Selasa, 10 Januari 2017

contoh artikel 2



MEMBANGUN BUDAYA SEKOLAH  BERBASIS KARAKTER TERPUJI

Dwi Ratna Supriyani
Alamat : SD Negeri Mejayan 01
Jl. P.Surdirman 109 Caruban Kabupaten Madiun

Abstrak: Sekolah tidak hanya dimaknai sebagai tempat transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa. Sekolah juga berperan dalam membentuk karakter terpuji siswa. Pembentukan karakter siswa tersebut dipengaruhi oleh budaya yang terdapat di sekolah. Pada umumnya, dengan budaya sekolah yang baik, maka karakter siswa dapat terbentuk secara baik. Dengan demikian, sekolah diharapkan mampu mengembangkan budaya sekolah yang unggul berbasis karakter siswa. Pengembangan budaya sekolah tersebut dapat dilakukan dengan melibatkan seluruh warga sekolah untuk membangun komitmennya.

Kata Kunci : budaya sekolah unggul, karakter terpuji



Sekolah sebagai tempat berlangsungnya kegiatan belajar mengajar tidak hanya dimaknai sebagai kegiatan transfer ilmu pengetahuan dari guru ke siswa. Berbagai kegiatan seperti membiasakan seluruh warga sekolah disiplin dan patuh terhadap peraturan yang berlaku di sekolah, saling menghormati, membiasakan hidup bersih dan sehat serta memiliki semangat berkompetisi yang baik merupakan kebiasaan yang harus ditumbuhkan di lingkungan sekolah sehari-hari. Pengembangan kebiasaan ini sangat penting mengingat bahwa masa-masa sekolah adalah sebuah  formative years yaitu masa pembentukan karakter yang sangat menentukan pondasi moral-intelektual seseorang seumur hidupnya. 
Orina Rahayu Utami adalah mahasiswa SI PGSD jurusan KSDP FIP Universitas Negeri  Malang (alamat: Ds.Gedangan RT07/RW 04, Kec. Campurdarat, Kab. Tulungagung)

