Allah, jauhkanlah kami daripada fahaman-fahaman Yahudi, Nasrani dan fahaman-fahaman karut yang dapat menyesatkan kami, dan selamatkanlah kamu semua di dunia dan di akhirat. Sesungguhnya akhirat itulaah tempat kami dann tujuan hidup kami”. Amin

Sumber: Kisah-Kisah Benar 7. NurulHas



Rabi'atul Adawiyah & Cinta Sucinya?



1]Apakah itu cinta Rabi'atul Adawiyah ?

2]Sejauh manakah kita boleh menerima cinta kesufian rabi'atul adawiyah ni? seperti kisah Rabi'ah yang memberi matanya kepada si fulan yang memuji kecantikan matanya.

3]Benarkah Rabi'atul Adawiyah dahulunya seorang pelacur lalu bertaubat menjadi sufi dan enggan berkahwin sebagai tanda cinta kepada Allah ?

al-Qardhawi telahpun mengupas perihal cinta Rabi'ah alAdawiyah (w. 135H di Basrah) dalam Fatawa Mu'asiratnya.

Maksud Cinta Rabi'ah menurut al-Qardhawi ialah dia berdampingan dengan manusia secara zahir sahaja, tapi batinnya sentiasa bersama ALlah. Cinta kepada Allah adalah dituntut oleh Islam, tapi yang dikaitkan dengan Rabi'ah ialah asyik mahsyuk beliau dengan Allah, Sifat asyik ini adalah cinta yang bid'ah yang dijaja oleh kaum sufi. Ini kerana Islam menganjurkan cinta kepada Allah bukan asyik. Cinta merupakan asas dalam keimanan. Dalilnya:
"Ia kasihkan mereka dan mereka kasihkan kepada-Nya"AQT 5:54

"sedang orang-orang beriman itu lebih cintanya kepada Allah."AQT 2:165

Hadith muttafaqun 'alaih: "Tiga perkara yang pabila berkumpul pada seseorang itu akan merasai kemanisan (halwah) iman: ALlah dan Rasul-Nya lebih dicintai daripada yg lainnya.."

Jika Rabi'ah mengarang sya'ir, maka sya'ir itu tidak lebih dari menyintai-Nya dengan menjaga adab-adab percintaan dengan Allah, tidak lebih dari itu. Manakala cinta yg asyik, maka itu cinta yg sudah terkeluar dari adab-adab dan syari'at Islam.

Maka jika sampai kepada kita pelbagai kisah cinta Rabi'ah yang menyimpang dari syari'at Muhammad, seperti tak perlunya nikahkawin, maka itu adalah asyik yang berkemungkinan direka oleh orang yang tidak bertanggungjawab.

Ulama' sejarah mengiktiraf keujudan Rabi'ah dan boleh mengambil pelbagai kebaikan dan hikmah darinya jika sesuai dengan al-Quran dan as-Sunnah terutama dalam bab cinta.

2) Mengenai kisah sufi seperti Rabi'ah memberi matanya kepada si fulan yang memuji kecantikan matanya, perlu dikaji akan kesahihannya. Imam Abu Daud misalnya antara ulama' Hadith yang langsung tidak menerima Rabi'ah dan mengatakan bahawa dia adalah zindik (fasiq), manakala Imam adDzahabi pula berkata, manusia boleh mengambil pelbagai hikmah darinya, cuma kena menapis mengenai sampainya banyak kisah-kisah yang dikatakan berasal dari Rabi'ah. Maka kisah Rabi'ah mencungkil matanya amat berlawanan dengan ajaran Islam dan inilah yang dimaksudkan oleh al-Zahabi. (Siyar A'lam anNubala'. 8/125)

3) Adapun tuduhan bahawa Rabi'ah adalah bekas pelacur, alZahabi (ibid) berkata kemungkinan ia disibarkan oleh ajaran sesat dari aliran alHululi (Dzat Allah bertaut dengan manusia) kerana rangkap sya'ir berikut:

"Aku telah jadikan Engkau dalam hatiku teman bicara....
(maka) aku telah benarkan sesiapa yang ingin mendatangi tubuhku.."

komentar alZahabi, kata-kata (sya'ir) ini adalah ghuluw (melampaui), direka oleh kaum Hulu atau mungkin juga oleh mereka yg terlibat dalam dunia pelacuran utk menghalalkan aktiviti mereka.

