URGENSI KETELADANAN DALAM MEMBENTUK
KARAKTER ANAK
Oleh : Nur Amin, S.Pdi
Guru Agama Islam di SDN Balesari 04 dan SDN Ngajum 05
Pendidikan adalah
pembelajaran pengetahuan, keterampilan, kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu
generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian.
Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga
memungkinkan secara otodidak. Setiap
pengalaman yang memiliki efek formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau
tindakan dapat dianggap pendidikan. Pendidikan umumnya dibagi menjadi tahap
seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah dan kemudian perguruan
tinggi, universitas atau magang.
Sebuah hak atas pendidikan telah diakui oleh beberapa
pemerintah. Pada tingkat global, Pasal 13 PBB 1966 Kovenan Internasional
tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya mengakui hak setiap orang atas
pendidikan. Meskipun pendidikan adalah wajib di sebagian besar tempat sampai
usia tertentu, bentuk pendidikan dengan hadir di sekolah sering tidak
dilakukan, dan sebagian kecil orang tua memilih untuk pendidikan
home-schooling, e-learning atau yang serupa untuk anak-anak mereka
Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu
dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal dari
sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan
musik dan membaca kepada bayi dalam
kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran.
Bagi sebagian orang, pengalaman kehidupan sehari-hari
lebih berarti dari pada pendidikan formal Seperti kata Mark Twain "Saya
tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya."
Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat
mendalam, sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka, walaupun
pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.
Fungsi pendidikan
Menurut Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan
dengan fungsi yang nyata (manifes) berikut:
·
Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
·
Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi
dan bagi kepentingan masyarakat.
·
Melestarikan kebudayaan.
·
Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi
dalam demokrasi.
Pendidikan merupakan pembangunan jangka panjang terhadap anak, yang
baru bisa dirasakan hasilnya ketika anak didik menjadi pemegang peranan
kehidupan bermasyarakat, pengganti para pendahulunya dalam mengurusi segala
hal, disaat itulah barometer keberhasilan pendidikan yang pada masa lalu bisa
dirasakan.
Sedangkan karakter identik
dengan akhlak, sehingga karakter
merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang universal yang meliputi seluruh aktivitas
manusia, baik dalam
rangka berhubungan dengan
Tuhannya, dengan dirinya, dengan
sesama manusia, maupun dengan lingkungannya, yang terwujud dalam pikiran, sikap,
perasaan, perkataan, dan
perbuatan berdasarkan norma-norma
agama, hukum, tata karma,
budaya, dan adat
istiadat. Dari konsep karakter ini
muncul konsep pendidikan karakter
(character education).
Dalam mendidik, teladan bagi
anak menjadi unsur yang teramat penting. Teladan orang-orang terdekat akan
mempengaruhi perkembangan kepribadian anak.
Teladan adalah bagian terpenting dalam proses
pendidikan anak. Terutama pada anak usia balita
Dalam pandangan Islam, segala
sesuatu yang dilaksanakan, tentulah memiliki dasar hukum baik itu yang berasal
dari dasar naqliyah maupun dasar aqliyah. Begitu
juga halnya dengan pelaksanakan pendidikan pada anak usia dini. Berkaitan
dengan pelaksanaan pendidikan anak usia dini, dapat dibaca firman Allah berikut
ini:
Artinya: "Dan Allah
mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun,
dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu
bersyukur". (An Nahl: 78)
.
Like father, like son Atau ungkapan seperti “Buah
jatuh tak jauh dari pohonnya”, begitu yang sering kita dengar. Ada juga
ungkapan lain seperti “ Kacang Mrambat Lanjaran” , “Banyu Mili
Menisor”, “Anak sa’ dermo photo kopine wong tua” . Sekalipun tidak
seluruhnya benar, namun sebagian besar akan melihat kebenaran dari ungkapan
tersebut. Mengapa hal itu bisa terjadi?
Kunci jawabannya terletak pada rule model, atau sering kita sebut dengan
keteladanan ( uswatun khasanah). Di sinilah peranan orangtua menjadi
amat penting dan menentukan warna kepribadian anak-anaknya, sesuai dengan kaidah
“Al Ummi Madrasatul ‘Ulaa” yang artinya Ibu (orang Tua) merupakan
sekolah yang utama.
Kita sering melihat,
anak-anak akan memberikan respon berbeda terhadap satu peristiwa sesuai dengan
contoh atau teladan yang diterimanya dalam keseharian.
Misalnya, ketika melihat seorang anak menangis akibat
terjatuh. Anak yang satu akan berinisiatif membantunya dan mengusap-usap kepala
anak yang terjatuh, sementara anak yang lain akan berteriak-teriak memarahi
anak yang menangis.
Bisa jadi kita akan tertawa melihat cara mereka
bicara dan melihat serta dalam mereka bersikap. Namun, sadarkah kita, bahwa
sesungguhnya, itu adalah cerminan dari apa yang telah kita lakukan
Menurut DR. Abdullah Nashih Ulwan, dalam bukunya Pendidikan
Anak Dalam Islam, keteladanan dalam pendidikan
merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam
mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual dan etos sosial anak
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ahli
psikologi membuktikan bahwa 75 persen proses belajar didapatkan lewat
penglihatan dan pengamatan. Sementara 13 persennya melalui indera pendengaran.