Dewasa ini perhatian pemerintah dicurahkan untuk menjadikan sekolah-sekolah memiliki kualitas yang unggul.  Kualitas tersebut tidak saja tertuju pada  kemampuan yang bersifat kognitif, tetapi lebih dari itu adalah  pada kualitas yang bersifat afektif  dan psikomotorik  yang berupa  aspek sikap dan perilaku. Salah satu keunikan dan keunggulan sebuah sekolah adalah memiliki budaya sekolah (school culture) yang kokoh.
Budaya sekolah adalah merupakan suatu pola asumsi-asumsi dasar, nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan yang dipegang bersama oleh seluruh warga sekolah, yang diyakini dan telah terbukti dapat dipergunakan untuk menghadapi berbagai problem dalam beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan melakukan integrasi internal, sehingga pola nilai dan asumsi tersebut dapat diajarkan kepada anggota dan generasi baru agar mereka memiliki pandangan yang tepat bagaimana seharusnya mereka memahami, berpikir, merasakan dan bertindak menghadapi berbagai situasi dan lingkungan yang ada (Zamroni, 2011: 297). Bentuk budaya sekolah secara intrinsik muncul sebagai suatu fenomena yang unik dan menarik karena pandangan sikap dan perilaku yang berkembang dalam sekolah pada dasarnya mencerminkan kepercayaan dan keyakinan yang mendalam dan khas dari warga sekolah.
Budaya sekolah yang baik akan mendorong semua warga sekolah untuk bekerjasama yang didasarkan saling percaya, mengundang partisipasi seluruh warga, mendorong munculnya gagasan-gagasan baru, dan memberikan kesempatan untuk terlaksananya pembaharuan di sekolah yang semuanya ini bermuara pada pencapaian hasil terbaik. Budaya sekolah yang baik dapat menumbuhkan iklim yang mendorong semua warga sekolah untuk belajar, yaitu belajar bagaimana belajar dan belajar bersama.
Pengembangan budaya sekolah yang baik tentunya sangat diperlukan dalam membentuk budaya sekolah yang unggul. Dengan budaya sekolah yang unggul maka diharapkan karakter siswa dapat terbentuk secara kuat. Dengan kata lain, diperlukan suatu usaha pengembangan budaya sekolah yang unggul untuk membentuk karakter siswa secara kuat. Dengan demikian, diharapkan karakter terpuji siswa dapat terwujud dan tertanam dalam kehidupannya. Berikut ini akan dijelaskan mengenai usaha pengembangan budaya sekolah yang unggul berbasis karakter terpuji.
Budaya
Secara etimologis budaya berasal dari bahasa Inggris yaitu dari kata culture. Deal dan Peterson (2010) mendefinisikan culture atau budaya sebagai serangkaian aturan yang dibuat oleh masyarakat sehingga menjadi milik bersama, dapat diterima oleh masyarakat, dan bertingkah laku sesuai dengan aturan. Dalam istilah lain, Novia (2010) mendefinisikan bahwa culture is everything that exists in a society. Secara implisit, kedua definisi di atas menyatakan bahwa kebiasaan-kebiasaan dan nilai-nilai yang telah diterapkan di suatu lingkungan tertentu  merupakan budaya lingkungan tersebut. Hal ini berarti, kebiasaan-kebiasaan dan nilai-nilai yang ada di sekolah dapat disebut sebagai budaya sekolah.
Secara eksplisit Deal dan Peterson (2009) mendefinisikan budaya sekolah sebagai sekumpulan nilai yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh kepala sekolah, guru, petugas administrasi, siswa, dan masyarakat sekitar sekolah. Suatu pola asumsi-asumsi dasar yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan sehari-hari, dan simbol-simbol yang dipraktikkan
Pendapat lain tentang budaya sekolah dikemukakan oleh Zamroni (2011:297) yang menyatakan bahwa budaya sekolah merupakan suatu pola asumsi-asumsi dasar, nilai-nilai, keyakinan-keyakinan, dan kebiasaan-kebiasaan yang dipegang bersama oleh seluruh warga sekolah, yang diyakini dan telah terbukti dapat dipergunakan untuk menghadapi berbagai problem dalam beradaptasi dengan lingkungan yang baru dan melakukan integrasi internal, sehingga pola nilai dan asumsi tersebut dapat diajarkan kepada anggota dan generasi baru agar mereka memiliki pandangan yang tepat bagaimana seharusnya mereka memahami, berpikir, merasakan dan bertindak menghadapi berbagai situasi dan lingkungan yang ada. Sehingga dapat disimpulkan bahwa budaya sekolah adalah suatu pola asumsi-asumsi dasar yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh seluruh warga sekolah.
Dari pengertian di atas jelas bahwa budaya sekolah sangat mempengaruhi perilaku peserta didik. Budaya sekolah merupakan jiwa dan kekuatan sekolah yang memungkinkan sekolah dapat tumbuh berkembang dan melakukan adaptasi dengan berbagai lingkungan yang ada. Budaya sekolah yang positif telah  meningkatkan bahkan  mempertajam perhatian  dan  perilaku sehari-hari  warga sekolah  terhadap apa yang penting dan bernilai  bagi sekolah.  Perhatian tersebut dapat dilihat pada semua kegiatan yang menjadi program dan prioritas sekolah.  Apabila yang perlu diperkuat adalah berkaitan dengan prestasi akademik siswa, maka sekolah secara  penuh  akan mengarahkan perhatiannya pada hal tersebut. Sekolah dengan sendirinya merencanakan dan mempersiapkan segala sesuatu yang berkaitan dengan peningkatan kualitas akademik tersebut. Sekolah akan memfokuskan waktu, tenaga, dan sumberdaya berkaitan dengan kurikulum dan strategi pembelajaran yang akan membantu semua siswa  untuk meningkatkan prestasinya.  Demikian juga apabila program prioritas tersebut diarahkan bagi terwujudnya karakter terpuji, maka sekolah akan merencanakan progam agar karakter terpuji siswa dapat terbentuk.
Budaya sekolah akan membangun komitmen dan identifikasi  diri  dengan nilai-nilai, norma-norna, dan kebiasaan-kebiasaan  tertentu.  Pada suatu sekolah misalnya, setiap guru secara sadar datang pada jam 06.30 dan pulang pada jam 16.00. Kehadiran guru yang demikian sebagai bentuk komitmen mereka terhadap budaya yang telah berlaku di sekolah yang bersangkutan. Kebiasaan yang berlaku tersebut telah mengikat dan menjadi bagian dari hidupnya  sehingga  tidak dirasakan sebagai beban. Dengan demikian,  budaya sekolah  telah membangun komiten terhadap semua warganya.
Budaya Sekolah
Budaya sekolah (school culture) merupakan kata kunci yang perlu mendapat perhatian secara sungguh-sungguh dari para pengelola pendidikan.Budaya sekolah perlu dibangun berdasarkan kekuatan karakteristik budaya lokal masyarakat tempat sekolah itu berada. Budaya sekolah adalah detak jantung sekolah itu sendiri, perumusannya harus dilakukan dengan sebuah komitmen yang jelas dan terukur oleh komunitas sekolah yakni guru, siswa, manajemen sekolah, dan masyarakat.
