RAHASIA ALQUR'AN
Banyak orang yang tidak beriman kepada al-Qur'an sekalipun mereka mengaku
sebagai orang yang beriman. Mereka menghabiskan hidup mereka dengan berpegang
pada khayalan, dan kehidupan mereka menyalahi al-Qur'an, bahkan mereka menolak
al-Qur'an sebagai pembimbing mereka. Padahal, hanya al-Qur'an yang memberikan
pengetahuan yang benar dalam masa kehidupan ini kepada setiap orang, dan
al-Qur'an menjelaskan rahasia-rahasia penciptaan Allah dengan penjelasan paling
benar dan paling murni. Informasi apa pun yang tidak berdasarkan pada al-Qur'an
adalah informasi yang tidak benar, dengan demikian informasi tersebut merupakan
tipuan dan khayalan. Dengan demikian, orang-orang yang tidak berpegang pada
al-Qur'an hidupnya dalam keadaan mengkhayal. Di akhirat, mereka akan dilaknat
selama-lamanya.
Dalam al-Qur'an, juga dalam shalat, perintah, larangan, dan akhlak
yang baik, Allah menjelaskan berbagai rahasia kepada umat manusia. Sesungguhnya
semuanya ini merupakan rahasia penting, dan mata yang mau memperhatikan dapat
menyaksikan rahasia-rahasia ini di dalam hidupnya. Tidak ada sumber lain selain
al-Qur'an yang dapat menjelaskan rahasia-rahasia ini. Al-Qur'an adalah sumber
istimewa bagi rahasia-rahasia ini, sehingga siapa pun orangnya, betapapun ia
orang yang cerdas dan melek huruf tidak akan pernah menemukan rahasia-rahasia
ini di tempat lain.
Jika sebagian orang tidak dapat memahami pesan-pesan yang
tersembunyi dalam al-Qur'an, sedangkan orang lain dapat memahaminya, ini
merupakan rahasia lain yang diciptakan oleh Allah. Orang-orang yang tidak
mengkaji rahasia-rahasia yang diwahyukan dalam al-Qur'an hidup dalam keadaan
menderita dan berada dalam kesulitan. Ironisnya, mereka tidak pernah mengetahui
penyebab penderitaan mereka. Dalam pada itu, orang-orang yang mempelajari
rahasia-rahasia dalam al-Qur'an menjalani kehidupannya dengan mudah dan gembira.
Sebabnya adalah karena al-Qur'an itu jelas, mudah, dan cukup
sederhana untuk dipahami oleh setiap orang. Dalam al-Qur'an, Allah menyatakan
sebagai berikut:
"Wahai manusia, sesungguhnya telah datang
kepadamu bukti kebenaran dari Tuhanmu. Kami telah menurunkan kepadamu cahaya
yang terang benderang. Adapun orang-orang yang beriman kepada Allah dan
berpegang teguh kepada-Nya, niscaya Allah akan memasukkan mereka ke dalam rahmat
yang besar dari-Nya dan limpahan karunia-Nya, dan menunjuki mereka kepada jalan
yang lurus." (Q.s. an-Nisa': 174-75).
Namun demikian, kebanyakan manusia, meskipun mereka sanggup
memecahkan masalah yang sangat sulit, memiliki pemahaman dan mampu mempraktikkan
filsafat yang sangat membingungkan, ternyata tidak mampu memahami hal-hal yang
jelas dan sederhana yang terdapat dalam al-Qur'an. Sebagaimana tetah dijelaskan
dalam buku ini, persoalan ini merupakan rahasia yang penting. Di samping tidak
mampu memahami sifat dunia yang sementara, hari demi hari orang-orang seperti
ini semakin dekat kepada kematian yang tak dapat dielakkan. Rahasia-rahasia
dalam al-Qur'an merupakan rahmat bagi orang beriman, dan di sisi lain, al-Qur'an
memberikan ancaman bagi orang-orang kafir, baik di dunia ini maupun di akhirat
kelak. Allah menjelaskan kenyataan ini dalam sebuah ayat sebagai berikut:
"Dan Kami turunkan dari al-Qur'an suatu yang
menjadi penawar dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Qur'an itu
hanyalah menambah kerugian bagi orang-orang yang zalim." (Q.s. al-Isra':
82).
Buku ini membicarakan tentang persoalan-persoalan yang berhubungan
dengan ayat-ayat yang telah diwahyukan Allah kepada manusia sebagai suatu
rahasia. Ketika seseorang membaca ayat-ayat ini, dan perhatiannya tertuju kepada
rahasia-rahasia yang terkandung dalam ayat ini, maka yang harus ia lakukan
adalah berusaha mengetahui maksud Allah di balik berbagai peristiwa, lalu
memikirkan segala sesuatunya berdasarkan al-Qur'an. Maka, orang-orang pun akan
menyadari dengan kesadaran yang mendalam tentang rahasia-rahasia tersebut,
sehingga al-Qur'an akan mengendalikan kehidupan mereka dan kehidupan orang
lain.
Semenjak orang bangun pada pagi hari, wujud dari rahasia-rahasia
yang diciptakan Allah ini dapat dilihat. Untuk memahami rahasia-rahasia ini,
yang ia perlukan hanyalah selalu memperhatikannya, berpaling kepada Allah, dan
bertafakur. Maka, ia akan menyadari bahwa hidupnya sama sekali tidak tergantung
pada hukum-hukum yang merugikan sebagaimana yang dipakai banyak orang, dan ia
akan menyadari bahwa satu-satunya kekuasaan dan hukum yang dapat dipercaya
hanyalah hukum Allah. Ini merupakan rahasia yang sangat penting. Tidak ada
kebaikan di dalam aturan-aturan dan praktik-praktik yang digunakan kebanyakan
orang selama berabad-abad yang dianggap sebagai kebenaran yang pasti.
Sesungguhnya, orang-orang ini telah tertipu. Kebenaran adalah apa yang
dinyatakan dalam al-Qur'an. Siapa pun yang membaca al-Qur'an dengan ikhlas, lalu
memikirkan berbagai peristiwa berdasarkan al-Qur'an dan iman, dan mendekatkan
diri kepada Allah, ia akan melihat dengan jelas rahasia-rahasia ini. Perbuatan
inilah yang akan memberikan pemamahan yang lebih baik bahwa Allah adalah Yang
Maha Esa Yang mengendalikan setiap makhluk, hati, dan pikiran, sebagaimana
pernyataan Allah dalam sebuah ayat:
"Kami akan memperlihatkan kepada mereka tanda-tanda (kekuasaan) Kami di segenap ufuk dan pada diri mereka sendiri, sehingga jelaslah bagi mereka bahwa al-Qur'an itu benar. Dan apakah Tuhanmu tidak cukup (bagi kamu) bahwa sesungguhnya Dia menyaksikan segala sesuatu?" (Q.s. Fushshilat: 53).