Adapun mengenai bolehkah kita mengambil kisah Rabi'ah ini sebagai teladan. Kata al-Zahabi, boleh, kalau kisahnya dapat kita sahkan sebagaimana hadith2 disahihkan menurut kaedah jarh wa ta'dil juga







Kisah Tiga Anak Kembar "Cerita Humor Lucu"

Di suatu tempat ada seorang ibu yang sedang mengandung bayi, dan setelah diperiksa pada seorang dukun, ternyata ibu tersebut mengandung bayi kembar tiga laki-laki.

Walaupun sudah bertahun-tahun tak ada satupun tanda-tanda bahwa bayi yang dikandungnya akan keluar. Karena sang ibu tersebut tak kunjung-kunjung melahirkan juga, maka bayi kembar tiga tersebut tua di dalam perut.

Karena sudah bertahun-tahun di dalam perut, bayi kembar tiga itupun akhirnya bisa bicara dan berbincang-bincang sesama saudaranya.

Bayi Tertua : " Jika aku besar nanti aku ingin jadi kepala PLN saja !"
Bayi Tengah dan Bayi Termuda : " Hah !!! Kenapa kakak ingin jadi kepala PLN??? "
Bayi Tertua : " Aku ingin menerangi tempat kita ini, soalnya dari dulu gelap sekali tempat kita ini !"
Bayi Tengah dan Bayi Termuda : " Ohh...."
Bayi Tengah : " Kalau aku ingin jadi kepala PU saja ! "
Bayi Tertua : " Kenapa kamu ingin jadi kepala PU dik? "
Bayi Tengah : " Aku ingin membuat jalan, agar kita bisa keluar dari tempat ini kak "
Bayi Tertua : " Ohh... Kalau kamu adik bungsu, Mau jadi apa ? "
Bayi Termuda : " Kalau aku ingin jadi seorang Detektif kak !!! "
Bayi Tengah : " Mengapa kamu ingi jadi Detektif ?! "
Bayi Tertua : " Iya kenapa ????"
Bayi Termuda : " Aku ingin menyelidiki si 'Kepala Gundul' yang bermulut satu kak. Soalnya tiap malam dia selalu muncul dan selalu muntah !!! "
Bayi Tertua dan Bayi Tengah : " Iya kami juga penasaran dengan dia ? "



Komentar Paijo "Cerita Humor Lucu"




Paijo adalah seorang pesuruh di sebuah SMA swasta yang cukup terkenal. Suatu siang, Paijo melihat kerumunan puluhan murid dan beberapa guru di teras ruangan kelas pelajaran Fisika. Dari suara ributnya, mungkin ada kejadian luar biasa di situ. Paijo semula acuh tak acuh, namun akhirnya ia datang mendekat juga karena salah satu guru yang juga wakil kepala sekolah memanggilnya.
Setelah diusut, ternyata ada seorang siswa yang sehabis pelajaran olah raga menendang bola yang seharusnya dia bawa ke gudang. Sialnya bola tadi mengenai kaca jendela nako sampai hancur berantakan.
Dasar sekolah swasta yang sudah terbiasa berdemokrasi, tidak heran kalau guru-guru di situ memberikan komentar atas kejadian tadi. Lagi pula ini berhubungan dengan kurikulum baru yang berbasis kompetensi (KBK) di mana para siswa diharapkan tidak hanya tahu teori tapi juga harus tahu keadaan nyata dalam situasi apapun. Berikut ini adalah dialog dari beberapa guru yang ada di situ.
Wakil Kepala Sekolah: “Bagaimana pendapat atau komentar bapak-bapak guru tentang kejadian tadi ?”
Guru Fisika: “Gerakan bola tadi merupakan contoh dari gerak balistik atau gerak peluru.”
Guru Kimia: “Massa kaca sebelum dan sesudah pecah sama.”
Guru Matematika: “Lintasan bola tadi pasti merupakan kurva melengkung parabola.”
Wakil Kepala Sekolah: “Bagus sekali komentarnya. Bagaimana menurut pak Sugih?”
Pak Sugih yang guru ekonomi menjawab: “Untuk mengganti kaca yang pecah perlu biaya Rp 100.000 pak.”
Wakil Kepala Sekolah: “Itu tidak masalah, kita bisa minta ke orang tua siswa yang menendang bola tadi. Bagaimana menurut Pak Paijo ?”
Paijo kaget setengah mati karena tidak menyangka kalau akan dimintai pendapat atau komentar. Tapi untuk menjaga gengsi, lagi pula dia pernah ikut nguping waktu guru-guru ditatar KBK, Paijo memberikan komentar menurut disiplin ilmunya.
Paijo: “Kalau ditinjau dari disiplin ilmu saya pak, pecahan kaca tadi… eh… anu… menambah pekerjaan saya tapi tidak menaikkan gaji saya pak!”
Wakil Kepala Sekolah: “Pintar juga pak Paijo, ada musibah malah digunakan kesempatan untuk minta naik gaji.”