Studi terhadap sekolah-sekolah yang berhasil atau efektif dapat diperoleh gambaran bahwa mereka mempunyai lima karakteristik umum seperti yang diungkapkan Zainuddin (2012). Kelima karateristik tersebut adalah sebagai berikut: (a) sekolah memiliki budaya sekolah yang kondusif, (b) adanya harapan antara para guru bahwa semua siswa dapat sukses, (c) menekankan pengajaran pada penguasaan ketrampilan, (d) sistem tujuan pengajaran yang jelas bagi pelaksanaan monitoring dan penilaian keberhasilan kelas, (e) prinsip-prinsip sekolah yang kuat sehingga dapat memelihara kedisiplinan siswa.
Untuk mewujudkan kelima faktor keberhasilan sekolah di atas, menurut Nusyam  (2011) setidaknya ada tiga  budaya  yang perlu dikembangkan di sekolah. Ketiga budaya tersebut adalah kultur akademik, kultur budaya, dan kultur demokratis. Ketiga kultur ini harus menjadi prioritas yang melekat dalam lingkungan sekolah.
Pertama, kultur akademik.  Kultur akademik memiliki ciri pada setiap tindakan, keputusan, kebijakan, dan opini didukung dengan dasar akademik yang kuat. Artinya merujuk pada teori, dasar hukum, dan nilai kebenaran yang teruji, bukan pada popularitas semata atau sangkaan yang tidak memiliki dasar empirik
yang kuat. Ini berbeda dengan kultur politik atau dunia entertain.  Dengan demikian, kepala sekolah,  guru,  dan siswa selalu berpegang pada pijakan teoretik dalam berpikir, bersikap dan bertindak dalam kesehariannya. Kultur akademik tercermin pada kedisiplinan dalam bertindak, kearifan dalam bersikap, serta kepiawaian dalam berpikir dan berargumentasi.
Kedua, kultur budaya.  Kultur budaya tercermin pada pengembangan sekolah yang memelihara, membangun, dan mengembangkan budaya bangsa yang positif dalam kerangka pembangunan manusia seutuhnya. Sekolah akan menjadi benteng pertahanan terkikisnya budaya akibat gencarnya serangan budaya asing yang tidak relevan seperti budaya hedonisme, individualisme, dan materialisme. Jika dunia luar melalui  entertainment  dan  advertisement  sangat gencar menawarkan konsumerisme dan materialisme semata, sekolah secara konsisten dan persisten menanamkan nilai-nilai transendental rela berkorban dan ihlas beramal. Di sisi lain sekolah terus mengembangkan seni tradisi yang berakar pada budaya nusantara yang dikreasi untuk dikemas dengan modernitas dengan tetap mempertahankan keasliannya.
Ketiga, kultur demokratis.  Kultur demokratis menampilkan corak berkehidupan yang mengakomodasi perbedaan untuk secara bersama membangun kemajuan. Kultur ini jauh dari pola tindakan disksriminatif dan otoritarianisme serta sikap mengabdi atasan secara membabi buta. Warga sekolah selalu bertindak objektif, transparan, dan bertanggungjawab.
Budaya sekolah yang didesain secara terstruktur, sistematis, dan tepat sesuai dengan kondisi sosial sekolahnya, pada gilirannya bisa memberikan kontribusi yang positif bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam menuju sekolah yang berkualitas. Seperti yang telah dikemukakan di atas, hal tersebut dapat terwujud dengan mengembangkan ketiga kultur yang ada di lingkungan sekolah yaitu kultur akademik, kultur budaya, dan kultur demokratis. Adapun budaya sekolah yang berkualitas (unggul) tersebut dapat tercermin dalam penerapan ketiga budaya sekolah yaitu budaya keagamaan, budaya kerjasama, dan budaya kepemimpinan.
Penerapan budaya keagamaan (religi) di sekolah dapat tercermin dari penanaman perilaku atau tatakrama yang tersistematis dalam pengamalan agamanya masing-masing sehingga terbentuk kepribadian dan sikap yang baik (akhlaqul karimah). Sementara budaya kerjasama (team work) dapat tercermin dari rasa kebersamaan dan rasa sosial terhadap sesama melalui kegiatan yang dilakukan bersama seluruh warga sekolah. Kemudian yang terakhir budaya kepemimpinan (leadhership) dapat tercermin dari penanaman jiwa kepemimpinan dan keteladanan dari sejak dini kepada peserta didik.
Karakter Terpuji
Secara umum karakter sering dikaitkan dengan sifat khas, kekuatan moral, atau pola tingkah laku seseorang. Menurut Zainuddin(2011:41) karakter merupakan suatu cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa, dan negara. Karakter dapat dianggap sebagai nilai-nilai perilaku manusia yang berhubungan dengan Tuhan YME, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata kerama, budaya, adat istiadat, dan estetika.
Berdasarkan  kamus besar Bahasa Indonesia (2008) karakter merupakan sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dengan yang lain. Dengan demikian karakter adalah nilai-nilai yang unik, baik yang terpatri dalam diri ataupun yang teraplikasikan dalam perilaku (Kemendiknas, 2010). Nilai yang unik itu selanjutnya dimaknai sebagai pengetahuan mengenai nilai kebaikan, berkeinginan berbuat baik, dan nyata berkehidupan baik.
Secara universal berbagai karakter dirumuskan sebagai nilai hidup bersama berdasarkan atas pilar kedamaian ( peace), menghargai (respect), kerja sama (cooperation), kebebasan ( freedom), kebahagiaan (happiness), kejujuran (honesty), kerendahan hati (humility), kasih saying (love), tanggung jawab (responsibility), kesederhanaan (simplicity), toleransi (tolerance), dan persatuan (unity). Karakter juga dipengaruhi oleh hereditas maupun lingkungan. Perilaku seorang anak sering kali tidak jauh dai perilaku ayah dan ibunya. Lingkungan sosial juga turut memberi kontribusi terhadap pembentukan karakter seseorang. Seorang anak yang hidup di tengah lingkungan sosial yang keras, seperti di daerah padat penduduk, metropolitan, biasanya cenderung berperilaku antisosial, keras, emosional dan sebagainya.
Dari berbagai pengertian dan definisi di atas, maka karakter dapat dimaknai sebagai nilai dasar yang membangun pribadi seseorang yang terbentuk baik karena pengaruh hereditas maupun pengaruh lingkungan. Karakter tersebut diwujudkan dalam sikap dan perilaku dalam kehidupan sehari-hari.
Karakter seseorang pada umunya dibagi menjadi dua karakter yaitu karakter baik dan buruk. Karekter baik sering disebut sebagai karakter terpuji. Karakter seseorang dapat dikatakan terpuji apabila sesorang tersebut dapat membuat keputusan dan berani mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya. Karakter terpuji sangat perlu ditanamkan bagi siswa di sekolah. Hal ini sebagai upaya agar siswa dapat mempunyai pondasi moral yang baik dalam melaksanakan kehidupannya.