ALLAH MENGABULKAN DOA SETIAP ORANG
Allah Yang Mahakuasa, Maha
Pengasih, dan Maha Penyayang, telah berfirman dalam al-Qur'an bahwa Dia dekat
dengan manusia dan akan mengabulkan permohonan orang-orang yang berdoa
kepada-Nya. Adapun salah satu ayat yang membicarakan masalah tersebut
adalah:
"Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka
sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia
berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi-Ku, dan hendaklah mereka
beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran." (Q.s. al-Baqarah:
186).
Sebagaimana dinyatakan dalam ayat di atas, Allah itu dekat kepada
setiap orang. Dia Maha Mengetahui keinginan, perasaan, pikiran, kata-kata yang
diucapkan, bisikan, bahkan apa saja yang tersembunyi dalam hati setiap orang.
Dengan demikian, Allah Mendengar dan Mengetahui setiap orang yang berpaling
kepada-Nya dan berdoa kepada-Nya. Inilah karunia Allah kepada manusia dan
sebagai wujud dari kasih-sayang-Nya, rahmat-Nya, dan kekuasaan-Nya yang tiada
batas.
Allah memiliki kekuasaan dan pengetahuan yang tiada batas. Dialah
Pemilik segala sesuatu di seluruh alam semesta. Setiap makhluk, setiap benda,
dari orang-orang yang tampaknya paling kuat hingga orang-orang yang sangat kaya,
dari binatang-binatang yang sangat besar hingga yang sangat kecil yang mendiami
bumi, semuanya milik Allah dan semuanya berada dalam kehendak-Nya dan
pegaturan-Nya yang mutlak.
Seseorang yang beriman terhadap kebenaran ini dapat berdoa kepada
Allah mengenai apa saja dan dapat berharap bahwa Allah akan mengabulkan
doa-doanya. Misalnya, seseorang yang mengidap penyakit yang tidak dapat
disembuhkan tentu saja akan berusaha untuk melakukan berbagai macam pengobatan.
Namun ketika mengetahui bahwa hanya Allah yang dapat memberikan kesehatan, lalu
ia pun berdoa kepada-Nya memohon kesembuhan. Demikian pula, orang yang mengalami
ketakutan atau kecemasan dapat berdoa kepada Allah agar terbebas dari ketakutan
dan kecemasan. Seseorang yang menghadapi kesulitan dalam menyelesaikan pekerjaan
dapat berpaling kepada Allah untuk menghilangkan kesulitannya. Seseorang dapat
berdoa kepada Allah untuk memohon berbagai hal yang tidak terhitung banyaknya
seperti untuk memohon bimbingan kepada jalan yang benar, untuk dimasukkan ke
dalam surga bersama-sama orang-orang beriman lainnya, agar lebih meyakini surga,
neraka, Kekuasaan Allah, untuk kesehatan, dan sebagainya. Inilah yang telah
ditekankan Rasulullah saw. dalam sabdanya:
"Maukah aku beritahukan kepadamu suatu senjata yang dapat
melindungimu dari kejahatan musuh dan agar rezekimu bertambah?" Mereka berkata,
"Tentu saja wahai Rasulullah." Beliau bersabda, "Serulah Tuhanmu siang dan
malam, karena 'doa' itu merupakan senjata bagi orang yang beriman."1
Namun demikian, terdapat rahasia lain di balik apa yang diungkapkan
dalam al-Qur'an yang perlu kita bicarakan dalam masalah ini. Sebagaimana Allah
telah menyatakan dalam ayat:
"Dan manusia berdoa untuk kejahatan sebagaimana ia berdoa untuk
kebaikan. Dan manusia itu tergesa-gesa." (Q.s. al-Isra':11).
Tidak setiap doa yang dipanjatkan oleh manusia itu bermanfaat.
Misalnya seseorang memohon kepada Allah agar diberi harta dan kekayaan yang
banyak untuk anak-anaknya kelak. Akan tetapi Allah tidak melihat kebaikan di
dalam doanya itu. Yakni, kekayaan yang banyak itu justru dapat memalingkan
anak-anak tersebut dari Allah. Dalam hal ini, Allah mendengar doa orang
tersebut, menerimanya sebagai amal ibadah, dan mengabulkannya dengan cara yang
sebaik-baiknya. Sebagai contoh lainnya, seseorang berdoa agar tidak terlambat
dalam memenuhi perjanjian. Namun tampaknya lebih baik baginya jika ia sampai di
tujuan setelah waktu yang ditentukan, karena ia dapat bertemu dengan seseorang
yang memberikan sesuatu yang lebih bermanfaat untuk kehidupan yang abadi. Allah
mengetahui masalah ini, dan Dia mengabulkan doa bukan berdasarkan apa yang
dipikirkan orang itu, tetapi dengan cara yang terbaik. Yakni, Allah mendengar
doa orang itu, tetapi jika Dia melihat tidak ada kebaikan dalam doanya itu, Dia
memberikan apa yang terbaik bagi orang itu. Tentu saja hal ini merupakan rahasia
yang sangat penting.
Ketika doa tidak dikabulkan, orang-orang tidak menyadari tentang
rahasia ini, mereka mengira bahwa Allah tidak mendengar doa mereka. Sesungguhnya
hal ini merupakan keyakinan orang-orang bodoh yang sesat, karena "Allah itu
lebih dekat kepada manusia daripada urat lehernya sendiri." (Q.s. Qaf: 16). Dia
Maha Mengetahui perkataan apa saja yang diucapkan, apa saja yang dipikirkan, dan
peristiwa apa saja yang dialami seseorang. Bahkan ketika seseorang tertidur,
Allah mengetahui apa yang ia alami dalam mimpinya. Allah adalah Yang menciptakan
segala sesuatu. Oleh karena itu, kapan saja seseorang berdoa kepada Allah, ia
harus menyadari bahwa Allah akan menerima doanya pada saat yang paling tepat dan
akan memberikan apa yang terbaik baginya.