Kendaraan Di Surga "Cerita Humor Lucu"




Tiga pria meninggal dan masuk surga.
Surga mempunyai peraturan bahwa setiap orang baik jahat maupun orang baik akan mendapat kendaraan yang pantas dengan perbuatannya.
Lelaki pertama tiba dan malaikat bertanya, “Berapa tahun kamu menikah?”Jawab lelaki pertama, “20 tahun.”
“Berapa kali kamu mengkhianati istrimu?”Jawab lelaki pertama, “5 kali.”
“Baiklah,” jawab sang malaikat, “Kamu boleh masuk tapi hanya mendapat Kijang.”
Lelaki pertama pun berlalu dengan Kijangnya.
Berikutnya adalah lelaki kedua. “Berapa tahun kamu menikah?”Jawab lelaki kedua, “30 tahun.”
“Berapa kali kamu mengkhianati istrimu?” “2 kali.”
“Lumayan… Kamu pantas mendapatkan BMW.”
Tibalah kini lelaki ketiga dan malaikat pun mengajukan pertanyaan yang sama yang dijawab si lelaki ketiga, “50 tahun.”
“Berapa kali kamu mengkhianati istrimu?”“Tidak pernah.” “Luar biasa! Ini kunci untuk Ferrari.”
Suatu hari, tatkala lelaki pertama dan kedua tadi tengah mengendarai
mobilnya, mereka melihat lelaki ketiga duduk di tepi jalan sambil menangis.
Mereka menghampirinya dan bertanya “Ngapain kamu nangis? Ga’ puas sama Ferrari?”
Jawab lelaki ketiga sambil mengusap air matanya, “Tadi aku berpapasan dengan istriku yang sedang naik sepeda…”

Orang Berkaki Empat "Cerita Humor Lucu"




Kakak: “Dik, coba tebak orang apa yang kakinya empat?”
Adik: “Orang lumpuh Kak…”
Kakak: “Salah…!”
Adik: “Orang aneh…”
Kakak: “Salah…!”
Adik: “Orang apa sich emangnya?”
Kakak: “Orang bilang sich kuda, kucing, anjing, dll.”
Adik: “Yeeeeeeeeeee…!”

Pengarang Menerka Umur "Cerita Humor Lucu"




Ibu Atika bertemu dengan Pengarang terkenal Indonesia dan bertanya kepadanya.
Ibu Atika : "Coba anda terka, berapa umur saya?"
Pengarang : "Kalau saya perhatikan gigi Ibu yang yang terawat baik, saya taksir Ibu paling-paling 18 tahun. Tapi melihat rambut Ibu yang masih hitam dan indah, Ibu mungkin tak lebih dari 22 tahun. Dari kulit Ibu yang masih mulus ini saya kira Ibu 19 tahun."
Begitu senangnya Nyonya itu mendengar jawaban si Pengarang.
Tapi tiba-tiba si Pengarang tersebut kemudian menambahkan : "Yah, bisa saya simpulkan umur Ibu kira-kira 18 + 22 + 19 atau sama dengan 59 tahun."



Pekerjaan di Rumah Sakit Jiwa "Cerita Humor Lucu"




Gara-gara krisis moneter ini, den bagus menjadi stres berat dan berubah pikirannya. Dan kini terpaksa masuk ke Rumah sakit Jiwa Harapan Waras.
Seperti biasa, di rumah sakit itu tiap hari diberi pekerjaan oleh Dokter, ada yang menyapu lantai, membersihkan kaca, menyapu halaman, dsb. Kebetulan den bagus diberi tugas menyiram bunga tiap sore.
Suatu sore, hujan deras sekali. Temen-temen den bagus sudah mengerjakan jobnya sendiri-sendiri. Ada yang menyapu, mengelap kaca dsb.
Den bagus bingung, merasa nggak enak temen-temennya kerja, takut nanti dimarahi dosennya. Takut nggak diluluskan jadi waras...
Kemudian dia lari ke belakang ambil payung dan embernya... Sambil memegang payung, den bagus cuek aja menyiram bunga...
Temen-temen yang pada gila, melihat den bagus menyiram bunga sambil geleng-geleng kepala berkata : "Gile beneeeeeerrrrr".