Mengembangkan Budaya Sekolah  Berbasis Karakter Terpuji
Proses  yang efektif untuk  membangun  budaya sekolah yang unggul berbasis karakter terpuji siswa adalah dengan melibatkan dan mengajak  semua  pihak atau  pemangku kepentingan untuk  bersama-sama memberikan  komitmennya.  Keyakinan  utama dari pihak sekolah harus difokuskan pada usaha menyemaikan dan menanamkan keyakinan, nilai, norma, dan kebiasaan-kebiasaan yang  merupakan harapan setiap pemangku kepentingan tersebut.  Untuk itu, pimpinan sekolah, para guru, dan karyawan, harus fokus  pada usaha pengorganisasian yang mengarah pada harapan di atas  dengan cara sebagai berikut.
Pertama, mendefinisikan peran yang harus dimainkan oleh pimpinan sekolah, guru, dan komunitas sekolah melalui komunikasi yang terbuka dan kegiatan-kegiatan akademik yang dapat memberikan layanan terbaik terhadap harapan dan kebutuhan komunitas sekolah tertentu (siswa).
Kedua, menyusun mekanisme komunikasi yang efektif, seperti misalnya dengan melakukan pertemuan rutin (mingguan atau bulanan) di antara pimpinan sekolah, guru, dan karyawan; pihak sekolah dengan mitra, seperti  dengan  perguruan dengan atau organisasi profesi tertentu; pihak sekolah dengan orang tua/wali;  dan pihak sekolah dengan pemerintah.
Ketiga, melakukan kajian bersama untuk mencapai keberhasilan sekolah, misalnya melalui pertemuan dengan sekolah-sekolah tertentu yang telah berhasil atau sekolah unggulan, atau dengan melakukan studi banding.
Keempat, melakukan visualisasi  visi dan misi sekolah, keyakinan, nilai, norma, dan kebiasaan-kebiasaan yang diharapkan sekolah. Visualisasi tersebut diharapkan dapat dipublikasikan agar menjadi pedoman bagi seluruh warga sekolah.
Kelima, memberikan pelatihan-pelatihan atau memberikan kesempatan kepada semua komponen sekolah untuk mengikuti berbagai pelatihan atau pengembangan diri, yang mendukung terwujudnya budaya sekolah yang diharapkan. Selain lima hal yang sudah disebutkan di  atas, Lickona (1991:346) menyebutkan  adanya  lima  unsur moral positif yang hendaknya ditanamkan di  lingkungan sekolah. Kelima unsur tersebut adalah sebagai berikut.
Pertama: kepala sekolah hendaknya memperlihatkan kepemimpinan moral akademik dengan cara; (a)  mengartikulasikan visi dan misi sekolah secara jelas, (b) memperkenalkan semua warga sekolah  dengan  tujuan-tujuan  yang ingin dicapai  dan strategi  pencapaiannya serta  penilaian  terhadap tujuan-tujuan tersebut, (c) meminta dukungan dan partisipasi para orang tua/wali siswa, (d) memodelkan nilai-nilai, norma-norma, dan kebiasaan-kebiasaan sekolah melalui interaksi dengan para guru, karyawan, siswa, dan orang tua/wali siswa.
Kedua: pihak sekolah  membuat aturan-aturan atau disiplin sekolah  (nilai, norma, dan kebiasaan-kebiasaan) yang efektif dengan cara; (a) mendefinisikan semua  nilai, norma, dan kebiasaan-kebiasaan  secara jelas dan memperkuatnya, (b) mengatasi masalah-masalah perilaku siswa (nilai, norma,  dan kebiasaan-kebiasaan)  dengan  cara yang dapat membantu perkembangan moral mereka, (c) memberikan jaminan bahwa nilai, norma, dan kebiasaan-kebiasaan yang ditetapkan pihak sekolah  akan ditegakkan sepenuhnya di lingkungan sekolah dan dengan segera akan menghentikan semua perilaku yang menyimpang.
Ketiga:  pihak sekolah menciptakan suasana lingkungan sekolah yang nyaman dengan cara; (a)mendorong semua warga sekolah untuk memberikan perhatian  dan kepeduliannya antara satu dengan yang lain, (b) memberikan kesempatan kepada semua siswa untuk saling mengenal satu dengan lainnya, demikian juga dengan kepala sekolah, guru, dan karyawan, (c) menjadikan sebagian besar siswa agar tertarik untuk mengikuti berbagai kegiatan ekstrakurikuler, (d) memperkuat kegiatan keolahragaan, (e) memasang berbagai visualisasi atau famflet yang akan membantu perkembangan nilai, norma, dan kebiasaan-kebiasaan yang positif, (f) menekankan setiap kelas untuk memberikan sumbangannya yang  positif dan bermanfaat bagi sekolah.
Keempat: pihak sekolah dapat menciptakan komunitas moral dengan cara; (a) menyediakan waktu dan dukungan  kepada para guru untuk berkeja bersama-sama dalam menyusun pembelajaran yang bermuatan karakter, (b) melibatkan para karyawan dalam pengambilan keputusan.
Kelima: Pihak sekolah  menekankan  pentingnya nilai-nilai moral dengan cara; (a) melunakkan tekanan-tekanan akademik sehingga para guru tidak mengabaikan perkembangan sosial dan moral para siswa, (b) mendorong para guru untuk senantiasa bekerja atas dasar nilai, norma, dan kebiasaan-kebiasaan yang positif.