Doa, di samping sebagai bentuk amal ibadah, juga merupakan karunia
Allah yang sangat berharga bagi manusia, karena melalui doa, Allah akan
memberikan kepada manusia sesuatu yang Dia pandang baik dan bermanfaat bagi
dirinya. Allah menyatakan pentingnya doa dalam sebuah ayat:
"Katakanlah: 'Tuhanku tidak mengindahkan kamu, andaikan tidak
karena doamu. Tetapi kamu sungguh telah mendustakan-Nya, karena itu kelak azab
pasti akan menimpamu'." (Q.s. al-Furqan: 77)
" Allah Mengabulkan Doa Orang-orang yang Menderita dan Berada dalam
Kesulitan
Doa adalah saat-saat ketika kedekatan seseorang dengan Allah dapat
dirasakan. Sebagai hamba Allah, seseorang sangat memerlukan Dia. Hal ini karena
ketika seseorang berdoa, ia akan menyadari betapa lemahnya dan betapa hinanya
dirinya di hadapan Allah, dan ia menyadari bahwa tak seorang pun yang dapat
menolongnya kecuali Allah. Keikhlasan dan kesungguhan seseorang dalam berdoa
tergantung pada sejauh mana ia merasa memerlukan. Misalnya, setiap orang berdoa
kepada Allah untuk memohon keselamatan di dunia. Namun, orang yang merasa putus
asa di tengah-tengah medan perang akan berdoa lebih sungguh-sungguh dan dengan
berendah diri di hadapan Allah. Demikian pula, ketika terjadi badai yang menerpa
sebuah kapal atau pesawat terbang sehingga terancam bahaya, orang-orang akan
memohon kepada Allah dengan berendah diri. Mereka akan ikhlas dan berserah diri
dalam berdoa. Allah menceritakan keadaan ini dalam sebuah ayat:
"Katakanlah: Siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari
bencana di darat dan di laut, yang kamu berdoa kepada-Nya dengan berendah diri
dengan suara yang lembut: 'Sesungguhnya jika Dia menyelamatkan kami dari
(bencana) ini, tentulah kami menjadi orang-orang yang bersyukur'." (Q.s.
al-An'am: 63).
Di dalam al-Qur'an, Allah memerintahkan manusia agar berdoa dengan
merendahkan diri:
"Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang
lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas."
(Q.s. al-A'raf: 55).
Dalam ayat lainnya, Allah menyatakan bahwa Dia mengabulkan doa
orang-orang yang teraniaya dan orang-orang yang berada dalam kesusahan:
"Atau siapakah yang mengabulkan (doa) orang yang dalam
kesulitan apabila ia berdoa kepada-Nya, dan yang menghilangkan kesusahan dan
yang menjadikan kamu sebagai khalifah di bumi? Apakah ada tuhan lain selain
Allah? Sedikit sekali kamu yang memperhatikannya." (Q.s. an-Naml: 62).
Tentu saja orang tidak harus berada dalam keadaan bahaya ketika
berdoa kepada Allah. Contoh-contoh ini diberikan agar orang-orang dapat memahami
maknanya sehingga mereka berdoa dengan ikhlas dan merenungkan saat kematian,
ketika seseorang tidak lagi merasa lalai sehingga mereka berpaling kepada Allah
dengan keikhlasan yang dalam. Dalam pada itu, orang-orang yang beriman, yang
dengan sepenuh hati berbakti kepada Allah, selalu menyadari kelemahan mereka dan
kekurangan mereka, mereka selalu berpaling kepada Allah dengan ikhlas, sekalipun
mereka tidak berada dalam keadaan bahaya. Ini merupakan ciri penting yang
membedakan mereka dengan orang-orang kafir dan orang-orang yang imannya
lemah.
" Tidak Ada Pembatasan Apa pun dalam Berdoa"
Seseorang dapat memohon apa saja kepada Allah asalkan halal. Hal
ini karena sebagaimana telah disebutkan terdahulu, Allah adalah satu-satunya
penguasa dan pemilik seluruh alam semesta; dan jika Dia menghendaki, Dia dapat
memberikan kepada manusia apa saja yang Dia inginkan. Setiap orang yang
berpaling kepada Allah dan berdoa kepada-Nya, haruslah meyakini bahwa Allah
berkuasa melakukan apa saja dan bersungguh-sungguhlah dalam berdoa sebagaimana
disabdakan oleh Nabi saw.2 Ia perlu mengetahui bahwa mudah saja bagi-Nya untuk
memenuhi keinginan apa saja, dan Dia akan memberikan apa yang diminta oleh
seseorang jika di dalamnya terdapat kebaikan bagi orang itu dalam doa tersebut.
Doa-doa para nabi dan orang-orang beriman yang disebutkan dalam al-Qur'an
merupakan contoh bagi orang-orang beriman tentang hal-hal yang dapat mereka
mohon kepada Allah. Misalnya, Nabi Zakaria a.s. berdoa kepada Allah agar diberi
keturunan yang diridhai, dan Allah pun mengabulkan doanya, meskipun istrinya
mandul:
"Yaitu ketika ia berdoa kepada Tuhannya dengan suara yang
lembut. Ia berkata: 'Ya Tuhanku, sesungguhnya tulangku telah lemah dan kepalaku
telah dipenuhi uban, dan aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada-Mu, ya
Tuhanku. Dan sesungguhnya aku khawatir terhadap mawaliku sepeninggalku, sedang
istriku adalah seorang yang mandul, maka anugerahilah aku dari sisi-Mu seorang
putra. Yang akan mewarisi aku dan mewarisi sebahagian keluarga Ya'qub; dan
jadikanlah ia ya Tuhanku, seorang yang diridhai'." (Q.s. Maryam: 3-6).
Maka Allah mengabulkan doa Nabi Zakaria dan memberikan kepadanya
berita gembira tentang Nabi Yahya a.s.. Setelah menerima berita gembira tentang
seorang anak laki-laki, Nabi Zakaria merasa heran karena istrinya mandul.