Hal ini dikarenakan pendidik adalah figur terbaik dalam
pandangan anak, yang tindak-tanduk dan sopan santunnya, disadari atau tidak,
akan ditiru anak.
Sebagai orangtua dan Guru,
kita adalah figur yang paling dekat dengan anak. Apapun yang kita lakukan, akan
menjadi model bagi pendidikan anak-anak kita. Mereka akan menyerap seluruh
tindak-tanduk kita. Pada masa-masa awal (golden age), anak-anak adalah
peniru yang sempurna dari orangtua atau orang terdekatnya.
Mendidik anak pada hakikatnya adalah mendidik diri
sendiri. Sejauh mana kita mampu mendidik diri kita untuk menjadi pribadi yang
menyenangkan, sejauh itu pula hasil yang akan kita peroleh. Semua itu
tercermin dari sikap yang anak-anak kita munculkan
Rasulullah SAW pada suatu ketika shalat
dengan menggendong cucunya
yang bernama Amamah
binti Zainab binti Muhammad
SAW. Pada waktu
sujud, Rasulullah menaruh
cucunya, dan pada waktu
berdiri, Rasulullah menggendong
cucunya tersebut. Hal
ini menunjukkan sikap dan
perilaku Rasulullah yang cinta
dan sayang kepada
anak.. Perilaku ini
memberikan teladan pembelajaran kepada kita
supaya memiliki karakter cinta kepada anak.
Karakter cinta, peduli,
kasih sayang ini
sejalan dengan nilai-nilai
perilaku
manusia terhadap sesama
manusia.
Nilai- nilai perilaku manusia terhadap
sesama manusia meliputi:
taat peraturan, toleran,
peduli, kooperatif, demokratis,
apresiatif, santun,
bertanggung jawab, menghormati
orang lain, menyayangi
orang lain, pemurah (dermawan),
mengajak berbuat baik,
berbaik sangka, empati
dan konstruktif
suatu ketika ada
seorang Arab (badui) non Muslim datang ke masjid lalu
kencing di dalam masjid. Sahabat-sahabat marah dan hampir memukuli orang
tersebut, tetapi Rasulullah
SAW melarang sahabat-sahabat yang
ada di lokasi
tersebut untuk menindak
orang yang kencing
tersebut. Rasulullah menyuruh para sahabat agar membiarkan orang
tersebut kencing sampai tuntas. Setelah orang tersebut menyelesaikan
kencingnya, Rasulullah menyuruh para sahabat
agar menyucikan lantai
masjid tersebut dengan air,
dan kemudian memberikan teguran
serta peringatan terhadap orang kafir tersebut. Perilaku Rasulullah di atas
menunjukkan sikap toleran terhadap orang lain. Meskipun orang
yang kencing tersebut
jelas - jelas salah, tetapi kesalahan tersebut dilakukan karena
ketidaktahuan. Rasulullah sangat
bijaksana dengan membiarkan orang yang
kencing tersebut untuk
menuntaskan kencingnya. Sebab
ketika ditegur dan dimarahi
pada waktu kencingnya belum
selesai, sangat dimungkinkan
orang tersebut lari ke
mana - mana dan air
kencingnya malah meluber
ke mana -mana. Disamping
toleran, bijaksana, Rasulullah
memberikan pelajaran kepada
para sahabat, agar dalam
memberikan sanksi kepada
orang yang salah itu
ketika orang tersebut berbuat kesalahan
dengan kesengajaan padahal
sudah mengetahui bahwa perbuatannya itu salah.
Disamping perilaku Rasulullah
di atas menunjukkan
kandungan nilai karaktaer cinta
kepada sesama manusia
(antara lain toleran),
juga menunjukkan nilai-nilai perilaku etik manusia terhadap lingkungan. Rasulullah
sangat peduli terhadap lingkungan,
sehingga ketika suatu
lingkungan kotor, sebisa
mungkin kotoran itu tidak meluber
ke lingkungan yang
lain. Nilai - nilai perilaku
manusia terhadap lingkungan meliputi:
peduli dan bertanggung
jawab terhadap pelestarian,
pemeliharaan dan pemanfaatan tumbuhan, binatang dan lingkungan alam sekitar
Dari uraian diatas, maka jelaslah betapa
pentingnya suri tauladan dari orang tua dirumah, Orang tua disekolah (Guru),
dalam upaya mendidik anak untuk menuju keberhasilan suatu pendidikan, karena
sesuatu yang anak lihat (Praktik dalam perilaku Bukti Nyata), akan lebih mudah
mereka tiru dari pada apa yang mereka dengarkan saja (di didik melalui teori
belaka).
Daftar rujukan:
Alquran Al Karim, Departemen Agama RI,
1995
Pendidikan, Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia
bebas
Pendidikan
Karakter dalam keluarga perspektif Islam, Dr. Marzuki, M.Ag.
Pendidikan
Karakter Dalam Perspektif Hadis Nabi SAW, Liliek Channa
Tidak ada komentar:
Posting Komentar