Jumat, 09 Juni 2017

"KITA HARAM BERPUASA"

PUASA TERLARANG

وَيَحْرُمُ صِيَامُ خَمْسَةِ اَيَّامٍ : اَلْعِيْدَانِ اَيْ صَوْمُ يَوْمِ عِيْدِالْفِطْرِ وَعِيْدِالْأَضْحَى وَاَيَّامِ التَّشْرِيْقِ وَهِيَ اَلثَّلَاثَةُ اَلَّتِيْ بَعْدَيَوْمِ النَحْرِ

Diharamkan berpuasa pada 5 hari :
yang pertama dan kedua yaitu pada hari raya ‘idul fithri dan hari raya ‘idul adh-ha dan pada hari Tasyrik yaitu 3 hari setelah idul kurban.

وَيَكْرَهُ تَحْرِيْمًا صَوْمُ يَوْمِ الشَّكِّ بِلَاسَبَبٍ يَقْتَضِيْ صَوْمَهُ وَاَشَارَالْمُصَنِّفُ لِبَعْضِ صُوَرِ هَاذَاالسَّبَبِ بِقَوْلِهِ اِلَّا اَنْ يُوَافِقَ عَادَةٌلَهُ فِيْ تَطَوُّعِهِ كَمَنْ عَادَتُهُ صِيَامُ يَوْمٍ وَإِفْطَارُ يَوْمٍ فَوَافَقَ صَوْمُهُ يَوْمَ الشَّكِّ وَلَهُ صِيَامُ يَوْمِ الشَّكِّ اَيْضًا عَنْ قَضَاءٍ وَنَذَرٍ. وَيَوْمُ الشَّكِ هُوَ يَوْمُ الثَّلاَثِيْنَ مِنْ شَعْبَانَ اِذْ لَمْ يَرَ اَلْهِلاَلُ لَيْلَتَهَا مِنَ الصَّحْوِ اَوْتَحَدَّثَ النَّاسُ بِرُؤْيَتِهِ وَلَمْ يَعْلَمْ عَدْلٌ رَوَاهُ اَوْشَهِدَ بِرُؤْيَتِهِ صِبْيَانٌ اَوْعَبِيْدٌ اَوْفَسَقَهُ.

Dan diharamkan (makruh tahrim) berpuasa pada yaumus syak tanpa ada sebab, Yaitu:
1. adanya kebiasaan orang tersebut melakukan puasa sunnah, seperti kebiasaan puasa daud jika bertepatan dengan yaumus syak, maka boleh bagi orang tersebut berpuasa pada hari itu,
2. puasanya berupa qodho dan puasa nadzar.
YAUMUS SYAK
artinya : hari yang meragukan (sdh masuk ramadhan apa belum) maksudnya adalah hari ke 30 dibulan sya’ban
1. jika TIDAK TERLIHAT Hilal pada malam harinya padahal cuacanya terang (tak ada awan) sedang ada kabar orang yang telah melihat hilal akan tetapi tidak diketahui orang tsb adil atau tidaknya.
2. atau hilal terlihat oleh anak kecil, hamba sahaya atau orang fasiq. (Orang2 yg tertolak persaksiannya).

Keterangan :
Perbedaan MAKRUH TAHRIM dengan HARAM

والفرق بين كراهة التحريم والحرام مع أن كلا يقتضي الإثم أن كراهة التحريم ما ثبتت بدليل يحتمل التأويل والحرام ما ثبت بدليل قطعي لا يحتمل التأويل من كتاب أو سنة أو إجماع أو قياس


Perbedaan antara makruh tahrim dan Haram yang kedua-duanya berakibat dosa
Makruh Tahrim : Ketetapan hukum yang berdasarkan dalil yang masih memungkinkan dita’wil (ditafsiiri)
Haram : Ketetapan hukum yang berdasarkan dalil yang tidak dapat lagi dita’wili baik berdasarkan alQuran, Hadits, Ijma ataupun Qiyas.
I’aanah at-Thoolibiin I/121

Alvers, ucapkan alhmmdulillah jika sudah jelas..jika masih remang remang maka bisa minta penerangan...(bagian pln) hehe.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

Generasi Rawan Lupa, Servis dalam Rumah Tangga

10 Hal Romantis Rasulullah yang Ditinggalkan Generasi  Now Rumah tangga Rasulullah SAW luar biasa. Rasulullah SAW dan istri-istriny...