Jawaban Allah kepada Nabi Zakaria menjelaskan tentang sebuah rahasia yang
hendaknya selalu dicamkan dalam hati orang-orang yang beriman:
"Zakaria berkata, 'Ya Tuhanku, bagaimana akan ada anak bagiku,
padahal istriku adalah seorang yang mandul dan aku sesungguhnya sudah mencapai
umur yang sangat tua.' Tuhan berfirman, 'Demikianlah.' Tuhan berfirman, 'Hal itu
mudah bagi-Ku, dan sesungguhnya telah Aku ciptakan kamu sebelum itu, padahal
kamu belum ada sama sekali'." (Q.s. Maryam: 8-9)
Ada beberapa Nabi lainnya yang disebutkan dalam al-Qur'an yang
doa-doa mereka dikabulkan. Misalnya, Nabi Nuh a.s. memohon kepada Allah untuk
menimpakan azab kepada kaumnya yang tersesat meskipun ia telah berusaha sekuat
tenaga untuk membimbing mereka kepada jalan yang lurus. Sebagai jawaban dari
doanya, Allah menimpakan azab besar kepada mereka yang tercatat dalam
sejarah.
Nabi Ayub a.s. menyeru Tuhannya ketika ia sakit, ia berkata, "… Sesungguhnya aku telah ditimpa penyakit dan Engkau adalah Tuhan
Yang Maha Penyayang di antara semua penyayang." (Q.s. al-Anbiya': 83).
Sebagai jawaban terhadap doa Nabi Ayub, Allah berfirman sebagai berikut:
"Maka Kami pun mengabulkan doanya itu, lalu Kami hilangkan
penyakit yang menimpanya dan Kami kembalikan keluarganya kepadanya, dan Kami
lipat gandakan bilangan mereka, sebagai suatu rahmat dari sisi Kami dan untuk
menjadi peringatan bagi semua yang menyembah Allah. (Q.s. al-Anbiya': 84).
Allah mengabulkan Nabi Sulaiman a.s. yang berdoa, "Ya Tuhanku, ampunilah aku dan anugerahkanlah kepadaku kerajaan
yang tidak dimiliki oleh siapa pun sesudahku, sesungguhnya Engkaulah Yang Maha
Pemberi." (Q.s. Shad: 35). Maka Allah mengaruniakan kekuasaan yang besar
dan kekayaan yang banyak kepadanya.
Oleh karena itu, orang-orang yang berdoa hendaknya mencamkan dalam
hati ayat ini, "Sesungguhnya keadaan-Nya apabila Dia
menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, 'Jadilah.' Maka terjadilah ia.
(Q.s. Yasin: 82) Sebagaimana dinyatakan dalam ayat ini, segala sesuatu
itu mudah bagi Allah dan Dia Mendengar dan Mengetahui setiap doa.
" Allah Memberi Karunia di Dunia ini bagi
Orang-orang yang Menginginkannya, Tetapi di Akhirat Mereka akan Menderita
Kerugian
Orang-orang yang tidak memiliki ketakwaan kepada Allah dalam
hatinya, dan imannya sangat lemah terhadap kehidupan akhirat, hanyalah
menginginkan keduniaan. Mereka meminta kekayaan, harta benda, dan kedudukan
hanyalah untuk kehidupan di dunia ini. Allah memberi tahu kita bahwa orang-orang
yang hanya menginginkan keduniaan tidak akan memperoleh pahala di akhirat.
Tetapi bagi orang-orang yang beriman, mereka berdoa memohon dunia dan akhirat
karena mereka percaya bahwa kehidupan di akhirat sama pastinya dan sama dekatnya
dengan kehidupan dunia ini. Tentang masalah ini, Allah menyatakan sebagai
berikut:
"Di antara manusia ada orang yang berdoa, 'Ya Tuhan kami,
berilah kami (kebaikan) di dunia,' dan tidak ada baginya bagian di akhirat. Dan
di antara mereka ada orang yang berdoa, 'Ya Tuhan kami, berilah kami kebaikan di
dunia dan kebaikan di akhirat, dan peliharalah kami dari siksa neraka.' Mereka
itulah orang-orang yang mendapat bagian dari apa yang mereka usahakan, dan Allah
sangat cepat perhitungan-Nya. (Q.s. al-Baqarah: 200-2).
Orang-orang yang beriman juga berdoa memohon kesehatan, kekayaan,
ilmu, dan kebahagiaan. Akan tetapi, semua doa mereka adalah untuk mencari
keridhaan Allah dan untuk memperoleh kebaikan bagi agamanya. Mereka memohon
kekayaan misalnya, adalah untuk digunakan di jalan Allah. Berkenaan dengan
masalah ini, Allah memberikan contoh tentang Nabi Sulaiman di dalam al-Qur'an.
Jauh dari keinginan untuk memperoleh dunia, doa Nabi Sulaiman untuk meminta
kekayaan adalah demi tujuan mulia untuk digunakan di jalan Allah, untuk menyeru
manusia kepada agama Allah, dan agar dirinya sibuk berdzikir kepada Allah.
Kata-kata Nabi Sulaiman sebagaimana yang diceritakan dalam al-Qur'an menunjukkan
niatnya yang ikhlas:
"Sesungguhnya aku menyukai kesenangan terhadap barang yang baik
karena ingat kepada Tuhanku." (Q.s. Shad: 32).
Maka Allah mengabulkan doa Nabi Sulaiman a.s. tersebut dengan
mengaruniakan kepadanya kekayaan yang sangat banyak di dunia dan ia akan
memperoleh pahala di akhirat. Dalam pada itu, Allah juga mengabulkan keinginan
orang-orang yang hanya menghendaki kehidupan dunia, namun azab yang pedih
menunggu mereka di akhirat. Keuntungan yang telah mereka peroleh di dunia ini
tidak akan mereka peroleh lagi di akhirat kelak.
Kenyataan yang sangat penting ini diceritakan dalam al-Qur'an
sebagai berikut:
"Barangsiapa menghendaki keuntungan di akhirat, akan Kami
tambah keuntungan itu baginya, dan barangsiapa menghendaki keuntungan di dunia,
Kami akan memberikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia, dan tidak ada
baginya bagian sedikit pun di akhirat. (Q.s. asy-Syura: 20).
"Barangsiapa menghendaki kehidupan sekarang, maka Kami
segerakan baginya di dunia apa yang Kami kehendaki bagi orang yang Kami
kehendaki dan Kami tentukan baginya neraka Jahanam, ia akan memasukinya dalam
keadaan tercela dan terusir. (Q.s. al-Isra': 18).