Dimarahi Ibu Karena Merokok "Cerita Humor Lucu"




Seorang ibu sedang memarahi anaknya yang ketahuan merokok.
Ibu : "Kamu masih kecil sudah merokok mau jadi apa nanti kamu?"
Anak : "Oh maaf bu saya hanya memberi contoh ke adik-adik."
Ibu : "Memberi contoh supaya adikmu ikut-ikutan merokok?"
Anak : "Oh tidak bu saya hanya memberi contoh kalau merokok itu... pasti kena marah ibu."









KISAH NENEK PENJUAL TEMPE



Tuhan selalu punya jawaban atas doa seseorang. Jawaban doa itu bisa iya, bisa tidak, atau.. Tuhan punya rencana yang lebih baik untuk umat-Nya, seperti dalam kisah berikut ini.

Di sebuah pinggir kota, hidup seorang nenek yang hidup seorang diri. Untuk dapat menyambung hidup, nenek tersebut berjualan tempe setiap hari. Pada suatu hari, sang nenek terlambat memberi ragi, sehingga tempe tidak matang tepat pada waktunya. Saat daun pisang pembungkus tempe dibuka, kedelai-kedelai masih belum menyatu. Kedelai tersebut masih keras dan belum menjadi tempe.

Hati sang nenek mulai menangis. Apa yang harus dilakukan? Jika hari ini dia tidak bisa menjual tempe tersebut, maka dia tidak akan dapat uang untuk makan dan membeli bahan tempe untuk esok hari. Dengan air mata yang masih mengalir, sang nenek mengambil wudhu lalu salat Subuh di rumahnya yang sangat kecil dan memprihatinkan.

"Ya Allah, tolong matangkan tempe-tempe itu. Hamba-Mu tidak tahu harus berbuat apalagi untuk menyambung hidup dengan cara yang halal. Hamba tidak ingin menyusahkan anak-anak hamba. Kabulkan doa hamba-Mu yang kecil ini ya Allah.." demikian doa sang nenek dengan linangan air mata.

Setelah selesai salat Subuh, sang nenek membuka daun pisang pembungkus tempe, tidak ada satupun yang matang. Keajaiban belum datang, doanya belum dikabulkan. Tetapi sang nenek percaya jika doanya akan terkabul, sehingga dia berangkat ke pasar saat matahari belum bersinar, mengejar rezeki dengan menjual tempe.

Sesampai di pasar, sang nenek kembali membuka pembungkus tempe. Masih belum matang. Tak apa, nenek tersebut terus menunggu hingga matahari bersinar terik. Satu persatu orang yang berbelanja berlalu lalang, tetapi tak ada satupun yang mau membeli tempe sang nenek. Matahari terus bergerak hingga para pedagang mulai pulang dan mendapat hasil dari berjualan.

Tempe dagangan penjual lain sudah banyak yang habis, tetapi tempe sang nenek tetap belum matang. Apakah Tuhan sedang marah padaku? Apakah Tuhan tidak menjawab doaku? Begitulah rintihan hati sang nenek, air matanya kembali mengalir.

Tiba-tiba, ada seorang ibu yang menghampiri sang nenek. "Apakah tempe yang ibu jual sudah matang?" tanya sang pembeli.

Sang nenek menyeka air mata lalu menggeleng, "Belum, mungkin baru matang besok," ujarnya.

"Alhamdulillah, kalau begitu saya beli semua tempe yang ibu jual. Daritadi saya mencari tempe yang belum matang, tetapi tidak ada yang menjual. Syukurlah ibu menjualnya," ujar sang pembeli dengan suara lega.

"Kenapa ibu membeli tempe yang belum matang?" tanya sang nenek dengan heran. Semua orang selalu mencari tempe yang sudah matang.

"Anak laki-laki saya nanti malam berangkat ke Belanda, dia ingin membawa tempe untuk oleh-oleh karena di sana susah mendapat tempe. Kalau tempe ini belum matang, maka matangnya pas saat anak saya sampai ke Belanda," ujar sang ibu dengan wajah berbinar.

Inilah jawaban atas doa sang nenek. Tempe-tempe itu tidak langsung matang dengan keajaiban, tetapi dengan jalan lain yang tidak dikira-kira. Ingatlah sahabat, Tuhan selalu punya jawaban terbaik untuk doa umat-Nya. Kadang sebuah doa tak langsung mendapat jawaban. Kadang doa seseorang tidak dijawab dengan 'iya' karena Tuhan selalu punya rencana terbaik untuk hamba-Nya.








Entri yang Diunggulkan

Generasi Rawan Lupa, Servis dalam Rumah Tangga

10 Hal Romantis Rasulullah yang Ditinggalkan Generasi  Now Rumah tangga Rasulullah SAW luar biasa. Rasulullah SAW dan istri-istriny...