Kesimpulan
Budaya sekolah adalah suatu pola asumsi-asumsi dasar yang melandasi perilaku, tradisi, kebiasaan keseharian, dan simbol-simbol yang dipraktikkan oleh seluruh warga sekolah. Budaya sekolah merupakan jiwa dan kekuatan sekolah yang memungkinkan sekolah dapat tumbuh berkembang dan melakukan adaptasi dengan berbagai lingkungan yang ada.
Budaya sekolah yang didesain secara terstruktur, sistematis, dan tepat sesuai dengan kondisi sosial sekolahnya, pada gilirannya bisa memberikan kontribusi yang positif bagi peningkatan kualitas sumber daya manusia dalam menuju sekolah yang berkualitas. Seperti yang telah dikemukakan di atas, hal tersebut dapat terwujud dengan mengembangkan ketiga kultur yang ada di lingkungan sekolah yaitu kultur akademik, kultur budaya, dan kultur demokratis. Adapun budaya sekolah yang berkualitas (unggul) tersebut dapat tercermin dalam penerapan ketiga budaya sekolah yaitu budaya keagamaan, budaya kerjasama, dan budaya kepemimpinan.
Pengembangan budaya sekolah yang unggul diharapkan dapat membentuk karakter terpuji siswa. Karakter terpuji dapat tercermin dalam perilaku siswa dalam membuat keputusan dan berani mempertanggungjawabkan setiap akibat dari keputusannya. Karakter terpuji sangat perlu ditanamkan bagi siswa di sekolah.
Proses  yang efektif untuk  membangun  budaya sekolah  yang berbasis karakter terpuji siswa dapat dikembangkan dengan melibatkan dan mengajak  semua  pihak atau  pemangku kepentingan untuk  bersama-sama memberikan  komitmennya. Untuk itu, pimpinan sekolah, para guru, dan karyawan, harus fokus  pada usaha pengorganisasian yang mengarah pada harapan di atas  dengan melakukan komunikasi yang terbuka dan kegiatan-kegiatan akademik yang dapat memberikan layanan terbaik terhadap harapan dan kebutuhan komunitas sekolah tertentu (siswa), menyusun mekanisme komunikasi yang efektif, melakukan visualisasi visi dan misi sekolah, memberikan kesempatan kepada semua komponen sekolah untuk mengikuti berbagai pelatihan atau pengembangan diri.