ALLAH MENAMBAHKAN NIKMATNYA KEPADA ORANG-ORANG YANG BERSYUKUR
Setiap orang sangat memerlukan
Allah dalam setiap gerak kehidupannya. Dari udara untuk bernafas hingga makanan
yang ia makan, dari kemampuannya untuk menggunakan tangannya hingga kemampuan
berbicara, dari perasaan aman hingga perasaan bahagia, seseorang benar-benar
sangat memerlukan apa yang telah diciptakan oleh Allah dan apa yang dikaruniakan
kepadanya. Akan tetapi kebanyakan orang tidak menyadari kelemahan mereka dan
tidak menyadari bahwa mereka sangat memerlukan Allah. Mereka menganggap bahwa
segala sesuatunya terjadi dengan sendirinya atau mereka menganggap bahwa segala
sesuatu yang mereka peroleh adalah karena hasil jerih payah mereka sendiri.
Anggapan ini merupakan kesalahan yang sangat fatal dan benar-benar tidak
mensyukuri nikmat Allah. Anehnya, orang-orang yang telah menyatakan rasa terima
kasihnya kepada seseorang karena telah memberi sesuatu yang remeh kepadanya,
mereka menghabiskan hidupnya dengan mengabaikan nikmat Allah yang tidak
terhitung banyaknya di sepanjang hidupnya. Bagaimanapun, nikmat yang diberikan
Allah kepada seseorang sangatlah besar sehingga tak seorang pun yang dapat
menghitungnya. Allah menceritakan kenyataan ini dalam sebuah ayat sebagai
berikut:
"Dan jika kamu menghitung-hitung nikmat Allah, niscaya kamu
tidak dapat menentukan jumlahnya. Sesungguhnya Allah benar-benar Maha Pengampun
lagi Maha Penyayang." (Q.s. an-Nahl: 18).
Meskipun kenyataannya demikian, kebanyakan manusia tidak mampu
mensyukuri kenikmatan yang telah mereka terima. Adapun penyebabnya diceritakan
dalam al-Qur'an: Setan, yang berjanji akan menyesatkan manusia dari jalan Allah,
berkata bahwa tujuan utamanya adalah untuk menjadikan manusia tidak bersyukur
kepada Allah. Pernyataan setan yang mendurhakai Allah ini menegaskan pentingnya
bersyukur kepada Allah:
"Kemudian saya akan mendatangi mereka dari muka dan dari
belakang mereka, dari kanan dan dari kiri mereka. Dan Engkau tidak akan
mendapati kebanyakan mereka bersyukur. Allah berfirman, 'Keluarlah kamu dari
surga itu sebagai orang terhina lagi terusir. Sesungguhnya barangsiapa di antara
mereka mengikuti kamu, benar-benar Aku akan mengisi neraka Jahanam dengan kamu
semuanya'." (Q.s. al-A'raf: 17-8).
Dalam pada itu, orang-orang yang beriman karena menyadari kelemahan
mereka, di hadapan Allah mereka memanjatkan syukur dengan rendah diri atas
setiap nikmat yang diterima. Bukan hanya kekayaan dan harta benda yang disyukuri
oleh orang-orang yang beriman. Karena orang-orang yang beriman mengetahui bahwa
Allah adalah Pemilik segala sesuatu, mereka juga bersyukur atas kesehatan,
keindahan, ilmu, hikmah, kepahaman, wawasan, dan kekuatan yang dikaruniakan
kepada mereka, dan mereka mencintai keimanan dan membenci kekufuran. Mereka
bersyukur karena telah dibimbing dalam kebenaran dan dimasukkan dalam golongan
orang-orang beriman. Pemandangan yang indah, urusan yang mudah, keinginan yang
tercapai, berita-berita yang menggembirakan, perbuatan yang terpuji, dan
nikmat-nikmat lainnya, semua ini menjadikan orang-orang beriman berpaling kepada
Allah, bersyukur kepada-Nya yang telah menunjukkan rahmat dan kasih sayang-Nya.
Sebagai balasan atas kesyukurannya, sebuah pahala menunggu
orang-orang yang beriman. Ini merupakan rahasia lain yang dinyatakan dalam
al-Qur'an; Allah menambah nikmat-Nya kepada orang-orang yang bersyukur.
Misalnya, bahkan Allah memberikan kesehatan dan kekuatan yang lebih banyak lagi
kepada orang-orang yang bersyukur kepada Allah atas kesehatan dan kekuatan yang
mereka miliki. Bahkan Allah mengaruniakan ilmu dan kekayaan yang lebih banyak
kepada orang-orang yang mensyukuri ilmu dan kekayaan tersebut. Hal ini karena
mereka adalah orang-orang yang ikhlas yang merasa puas dengan apa yang diberikan
Allah dan mereka ridha dengan karunia tersebut, dan mereka menjadikan Allah
sebagai pelindung mereka. Allah menceritakan rahasia ini dalam al-Qur'an sebagai
berikut:
"Dan ketika Tuhanmu memaklumkan: 'Sesungguhnya jika kamu
bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari
(nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih'." (Q.s. Ibrahim: 7)
Mensyukuri nikmat juga menunjukkan tanda kedekatan dan kecintaan
seseorang kepada Allah. Orang-orang yang bersyukur memiliki kesadaran dan
kemampuan untuk melihat keindahan dan kenikmatan yang dikaruniakan Allah.
Rasulullah saw. juga menyebutkan masalah ini, beliau saw. bersabda:
"Jika Allah memberikan harta kepadamu, maka akan tampak kegembiraan
pada dirimu dengan nikmat dan karunia Allah itu.1
Dalam pada itu, seorang kafir atau orang yang tidak mensyukuri
nikmat hanya akan melihat cacat dan kekurangan, bahkan pada lingkungan yang
sangat indah, sehingga ia akan merasa tidak berbahagia dan tidak puas, maka
Allah menjadikan orang-orang seperti ini hanya menjumpai berbagai peristiwa dan
pemandangan yang tidak menyenangkan. Akan tetapi Allah menampakkan lebih banyak
nikmat dan karunia-Nya kepada orang-orang yang ikhlas dan memiliki hati nurani.
