Jumat, 18 November 2016

ARTIKEL : URGENSI KETELADANAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER ANAK

URGENSI KETELADANAN DALAM MEMBENTUK KARAKTER ANAK

Oleh : Nur Amin, S.Pdi
Guru Agama Islam di SDN Balesari 04 dan SDN Ngajum 05

Pendidikan adalah pembelajaran pengetahuan, keterampilan, kebiasaan sekelompok orang yang diturunkan dari satu generasi ke generasi berikutnya melalui pengajaran, pelatihan, atau penelitian. Pendidikan sering terjadi di bawah bimbingan orang lain, tetapi juga memungkinkan secara otodidak. Setiap pengalaman yang memiliki efek formatif pada cara orang berpikir, merasa, atau tindakan dapat dianggap pendidikan. Pendidikan umumnya dibagi menjadi tahap seperti prasekolah, sekolah dasar, sekolah menengah dan kemudian perguruan tinggi, universitas atau magang.
Sebuah hak atas pendidikan telah diakui oleh beberapa pemerintah. Pada tingkat global, Pasal 13 PBB 1966 Kovenan Internasional tentang Hak Ekonomi, Sosial dan Budaya mengakui hak setiap orang atas pendidikan. Meskipun pendidikan adalah wajib di sebagian besar tempat sampai usia tertentu, bentuk pendidikan dengan hadir di sekolah sering tidak dilakukan, dan sebagian kecil orang tua memilih untuk pendidikan home-schooling, e-learning atau yang serupa untuk anak-anak mereka
Pendidikan biasanya berawal saat seorang bayi itu dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Pendidikan bisa saja berawal dari sebelum bayi lahir seperti yang dilakukan oleh banyak orang dengan memainkan musik  dan membaca kepada bayi dalam kandungan dengan harapan ia bisa mengajar bayi mereka sebelum kelahiran.
Bagi sebagian orang, pengalaman kehidupan sehari-hari lebih berarti dari pada pendidikan formal Seperti kata Mark Twain "Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya."
Anggota keluarga mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam, sering kali lebih mendalam dari yang disadari mereka, walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.
Fungsi pendidikan
Menurut Horton dan Hunt, lembaga pendidikan berkaitan dengan fungsi yang nyata (manifes) berikut:
·         Mempersiapkan anggota masyarakat untuk mencari nafkah.
·         Mengembangkan bakat perseorangan demi kepuasan pribadi dan bagi kepentingan masyarakat.
·         Melestarikan kebudayaan.
·         Menanamkan keterampilan yang perlu bagi partisipasi dalam demokrasi.
Pendidikan merupakan pembangunan jangka panjang terhadap anak, yang baru bisa dirasakan hasilnya ketika anak didik menjadi pemegang peranan kehidupan bermasyarakat, pengganti para pendahulunya dalam mengurusi segala hal, disaat itulah barometer keberhasilan pendidikan yang pada masa lalu bisa dirasakan.
Sedangkan karakter  identik  dengan  akhlak, sehingga karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang universal yang meliputi seluruh  aktivitas  manusia,  baik  dalam  rangka  berhubungan  dengan  Tuhannya,  dengan dirinya, dengan sesama manusia, maupun dengan lingkungannya, yang terwujud dalam pikiran,  sikap,  perasaan,  perkataan,  dan  perbuatan berdasarkan norma-norma  agama, hukum,  tata  karma,  budaya,  dan  adat  istiadat. Dari konsep  karakter  ini  muncul  konsep pendidikan  karakter  (character  education).
Dalam mendidik, teladan bagi anak menjadi unsur yang teramat penting. Teladan orang-orang terdekat akan mempengaruhi perkembangan kepribadian anak.
Teladan adalah bagian terpenting dalam proses pendidikan anak. Terutama pada anak usia balita
Dalam pandangan Islam, segala sesuatu yang dilaksanakan, tentulah memiliki dasar hukum baik itu yang berasal dari dasar naqliyah maupun dasar aqliyah. Begitu juga halnya dengan pelaksanakan pendidikan pada anak usia dini. Berkaitan dengan pelaksanaan pendidikan anak usia dini, dapat dibaca firman Allah berikut ini:
Artinya: "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu dalam keadaan tidak mengetahui sesuatupun, dan Dia memberi kamu pendengaran, penglihatan dan hati, agar kamu bersyukur". (An Nahl: 78)