Saran
Berdasarkan simpulan di atas, penulis dapat mengajukan saran sebagai berikut:(1).Bagi sekolah; hendaknya sekolah dapat mengupayakan usaha dalam mengembangkan budaya sekolah yang unggul berbasis akhlak terpuji secara sungguh-sungguh dengan melibatkan seluruh warga sekolah dan juga instansi terkait dalam mengembangkannya.(2).Bagi seluruh warga sekolah; hendaknya seluruh warga sekolah dapat berperan aktif dalam mengupayakan usaha pengembangan budaya sekolah yang unggul berbasis karakter terpuji. Seluruh warga sekolah diharapkan dapat mendukung seluruh progam sekolah yang betujuan untuk mewujudkan budaya sekolah yang unggul berbasis akhlak terpuji.



DAFTAR RUJUKAN
Kementerian Pendidikan Nasional, Badan penelitian dan pengembangan, Pusat kurikulum. 2011, Pengembangan pendidikan budaya dan karakter bangsa pedoman sekolah. Jakarta: Pusat Kurikulum.
Lickona, Thomas. 2004. Make Your School A School of Character. (Online), http://cortland.edu/character, diakses pada tanggal 2 Desember 2012/ 19.45 WIB
Novia. 2010. Mewujudkan Sekolah Berkualitas. (Online), http://novia9002. wordpress.com/2010/mewujudkan-sekolah-berkualitas melalui-penciptaan-budaya-sekolah, diakses pada tanggal 2 Desember 2012/ 19.30 WIB
Nusyam. 2011. Membangun Kultur Sekolah.  (Online) http://www.psb-
psma.org/content/blog/ 3460-membangun-kultur-sekolah, diakses pada tanggal 2 Desember 2012/ 19.00 WIB
Peterson, Kent D. and Terrence E. Deal. 2009.  The Shaping School Culture
Filedbook. San Francisco: Josses-Bass.
Zamroni. 2011, Dinamika Peningkatan Mutu, Yogyakarta: Gavin Kalam Utama.
Zainuddin ,2012.Membentuk Karakter Anak Bangsa.Malang : Universitas Wisnu
       Wardana Press.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

Generasi Rawan Lupa, Servis dalam Rumah Tangga

10 Hal Romantis Rasulullah yang Ditinggalkan Generasi  Now Rumah tangga Rasulullah SAW luar biasa. Rasulullah SAW dan istri-istriny...