Bahwa Allah menambah kenikmatan kepada orang-orang yang bersyukur,
ini juga merupakan salah satu rahasia dari al-Qur'an. Bagaimanapun harus kita
camkan dalam hati bahwa keikhlasan merupakan prasyarat agar dapat mensyukuri
nikmat. Jika seseorang menunjukkan rasa syukurnya tanpa berpaling dengan ikhlas
kepada Allah dan tanpa menghayati rahmat dan kasih sayang Allah yang tiada
batas, tetapi rasa syukurnya itu hanya untuk menarik perhatian orang, tentu saja
ini merupakan ketidakikhlasan yang parah. Allah mengetahui apa yang tersimpan
dalam hati dan mengetahui ketidakikhlasannya tersebut. Orang-orang yang memiliki
niat yang tidak ikhlas bisa saja menyembunyikan apa yang tersimpan dalam hati
dari orang lain. Tetapi ia tidak dapat menyembunyikannya dari Allah. Orang-orang
seperti itu bisa saja mensyukuri nikmat ketika tidak menghadapi penderitaan.
Tetapi pada saat-saat berada dalam kesulitan, mungkin mereka akan mengingkari
nikmat.
Perlu diperhatikan, bahwa orang-orang mukmin sejati tetap bersyukur
kepada Allah sekalipun mereka berada dalam keadaan yang sangat sulit. Seseorang
yang melihat dari luar mungkin melihat berkurangnya nikmat pada diri orang-orang
yang beriman. Padahal, orang-orang beriman yang mampu melihat sisi-sisi kebaikan
dalam setiap peristiwa dan keadaan juga mampu melihat kebaikan dalam penderitaan
tersebut. Misalnya, Allah menyatakan bahwa Dia akan menguji manusia dengan rasa
takut, lapar, kehilangan harta dan jiwa. Dalam keadaan seperti itu, orang-orang
beriman tetap bergembira dan merasa bersyukur, mereka berharap bahwa Allah akan
memberi pahala kepada mereka berupa surga sebagai pahala atas sikap mereka yang
tetap istiqamah dalam menghadapi ujian tersebut. Mereka mengetahui bahwa Allah
tidak akan membebani seseorang melainkan sesuai dengan kekuatannya. Sikap
istiqamah dan tawakal yang mereka jalani dalam menghadapi penderitaan tersebut
akan membuahkan sifat sabar dan syukur dalam diri mereka. Dengan demikian,
ciri-ciri orang yang beriman adalah tetap menunjukkan ketaatan dan bertawakal
kepada-Nya, dan Allah berjanji akan menambah nikmat kepada hamba-hamba-Nya yang
mensyukuri nikmat-Nya, baik di dunia ini maupun di akhirat kelak.
RAHASIA BERSERAH DIRI DAN BERTAWAKAL KEPADA ALLAH
Berserah diri kepada Allah
merupakan ciri khusus yang dimiliki orang-orang mukmin, yang memiliki keimanan
yang mendalam, yang mampu melihat kekuasaan Allah, dan yang dekat dengan-Nya.
Terdapat rahasia penting dan kenikmatan jika kita berserah diri kepada Allah.
Berserah diri kepada Allah maknanya adalah menyandarkan dirinya dan takdirnya
dengan sungguh-sungguh kepada Allah. Allah telah menciptakan semua makhluk,
binatang, tumbuh-tumbuhan, maupun benda-benda tak bernyawa - masing-masing
dengan tujuannya sendiri-sendiri dan takdirnya sendiri-sendiri. Matahari, bulan,
lautan, danau, pohon, bunga, seekor semut kecil, sehelai daun yang jatuh, debu
yang ada di bangku, batu yang menyebabkan kita tersandung, baju yang kita beli
sepuluh tahun yang lalu, buah persik di lemari es, ibu anda, teman kepala
sekolah anda, diri anda - pendek kata segala sesuatunya, takdirnya telah
ditetapkan oleh Allah jutaan tahun yang lalu. Takdir segala sesuatu telah
tersimpan dalam sebuah kitab yang dalam al-Qur'an disebut sebagai
'Lauhul-Mahfuzh'. Saat kematian, saat jatuhnya sebuah daun, saat buah persik
dalam peti es membusuk, dan batu yang menyebabkan kita tersandung - pendek kata
semua peristiwa, yang remeh maupun yang penting - semuanya tersimpan dalam kitab
ini.
Orang-orang yang beriman meyakini takdir ini
dan mereka mengetahui bahwa takdir yang diciptakan oleh Allah adalah yang
terbaik bagi mereka. Itulah sebabnya setiap detik dalam kehidupan mereka, mereka
selalu berserah diri kepada Allah. Dengan kata lain, mereka mengetahui bahwa
Allah menciptakan semua peristiwa ini sesuai dengan tujuan ilahiyah, dan
terdapat kebaikan dalam apa saja yang diciptakan oleh Allah. Misalnya, terserang
penyakit yang berbahaya, menghadapi musuh yang kejam, menghadapi tuduhan palsu
padahal ia tidak bersalah, atau menghadapi peristiwa yang sangat mengerikan,
semua ini tidak mengubah keimanan orang yang beriman, juga tidak menimbulkan
rasa takut dalam hati mereka. Mereka menyambut dengan rela apa saja yang telah
diciptakan Allah untuk mereka. Orang-orang beriman menghadapi dengan kegembiraan
keadaan apa saja, keadaan yang pada umumnya bagi orang-orang kafir menyebabkan
perasaan ngeri dan putus asa. Hal itu karena rencana yang paling mengerikan
sekalipun, sesungguhnya telah direncanakan oleh Allah untuk menguji mereka.