.
Like father, like son Atau ungkapan seperti “Buah jatuh tak jauh dari pohonnya”, begitu yang sering kita dengar. Ada juga ungkapan lain seperti “ Kacang Mrambat Lanjaran” , “Banyu Mili Menisor”, “Anak sa’ dermo photo kopine wong tua” . Sekalipun tidak seluruhnya benar, namun sebagian besar akan melihat kebenaran dari ungkapan tersebut. Mengapa hal itu bisa terjadi?
Kunci jawabannya terletak pada rule model, atau sering kita sebut dengan keteladanan ( uswatun khasanah). Di sinilah peranan orangtua menjadi amat penting dan menentukan warna kepribadian anak-anaknya, sesuai dengan kaidah “Al Ummi Madrasatul ‘Ulaa” yang artinya Ibu (orang Tua) merupakan sekolah yang utama.
Kita sering melihat, anak-anak akan memberikan respon berbeda terhadap satu peristiwa sesuai dengan contoh atau teladan yang diterimanya dalam keseharian.
Misalnya, ketika melihat seorang anak menangis akibat terjatuh. Anak yang satu akan berinisiatif membantunya dan mengusap-usap kepala anak yang terjatuh, sementara anak yang lain akan berteriak-teriak memarahi anak yang menangis.
Bisa jadi kita akan tertawa melihat cara mereka bicara dan melihat serta dalam mereka bersikap. Namun, sadarkah kita, bahwa sesungguhnya, itu adalah cerminan dari apa yang telah kita lakukan
Menurut DR. Abdullah Nashih Ulwan, dalam bukunya Pendidikan Anak Dalam Islam, keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual dan etos sosial anak
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para ahli psikologi membuktikan bahwa 75 persen proses belajar didapatkan lewat penglihatan dan pengamatan. Sementara 13 persennya melalui indera pendengaran.
Hal ini dikarenakan pendidik adalah figur terbaik dalam pandangan anak, yang tindak-tanduk dan sopan santunnya, disadari atau tidak, akan ditiru anak.
Sebagai orangtua dan Guru, kita adalah figur yang paling dekat dengan anak. Apapun yang kita lakukan, akan menjadi model bagi pendidikan anak-anak kita. Mereka akan menyerap seluruh tindak-tanduk kita. Pada masa-masa awal (golden age), anak-anak adalah peniru yang sempurna dari orangtua atau orang terdekatnya.
Mendidik anak pada hakikatnya adalah mendidik diri sendiri. Sejauh mana kita mampu mendidik diri kita untuk menjadi pribadi yang menyenangkan, sejauh itu pula  hasil yang akan kita peroleh. Semua itu tercermin dari sikap yang anak-anak kita munculkan
Rasulullah SAW pada suatu ketika shalat  dengan  menggendong  cucunya  yang  bernama  Amamah  binti  Zainab binti  Muhammad  SAW.  Pada  waktu  sujud,  Rasulullah  menaruh  cucunya,  dan  pada waktu  berdiri,  Rasulullah  menggendong  cucunya  tersebut.  Hal  ini  menunjukkan sikap  dan  perilaku  Rasulullah  yang cinta  dan  sayang  kepada  anak..  Perilaku  ini  memberikan  teladan  pembelajaran kepada  kita  supaya memiliki karakter cinta kepada anak.
Karakter  cinta,  peduli,  kasih  sayang  ini  sejalan  dengan  nilai-nilai  perilaku
manusia  terhadap  sesama  manusia.
