"PRAANGG!!!"
Seorang gadis kecil itu tanpa sengaja memecahkan piring yg hendak ia bawa saat mau mengambil makanan.
Duh bencana!
Ibunya datang tergopoh-gopoh penuh amarah.
"Ya Ampuuuun. Dasar kamu ini anak durhaka yah. Sukanya bikin jengkel orang tua. Piriing itu belinya pake uaang. Kamu mau bikin orang tuanya bangkrut yah. Kamu seneeeng bikin ibu marah, heh?"
Mendengar judging dan labelling kejam dari ibunya itu, seketika sebuah luka tergores di hatinya. Pediiiih. Periiiih. Sakiiiit. Benarkah ia melakukan kesalahan yg begitu besar?
*
Gadis kecil ini masih berusia 5 tahun saat adiknya lahir. Suatu kali, ia berinisiatif mengajak adiknya main sepeda. Ia dengan sepedanya, adiknya dengan sepeda yg lain. Agar adiknya tinggal ngikutin, ia pasangkan tali di stang depan adiknya untuk di rangkai di boncengan sepedanya. Sayang, adiknya belum cukup umur untuk mengarahkan sepedanya sendiri. Maka, baru satu dua genjotan sepedanya, terdengar suara keras.
"BRAAAKKKKK!!!"
Adiknya terjatuh bersama sepedanya. Adiknya menangis kencang kesakitan. Duh bencana!
Ibunya datang tergopoh-gopoh penuh amarah.
"Ya Allah Kakakkkk. Goblok bangeet sih. Masa sepeda adik di iket gitu sama sepeda kakakkk. Kakak sengaja mau nyelakain adiik yah. Duuuh kakakkk sukanya bikin ibu maraaah dech."
Ia pun berlari sambil menangis. Niat awalnya sungguh untuk menemani adiknya bermain. Bisa-bisanya ibunya sendiri menuduh demikian. Segores lukaa kembali membekas di hatinya. Lukaa yg tak terlihat hingga sulit terobati.
*
Lantai rumah begitu kotor. Gadis kecil itu tau ibunya sering marah-marah kalo liat lantai kotor. Maka, anak SD itu pun berinisiatif mengepel. Sambil mengepel ia membayangkan betapa senangnya ibunya nanti saat melihat lantai udah bersih berkilau. Sayang, ibunya terlalu cepat datang, lantai masih basah dan licin.
"GEDEBUUGGGG"
Ibunya terpeleset. Duh bencana!
Ibunya menatapnya penuh amarah. Seakan siap memuntahkan semua kata-kata kasar yg bisa ia keluarkan. Kali ini disertai pukulan dan cubitan.
"Dasarrr anak durhaka. Kamu sengaja mau mencelakain ibu, heh? Seneeng yah kalo ibu mati gara2 kamu. Kamu ini memang anak gak berguna!"
Gadis kecil ini menangis tersedu-sedu. Meratapi perbuatannya yg serba salah di mata ibunya. Bagaimana bisa, niatnya menyenangkan ibunya ini bisa berbuah kata-kata kasar dan sumpah serapah. Dan luka di hatinya kian menganga, sekarang bahkan merasuki jiwanya.
*
Haiii jiwa jiwa yg diamanahi Tuhan buah hati dari surga
Tak bisakah kau tahan barang sebentar kata-kata kasar yg melukai jiwa kesayangan Tuhanmu?
Piring yg tak sengaja dipecahkannya itu nilainya tak seberapa, banyak pula gantinya di toko-toko gerabah serba ada
Tapiii jiwa anakmu ituu sungguh berhargaa
Jiwa jiwa titipan Tuhan yg seharusnya kau didik dengan kasih sayang dan penuh cinta
Saat kau torehkan luka pada jiwanya sungguh itu akan membekas selamanya
Bahkan hingga ia dewasa dan berkeluarga
Haiii jiwa jiwa yg diamanahi Tuhan buah hati bagai intan permata
Mungkin anakmu membuatmu marah
Atau membuatmu gemaaas menahan geraah
Tapi ingatlah
Anakmu itu jiwa kesayangan Tuhan yg harus kau jaga
Amarah dan sumpah serapahmu sungguh tiada guna
Hanya semakin membasahi luka yg menganga
Membuatnya benci pada ibu dan juga dirinya
Jika ingin menegur, tegur ia dengan penuh cinta
Haii jiwa jiwa yg diamanahi Tuhan buah hati yg melipur jiwa
Ingatlah kau kelak akan menua
Belaian anakmu lah yg kau harapkan adanya
Maka, bagaimanakah kau berani mengharapkan kasih sayang mereka seutuhnya di usia senja
Jika saat mereka kecil terus menerus kau cekoki dengan kata-kata penuh amarah yg menggemuruhkan dada
Ingatlah anakmu bukanlah milikmu
Mereka hanyalah jiwa jiwa yg dititipkan Tuhan padamu
Dan Dia berhak mengambilnya kapan saja Dia mau
Maka, tak menyesalkah engkau jika anakmu kembali padaNya sementara kata-kata terakhir yg kau ucapkan adalah kata-kata amarah yg membuatnya pilu
Tak menyesalkah engkau jika Tuhan marah karena tak kau jaga jiwa titipannya dengan syahdu
Tak menyesalkah engkau jika baktinya sulit kau dapat karena sumpah serapah yg sering kau ucapkan tanpa rasa malu
Makaa ibu, bunda, ummi, mama
Tahaan emosimuu
Luaskan sabarmuu
Perbanyak doamuu
Peluuuk jiwa jiwa kesayangan Tuhanmu dengan sepenuh kasih dan cintamuu
Belaii lembut jiwanya
Hujanii ia dengan cintaa
Perlakukan ia sebagaimana fitrahnyaa
Karena kau tak pernah tauu
Apakah besok lusa Tuhan akan mengambilnya darimu
*menulis untuk mengingatkan diri sendir
Tidak ada komentar:
Posting Komentar