Senin, 16 Januari 2017

KAFFAH


“Wahai orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut jejak – jejak setan; sesungguhnya dia (setan) bagi kamu adalah musuh yang nyata.” (Al-Baqarah [2] : 208)

Hadirin….. terkait atas ayat di atas Prof. Dr. Buya Hamka dalam tafsirnya, Al-Azhar juz II halaman  172 menjelaskan, bahwa yang dimaksud dengan silmi itu adalah : menyerah diri secara tulus ikhlas. Lalu disusul dengan kalimat kaaffatan, yang berarti dia sebagai seruan kepada sekalian orang yang telah mengaku beriman kepada Allah supaya mereka berislam jangan masuk separo – separo, atau sebagian – sebagian, tapi masuklah ke dalam Islam keseluruhannya.
Ibnu Abbas radhiallahu anhu (RA) menafsirkan ayat ini mengenai orng ahlul kitab (Yahudi dan Nasrani) yang telah beriman dan berkata kepada Nabi Muhammad Shallahu ‘alaihi wa sallam (SAW): “ya Rasullulah, hari sabtu adalah hari yang kami muliakan, biarkan kami tetap memuliakan hari itu. Dan kitab Taurat pun kitab Allah juga, sebab itu biarkanlah kami kalau malam – malam tetap sembahyang secara Taurat.”
Maka turunlah ayat ini yang mengatakan kalau masuk Islam, hendaklah memasuki keseluruhannya, jangan separo – separo. Maka tafsir ayat ini, bahwasanya kita kalau sudah mengaku beriman, dan hendak menerima Islam sebagai agama, hendaklah seluruh isi Al-Qur’an tuntunan Nabi SAW diakui dan diikuti. Semuanya diakui kebenarannya secara mutlak. Meskipun missalnya belum dikerjakan semuanya, tapi sekali – kali jangan dibantah.

Hadirin….. Sebagai manusia ( hamba Allah) janganlah mengakui ada satu peraturan lain yang lebih baik dari peraturan Islam. Oleh karena itu, hendaknya kita melatih diri, agar sampai kita meninggal dunia, hendaklah kita telahg menjadi orang Islam yang 100 persen, seperti firman Allah dalam surat Ali Imran [3] ayat 102 yang artinya :

“wahai orang – orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah sebenar – benarnya takwa kepada-Nya dan janganlah kalian mati, melainkan kalian dalam keadaan muslim”.

Fathi Yakan dalam bukunya sifat dan sikap seorang muslim (terjemahan Jamaludin Kafie) halaman 43 mengatakan bahwa di dunia ini ada tiga kelompok manusia :
Pertama, kelompok manusia yang hidupnya hanya untuk dunia. Mereka ini adalah golongan materialis, oleh Al-Qur’an disebut Ad Dahriyun. Mereka berkata bahwa hidup adalah kehidupan duniaini saja, tidak akan dibangkitkan lagi. Dunia merupakan tujuan dan cita – citanya paling utama, klimaks hidupnya tenggelam dalam kelezatan dunia tanpa perhitungan.
Kedua, kelompok yang kehilangan dua pegangan. Mereka adalah mayoritas orang – orang yang akidahnya lemah. Jalan hidupnya penuh goncangan karena mereka tersesat dalam kehidupan dunianya. Akan tetapi dia masih berprasangka bahwa dirinya telah berbuat dan berada di jalan yang benar.
Secara teori, mereka percaya akan adanya Allah dan hari kiamat, tetapi jauh terpisah dalam praktik kehidupan nyata sehari – hari. Mereka menambal dunia dengan mencabik – cabik agamanya. Itulah orang yang kehilangan dua arah tujuan hidup. Semoga kita terhindar dari kelompok tersebut.

Ketiga, kelompok yang menjadikan dunia sebagai ladang akhiratnya. Mereka inilah orang – orang mukmin yang sebenar – benarnya, yang mengerti benar tentang hakikat hidup ini. Mereka senantiasa ingat akan tujuan hidupnya di dunia. Hal ini sesuai dengan firma Allah.

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan hanya untuk beribadah kepada-Ku”. ( Adz-Dzariyat [51]: 56)

Hadirin….. Orang – orang mukmin menganggap kehidupan ini sebagai medan ujian, sebagai lapangan cobaan untuk berlomba mengerjakan amal kebaikan dan ketaatan kepada Allah. Dunia adalah sebagai sawah untuk bertanam yang hasilnya akan dipetik kelak di hadapan Allah. Maka seluruh hidup mereka ditujukan untuk jalan ke sana.

Hadirin….. dari uraian di atas, dapat dipahami bahwa kita wajib berikhtiar agar islam dalam keseluruhannya berlaku pada masing – masing pribadi kita. Kemudia masyarakat kita, dan lalu pada negara kita.
Selama hayat dikandung badan, kita harus berjuan terus agar Islam secara keseluruhannya tegak dalam kehidupan kita. Mungkin kita bertanya, mungkinkah? Berapa banyakkah di zaman ini orang yang menjadikan dirinya Islam 100 persen?
Andaikan belum ada, itu bukanlah menunjukkan bahwa ajaran islam boleh kita pegang setengah – setengah. Kita selalu diwajibkan berusaha untuk mencapai puncak kesempurnaan hidup menurut tuntunan Islam hingga kita meninggal dalam keadaan khusnul khatimah.

Hadirin….. Namun, masih ada di antara kita yang mengaku Islam, tetapi menolak cita – cita islam untuk memperbaiki masyarakat yang diatur oleh syariat Islam. Begitu juga pada perilaku kita sehari – hari. Padahal, sejak kita lahir lalu diazankan dan diiqamati. Diberi nama dan di-aqiqah-kan. Menikah menurut Islam dan bahkan jika meninggal nanti akan diselenggarakan pengurusan jenazah menurut ajaran Islam, insya Allah.
Tapi di sisi lain, apakah kehidupan kita sehari – hari sudah mencerminkan perilaku yang Islami? Pakaian yang Islami, hiasan rumah yang Islami, dan aspek – aspek kehidupan lainnya yang juga Islami?
Dari Abu Said RA, dia berkata, Rasulullah bersabda, “ barangsiapa mengucapkan : “Radhiitu billahi robba wa bil islaami diina wa bi muhammadin nabiiya wa rasuula (Aku ridha Allah sebagai Rabbku dan Islam sebagai agamaku, Muhammad adalah Nabi dan Rasulku)”, wajib baginya Jannah”. (Riwayat Muslim).

Hadirin….. ketka kita berikrar mengakui dan meridhai Allah sebagai Rabb, maka berarti kita siap diatur oleh-Nya dalam kerangka dienul Islam, dengan kitab induknya Al-Qur’an al Karim. Kepahitan yang nampak dalam larangan-Nya, akan berubah kelezatan dan kenikmatan yang akan kita dapat baik di dunia maupun kelak di akhirat. Begitupun rasa ridha kita bahwa Muhammad SAW adalah Nabi dan Rasul-Nya berarti kita siap dituntun dan diarahkan dalam petunjuk sunnah yang sudah digariskan oleh Rasulullah SAW. Semoga.***




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

Generasi Rawan Lupa, Servis dalam Rumah Tangga

10 Hal Romantis Rasulullah yang Ditinggalkan Generasi  Now Rumah tangga Rasulullah SAW luar biasa. Rasulullah SAW dan istri-istriny...