Orang-orang yang menghadapi semuanya ini dengan sabar dan bertawakal kepada
Allah atas takdir yang telah Dia ciptakan, mereka akan dicintai dan diridhai
Allah. Mereka akan memperoleh surga yang kekal abadi. Itulah sebabnya
orang-orang yang beriman memperoleh kenikmatan, ketenangan, dan kegembiraan
dalam kehidupan mereka karena bertawakal kepada Tuhan mereka. Inilah nikmat dan
rahasia yang dijelaskan oleh Allah kepada orang-orang yang beriman. Allah
menjelaskan dalam al-Qur'an bahwa Dia mencintai orang-orang yang bertawakal
kepada-Nya. (Q.s. Ali 'Imran: 159) Rasulullah saw. juga menyatakan hal
ini, beliau bersabda:
"Tidaklah beriman seorang hamba Allah hingga ia percaya kepada
takdir yang baik dan buruk, dan mengetahui bahwa ia tidak dapat menolak apa saja
yang menimpanya (baik dan buruk), dan ia tidak dapat terkena apa saja yang
dijauhkan darinya (baik dan buruk)."1
Masalah lainnya yang disebutkan dalam al-Qur'an tentang bertawakal
kepada Allah adalah tentang "melakukan tindakan". Al-Qur'an memberitahukan kita
tentang berbagai tindakan yang dapat dilakukan orang-orang yang beriman dalam
berbagai keadaan. Dalam ayat-ayat lainnya, Allah juga menjelaskan rahasia bahwa
tindakan-tindakan tersebut yang diterima sebagai ibadah kepada Allah, tidak
dapat mengubah takdir. Nabi Ya'qub a.s. menasihati putranya agar melakukan
beberapa tindakan ketika memasuki kota, tetapi setelah itu beliau diingatkan
agar bertawakal kepada Allah. Inilah ayat yang membicarakan masalah
tersebut:
"Dan Ya'qub berkata, 'Hai anak-anakku, janganlah kamu masuk
dari satu pintu gerbang, dan masuklah dari pintu-pintu gerbang yang berlainan,
namun demikian aku tidak dapat melepaskan kamu barang sedikit pun dari (takdir)
Allah. Keputusan menetapkan (sesuatu) hanyalah hak Allah; kepada-Nyalah aku
bertawakal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakal berserah
diri'." (Q.s. Yusuf: 67).
Sebagaimana dapat dilihat pada ucapan Nabi Ya'qub, orang-orang yang
beriman tentu saja juga mengambil tindakan berjaga-jaga, tetapi mereka
mengetahui bahwa mereka tidak dapat mengubah takdir Allah yang dikehendaki untuk
mereka. Misalnya, seseorang harus mengikuti aturan lalu lintas dan tidak
mengemudi dengan sembarangan. Ini merupakan tindakan yang penting dan merupakan
sebuah bentuk ibadah demi keselamatan diri sendiri dan orang lain. Namun, jika
Allah menghendaki bahwa orang itu meninggal karena kecelakaan mobil, maka tidak
ada tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah kematiannya. Terkadang tindakan
pencegahan atau suatu perbuatan tampaknya dapat menghindari orang itu dari
kematian. Atau mungkin seseorang dapat melakukan keputusan penting yang dapat
mengubah jalan hidupnya, atau seseorang dapat sembuh dari penyakitnya yang
mematikan dengan menunjukkan kekuatannya dan daya tahannya. Namun, semua
peristiwa ini terjadi karena Allah telah menetapkan yang demikian itu. Sebagian
orang salah menafsirkan peristiwa-peristiwa seperti itu sebagai "mengatasi
takdir seseorang" atau "mengubah takdir seseorang". Tetapi, tak seorang pun,
bahkan orang yang sangat kuat sekalipun di dunia ini yang dapat mengubah apa
yang telah ditetapkan oleh Allah. Tak seorang manusia pun yang memiliki kekuatan
seperti itu. Sebaliknya, setiap makhluk sangat lemah dibandingkan dengan
ketetapan Allah. Adanya fakta bahwa sebagian orang tidak menerima kenyataan ini
tetap tidak mengubah kebenaran. Sesungguhnya, orang yang menolak takdir juga
telah ditetapkan demikian. Karena itulah orang-orang yang menghindari kematian
atau penyakit, atau mengubah jalannya kehidupan, mereka mengalami peristiwa
seperti ini karena Allah telah menetapkannya. Allah menceritakan hal ini dalam
al-Qur'an sebagai berikut:
"Tidak ada suatu bencana pun yang menimpa di bumi dan (tidak
pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul-Mahfuzh)
sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu mudah bagi Allah.
Supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan supaya
kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah
tidak menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri. (Q.s. al-Hadid:
22-3).
Sebagaimana dinyatakan dalam ayat di atas, peristiwa apa pun yang
terjadi telah ditetapkan sebelumnya dan tertulis dalam Lauh Mahfuzh. Untuk
itulah Allah menyatakan kepada manusia supaya tidak berduka cita terhadap apa
yang luput darinya. Misalnya, seseorang yang kehilangan semua harta bendanya
dalam sebuah kebakaran atau mengalami kerugian dalam perdagangannya, semua ini
memang sudah ditetapkan. Dengan demikian mustahil baginya untuk menghindari atau
mencegah kejadian tersebut. Jadi tidak ada gunanya jika merasa berduka cita atas
kehilangan tersebut. Allah menguji hamba-hamba-Nya dengan berbagai kejadian yang
telah ditetapkan untuk mereka. Orang-orang yang bertawakal kepada Allah ketika
mereka menghadapi peristiwa seperti itu, Allah akan ridha dan cinta kepadanya.
Sebaliknya, orang-orang yang tidak bertawakal kepada Allah akan selalu mengalami
kesulitan, keresahan, ketidakbahagiaan dalam kehidupan mereka di dunia ini, dan
akan memperoleh azab yang kekal abadi di akhirat kelak. Dengan demikian sangat
jelas bahwa bertawakal kepada Allah akan membuahkan keberuntungan dan ketenangan
di dunia dan di akhirat. Dengan menyingkap rahasia-rahasia ini kepada
orang-orang yang beriman, Allah membebaskan mereka dari berbagai kesulitan dan
menjadikan ujian dalam kehidupan di dunia ini mudah bagi mereka.
TERDAPAT KEBAIKAN DALAM SETIAP PERISTIWA
Allah memberitahukan kita bahwa
dalam setiap peristiwa yang Dia ciptakan terdapat kebaikan di dalamnya. Ini
merupakan rahasia lain yang menjadikan mudah bagi orang-orang yang beriman untuk
bertawakal kepada Allah. Allah menyatakan, bahkan dalam peristiwa-peristiwa yang
tampaknya tidak menyenangkan terdapat kebaikan di dalamnya:
"Mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan
padanya kebaikan yang banyak." (Q.s. an-Nisa': 19).
"Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu,
dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah
mengetahui sedangkan kamu tidak mengetahui." (Q.s. al-Baqarah: 216).