Nilai- nilai  perilaku  manusia  terhadap  sesama manusia meliputi:  taat  peraturan,  toleran,  peduli,  kooperatif,  demokratis,  apresiatif, santun,   bertanggung   jawab,   menghormati   orang   lain,   menyayangi   orang   lain, pemurah   (dermawan),  mengajak   berbuat   baik,   berbaik   sangka,   empati   dan konstruktif
suatu  ketika  ada  seorang  Arab  (badui) non Muslim datang ke masjid lalu kencing di dalam masjid. Sahabat-sahabat marah dan  hampir memukuli  orang  tersebut,  tetapi  Rasulullah  SAW  melarang  sahabat-sahabat  yang  ada  di  lokasi  tersebut  untuk  menindak  orang  yang  kencing  tersebut. Rasulullah menyuruh para sahabat agar membiarkan orang tersebut kencing sampai tuntas. Setelah orang tersebut menyelesaikan kencingnya, Rasulullah menyuruh para sahabat   agar  menyucikan   lantai   masjid tersebut   dengan   air,   dan   kemudian memberikan teguran serta peringatan terhadap orang kafir tersebut. Perilaku Rasulullah di atas menunjukkan sikap toleran terhadap orang lain. Meskipun  orang  yang  kencing  tersebut  jelas - jelas  salah,  tetapi kesalahan  tersebut dilakukan  karena  ketidaktahuan.  Rasulullah  sangat  bijaksana  dengan  membiarkan orang  yang  kencing  tersebut  untuk  menuntaskan  kencingnya.  Sebab  ketika  ditegur dan  dimarahi  pada waktu  kencingnya  belum  selesai,  sangat  dimungkinkan  orang tersebut  lari  ke  mana - mana  dan  air  kencingnya  malah  meluber  ke  mana -mana.  Disamping  toleran,  bijaksana,  Rasulullah  memberikan  pelajaran  kepada  para  sahabat, agar  dalam  memberikan  sanksi  kepada  orang yang  salah  itu  ketika  orang  tersebut berbuat    kesalahan    dengan   kesengajaan    padahal    sudah    mengetahui    bahwa perbuatannya itu salah.
Disamping   perilaku   Rasulullah   di   atas   menunjukkan  kandungan   nilai karaktaer  cinta  kepada  sesama  manusia  (antara  lain  toleran),  juga  menunjukkan nilai-nilai  perilaku etik manusia  terhadap lingkungan.  Rasulullah  sangat  peduli terhadap  lingkungan,  sehingga  ketika  suatu  lingkungan  kotor,  sebisa  mungkin kotoran  itu  tidak meluber  ke  lingkungan  yang  lain.  Nilai - nilai  perilaku  manusia terhadap  lingkungan  meliputi:  peduli  dan  bertanggung  jawab  terhadap pelestarian, pemeliharaan dan pemanfaatan tumbuhan, binatang dan lingkungan alam sekitar
Dari uraian diatas, maka jelaslah betapa pentingnya suri tauladan dari orang tua dirumah, Orang tua disekolah (Guru), dalam upaya mendidik anak untuk menuju keberhasilan suatu pendidikan, karena sesuatu yang anak lihat (Praktik dalam perilaku Bukti Nyata), akan lebih mudah mereka tiru dari pada apa yang mereka dengarkan saja (di didik melalui teori belaka).

Daftar rujukan:
Alquran Al Karim, Departemen Agama RI, 1995
Pendidikan, Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Pendidikan Karakter dalam keluarga perspektif Islam, Dr. Marzuki, M.Ag.
Pendidikan Karakter Dalam Perspektif Hadis Nabi SAW, Liliek Channa


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

Generasi Rawan Lupa, Servis dalam Rumah Tangga

10 Hal Romantis Rasulullah yang Ditinggalkan Generasi  Now Rumah tangga Rasulullah SAW luar biasa. Rasulullah SAW dan istri-istriny...