Dengan memahami rahasia ini, orang-orang yang beriman menjumpai
kebaikan dan keindahan dalam setiap peristiwa. Peristiwa-peristiwa yang sulit
tidak membuat mereka merasa gentar dan khawatir. Mereka tetap tenang ketika
menghadapi penderitaan yang ringan maupun berat. Orang-orang Muslim yang ikhlas
bahkan melihat kebaikan dan hikmah Ilahi ketika mereka kehilangan seluruh harta
benda mereka. Mereka tetap bersyukur kepada Allah yang telah mengkaruniakan
kehidupan. Mereka yakin bahwa dengan kehilangan harta tersebut Allah sedang
melindungi mereka dari perbuatan maksiat atau agar hatinya tidak terpaut dengan
harta benda. Untuk itu, mereka bersyukur dengan sedalam-dalamnya kepada Allah
karena kerugian di dunia tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan kerugian di
akhirat. Kerugian di akhirat artinya azab yang kekal abadi dan sangat pedih.
Orang-orang yang tetap sibuk mengingat akhirat melihat setiap peristiwa sebagai
kebaikan dan keindahan untuk menuju kehidupan akhirat. Orang-orang yang bersabar
dengan penderitaan yang dialaminya akan menyadari bahwa dirinya sangat lemah di
hadapan Allah, dan akan menyadari betapa mereka sangat memerlukan Dia. Mereka
akan berpaling kepada Allah dengan lebih berendah diri dalam doa-doa mereka, dan
dzikir mereka akan semakin mendekatkan diri mereka kepada-Nya. Tentu saja hal
ini sangat bermanfaat bagi kehidupan akhirat seseorang. Dengan bertawakal
sepenuhnya kepada Allah dan dengan menunjukkan kesabaran, mereka akan memperoleh
ridha Allah dan akan memperoleh pahala berupa kebahagiaan abadi.
Manusia harus mencari kebaikan dan keindahan tidak saja dalam
penderitaan, tetapi juga dalam peristiwa sehari-hari. Misalnya, masakan yang
dimasak dengan susah payah ternyata hangus, dengan kehendak Allah, mungkin akan
bermanfaat menjauhkan dari madharat kelak di kemudian hari. Seseorang mungkin
tidak diterima dalam ujian masuk perguruan tinggi untuk menggapai harapannya
pada masa depan. Bagaimanapun, hendaknya ia mengetahui bahwa terdapat kebaikan
dalam kegagalannya ini. Demikian pula hendaknya ia dapat berpikir bahwa
barangkali Allah menghendaki dirinya agar terhindar dari situasi yang sulit,
sehingga ia tetap merasa senang dengan kejadian itu. Dengan berpikir bahwa Allah
telah menempatkan berbagai rahmat dalam setiap peristiwa, baik yang terlihat
maupun yang tidak, orang-orang yang beriman melihat keindahan dalam bertawakal
mengharapkan bimbingan Allah.
Seseorang mungkin tidak selalu melihat kebaikan dan hikmah Ilahi di
balik setiap peristiwa. Sekalipun demikian ia mengetahui dengan pasti bahwa
terdapat kebaikan dalam setiap peristiwa. Ia memanjatkan doa kepada Allah agar
ditunjukkan kepadanya kebaikan dan hikmah Ilahi di balik segala sesuatu yang
terjadi.
Orang-orang yang menyadari bahwa segala sesuatu yang diciptakan
Allah memiliki tujuan tidak pernah mengucapkan kata-kata, "Seandainya saya tidak melakukan…" atau "Seandainya saya tidak
berkata …," dan sebagainya. Kesalahan, kekurangan, atau
peristiwa-peristiwa yang kelihatannya tidak menguntungkan, pada hakikatnya di
dalamnya terdapat rahmat dan masing-masing merupakan ujian. Allah memberikan
pelajaran penting dan mengingatkan manusia tentang tujuan penciptaan pada setiap
orang. Bagi orang-orang yang dapat melihat dengan hati nuraninya, tidak ada
kesalahan atau penderitaan, yang ada adalah pelajaran, peringatan, dan hikmah
dari Allah. Misalnya, seorang Muslim yang tokonya terbakar akan melakukan mawas
diri, bahkan keimanannya menjadi lebih ikhlas dan lebih lurus, ia menganggap
peristiwa itu sebagai peringatan dari Allah agar tidak terlalu sibuk dan
terpikat dengan harta dunia.
Hasilnya, apa pun yang dihadapinya dalam kehidupannya, penderitaan
itu pada akhirnya akan berakhir sama sekali. Seseorang yang mengenang
penderitaannya akan merasa takjub bahwa penderitaan itu tidak lebih dari sekadar
kenangan dalam pikiran, bagaikan orang yang mengingat kembali adegan dalam film.
Oleh karena itu, akan datang suatu saat ketika pengalaman yang sangat pedih akan
tinggal menjadi kenangan, bagaikan bayangan adegan dalam film. Hanya ada satu
yang masih ada: bagaimanakah sikap seseorang ketika menghadapi kesulitan, dan
apakah Allah ridha kepadanya atau tidak. Seseorang tidak akan dimintai tanggung
jawab atas apa yang telah ia alami, tetapi yang dimintai tanggung jawab adalah
sikapnya, pikirannya, dan keikhlasannya terhadap apa yang ia alami. Dengan
demikian, berusaha untuk melihat kebaikan dan hikmah Ilahi terhadap apa yang
diciptakan Allah dalam situasi yang dihadapi seseorang, dan bersikap positif
akan mendatangkan kebahagiaan bagi orang-orang beriman, baik di dunia maupun di
akhirat. Tidak duka cita dan ketakutan yang menghinggapi orang-orang yang
beriman yang memahami rahasia ini. Demikian pula, tidak ada manusia dan tidak
ada peristiwa yang menjadikan rasa takut atau menderita di dunia ini dan di
akhirat kelak. Allah menjelaskan rahasia ini dalam al-Qur'an sebagai
berikut:
"Kami berfirman, 'Turunlah kamu dari surga itu.
Kemudian jika datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa yang mengikuti
petunjuk-Ku, niscaya tidak ada kekhawatiran atas mereka, dan mereka tidak
bersedih hati'." (Q.s. al-Baqarah: 38).
"Ingatlah, sesungguhnya wali-wali Allah itu
tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan mereka tidak bersedih hati. Yaitu
orang-orang yang beriman dan mereka selalu bertakwa. Bagi mereka berita gembira
di dalam kehidupan di dunia dan di akhirat. Tidak ada perubahan bagi
kalimat-kalimat Allah. Yang demikian itu adalah kemenangan yang besar." (Q.s.
Yunus: 62-4).
(BERSAMBUNG)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar