Lila, lajang yang baru pindah rumah, bertetangga dengan keluarga miskin, seorang janda dengan 2 anak. Suatu malam, ketika hujan turun di wilayah itu tiba-tiba mati lampu, ketika orang sedang asyik tidur. Pada waktu sahur, dibantu lampu HP nya Lila mencari lilin di dapur. “Tok..tok…tok…” seseorang terdengar mengetuk pintu rumahnya, ternyata anak si miskin di sebelah.
“Kakak, apakah kakak punya lilin?”
“Ternyata mereka ѕangat miskin sampai lilin saja mereka tak punya?”
Lila berpikir.“JANGAN PINJAMKAN PADA MEREKA, ntar jadi kebiasaan.”
“Tidak punya dik… !!”
Ketika hendak menutup pintu, si miskin berkata dengan riang, “Saya sudah duga kakak pasti tidak punya lilin”.Selesai berbicara, anak itu mengeluarkan 2 batang lilin dari dalam sakunya : ” saya dan ibu saya mengkhawatirkan kakak, kakak tinggal sendirian, apalagi sampai tidak mempunyai lilin, maka saya membawakan 2 batang lilin untuk kakak.”
Lila merasa bersalah, dengan linangan airmata dia memeluk anak kecil itu erat².
==============================================
MUKIDI DITANTANG MINUM
Pak Martokapiran yang hidup menduda sejak ditinggal istrinya, merasa tertolong dalam mengolah tanah perkebunannya, ketika Mukidi, seorang mahasiswa pertanian yang sedang KKN memberikan penyuluhan dan bantuan pada musim tanam.
Menjelang akhir tugasnya, pak Marto bicara dengan pemuda itu: “Nak Mukidi, saya berterimakasih sekali sudah dibantu mengolah tanah saya, juga terimakasih sudah diberi penyuluhan. Untuk itu saya akan mengadakan pesta perpisahan untuk-mu.” katanya.
“Terimakasih banyak pak,” Mukidi gembira, “jangan repot-repot.”
“Asal kamu kuat minum saja,” kata pak Marto, “soalnya aku akan menyediakan banyak bir.” tambahnya. “Ah bapak tahu saja,” jawab Mukidi, “kebetulan selama disini tidak setetespun alkohol masuk kerongkongan saya.”
“Lalu ada gulat,” kata pak tua lagi, “kuharap ototmu cukup kuat.” “Jangan kuatir pak,” jawab Mukidi walaupun ‘gak faham, “selama disini fisik saya terlatih sangat baik.”
Pak tua tertawa, “kau pasti juga suka sex bukan?” Mukidi nyengir, namun bayangan gadis-gadis desa yang masih ranum dan lugu berputar-putar di kepalanya. Pikirannya mulai ngeres.
“Ngomong-ngomong saya harus pakai baju apa pak?” tanya Mukidi sumringah. “Terserah, apa saja yang kau suka, mau pakai batik boleh, pakai jins juga boleh “jawab pak Marto, “wong pestanya cuman kita berdua koq….”
==============================================
ANJING MUKIDI CERDAS
“Anjingku cerdas sekali,” kata Mukidi, “setiap hari dia mengambilkan koran tetanggaku.”
“Aku sudah tahu,” jawab Wakijan.
“Tahu darimana?” Mukidi penasaran.
“Anjingku yang memberitahu.”
==============================================
MUKIDI RINDU NASGOR ISTRI
Waktu sarapan pagi sementara Wakijan mengambil makanan, Mukidi yang juga sudah seminggu menginap di Marriot tidak mengambil breakfast yang tersedia, malah memanggil pelayan:
“Pelayan!” seorang pelayan menghampiri. “Tolong buatkan nasi goreng..”
“Tapi pak, nasi goreng ada di meja buffet?”
“Saya ingin yang beda,” Mukidi memaksa, “tambahkan garam di nasi gorengnya, terus telurnya diceplok rada gosong…jangan lupa cabenya banyak-banyak”
“Pesananmu koq aneh Di?” Wakijan heran.
“Aku rindu masakan istriku…..”
==============================================
MUKIDI DISENGAT LEBAH
Mukidi disengat lebah. Karena kesakitan dia berlari ke kamar praktek dokter.
“Tolong dok, saya disengat lebah.”
“Tenang pak, nanti saya olesi krim…”
“Nggak mungkin dok, lebah itu pasti sudah terbang jauh dari sini…”
“Bukan… bukan… anda pasti tidak mengerti,” pak dokter menahan sabar, “saya akan olesi tempat anda disengat..”
“Oh.. iya dok di bawah pohon, waktu saya beristirahat disana…”
“Bukan… bukan ..itu, bagian tubuh anda yang disengat…”
“Jari saya… oh… jari saya…lebah itu menyengat jari saya….”
“Yang mana?” pak dokter mulai dongkol.
“Mana saya tahu? Semua lebah kan sama saja…”
==============================================
MUKIDI KALAH TARUHAN
Mukiran diantar ayahnya ke sekolah.
“Selamat pagi bu,” pak Mukidi sengaja menemui gurunya, “tolong anak saya ada masalah…”
“Masalah apa pak?” tanya bu Sukilah.
“Dia suka berjudi…” jawab Mukidi cemas, “saya khawatir uang sakunya akan dipakai berjudi.”
“Oh jangan kuatir, serahkan urusan ke saya…..nanti saya bereskan…”
Siang harinya pak Mukidi menerima telpon dari bu Sukilah: “Saya rasa, Mukiran anak bapak sudah bebas dari masalah judinya?”
“Wah, terimakasih bu,” Mukidi gembira, “bagaimana caranya?”
“Saya tadi bertaruh Rp 10 ribu rupiah, Mukiran bilang ada tahi lalat di bokong saya. Dia lalu saya bawa ke ruang guru, di sana saya tunjukkan dan ternyata di bokong saya terbukti tidak ada tahi lalat.”
“Sial!” teriak Mukidi, “dasar anak bandel…”
“Kenapa pak?”
“Dia bertaruh dengan saya Rp. 100 ribu, dia bilang; sebelum selesai pelajaran dia bisa melihat bokong bu guru…”
==============================================
MUKIDI JAUH DARI ISTRI
“Dok, tolong bantu saya. Akhir-akhir ini hubungan perkawinan saya makin memburuk. ” keluh Mukidi. Dr. Djoko Combro melakukan interview dan pemeriksaan secara seksama:
“Pak Mukidi, tidak ada kelainan dengan anda, bapak hanya harus banyak bersabar dan banyak berolahraga. Saya hanya menganjurkan agar bapak sehari berlari sekurang-kurangnya 5 km sehari. sepuluh hari kemudian bapak telpon saya, nanti kita lihat hasilnya.”
Setelah 10 hari teman anda menghubungi pak dokter. “Dokter, saya sudah mengikuti advis dokter berlari 5 km sehari.”
“Bagus! Lalu bagaimana hubungan dengan istri anda?”
“Hubungan apaan?, saya sekarang berada 50 km dari rumah saya….”
==============================================
PENJAGA APOTEK TIDAK PAKAI BRA
Bosennn.......
Sule dan Andre pergi ke apotek.
"Lu aja yang masuk, gua nungguin di luar aja," kata Sule.
"Ya udah, tapi jangan lu tinggalin gua ya," jawab Andre.
"Iye, buruan sono, nanti keburu tutup.
"
Keluar dari apotek, Andre berbisik, "Sule, lu tau gak? Penjaga apoteknya gak pakai bra"
"Ah, serius lo?"
"Ya iyalah, masa ya iya dong. Salah sendri tadi ga ikutan masuk."
"Wuih, tadi lu ajakin kenalan, gak?"
"Otomatis, donk. Foto bareng, malah."
"Asyik bener lu ya? Namanya siapa?"
"Namanya Mukidi"
==================================
MUKIDI Belanja Sayur di Warung Janda Budeg
Suatu hari seorang atlet binaraga bernama MUKIDI belanja ke sebuah warung. Kebetulan si penjaga warung itu adalah seorang janda muda betubuh sexy, tapi menderita gangguan pendengaran dan sering telat mikir.
Mukidi : Ada telor, Mbak ?
Janda : Apa Kang ? Kurang jelas…
Mukidi : Telor, Mbak…
Janda : gimana, Kang ?
Tak mau bertele-tele, Mukidi pun langsung melipat lengan bajunya dan memperagakan otot tangannya yang menonjol bulat mirip telor…
Janda : Ooowh…. Telor….. Ada, Kang. Silakan. Mau beli apa lagi, Kang ?
Mukidi : Beli tahu deh sekalian…
Janda : Apa Kang…? Gak kedengeran.
Mukidi : Tahuuuu…, Mbak !
Janda : Gimana Kang ?
Mukidi lalu melepaskan kancing baju dan memperlihatkan otot perutnya yang membentuk six packs alias kotak-kotak mirip tahu Bandung.
Si Janda pun paham : Ooo… tahu… Ada. Sebentar ya Kang ? * sambil membungkus beberapa tahu * Lalu mau beli apa lagi, Kang ?
Mukidi: Saya ingin terong juga, Mbak. Kayaknya enak oseng2 tahu dicampur terong…
Janda : Apa Kang ?
Mukidi : Terroooong…!
Janda : Apaan, Kang. Kurang jelas…!
Dengan kesal Mukidi langsung membuka celana dan mempertontonkan isinya.
Si Janda pun tersenyum sambil bergumam : Ooowh… Cabe rawit… Bilang dong yang jelas…
Mukidi : jangkrikkkkkkkkk *nendang kursi *
==============================
Istri MUKIDI kena PHK
Istri MUKIDI pulang kerja agak cepat... MUKIDI heran & bertanya....:
Mukidi : Ma, tumben pulang lebih cepat....Semua oke..?
Istri : (sambil terisak) Mama di PHK...! mana gaji belum dibayar lagi..! Mama sedih, Pa..!
Mukidi : Apa...?? Kok bisa...? Tau gitu harusnya Mama ambil aja inventaris kantor untuk gantinya..!lstri : Mana bisa, khan ada CCTV...Kalo ketauan malah jadi urusan...
Mukidi : Hhmm..,Kalo gitu kita tuntut saja pake pengacara, bagaimna..?
lstri : Mending kalo MENANG..., kalo KALAH....?
Mukidi : Iya juga, ya....
lstri : Tapi tenang saja Pa...
Mama sudah sandera anaknya sebagai jaminan biar si Boss mau bayar...!!
Mukidi : Wuiidih... Cerdas...Berani juga Mama... Jadi, sekarang dimana anaknya...?
lstri : Ini dalam perut Mama...!!!
Mukidi : H A A A H ""
==============================
CABUT GIGI ISTRI
Sebelum mudik, Mukidi bersama istrinya tergopoh-gopoh mampir ke dokter gigi.
“Maaf pak, saya tidak praktek.” jawab Drg, Geraham.
“Dok, ini darurat,” kata Mukidi serius. “Bisa nggak dokter cabut gigi sebentar?”
“Wah saya harus sterilkan alat-alat dulu pak, belum lagi anestesi….”
“Gak perlu bius dok, gak perlu anestesi atau sterilisasi, langsung cabut aja…” Mukidi memaksa.
“Wah bapak berani sekali, ayo pak kalau bapak memaksa.”
“Ayo sayang,” kata Mukidi kepada istrinya, “buka mulutmu….”
==============================================
MUKIDI NGGAK PAKAI HELM
Mukidi naik motor pulang Jumatan disetop polisi,
”Bapak gak pakai helm, saya tilang…” kata pak polisi tegas.
“Mengapa saya harus pakai helm pak? Saya kan sudah pakai peci?” tanya teman anda ini.
“Kalau kecelakaan, helm bisa melindungi kepala anda.” kata pak polisi sabar….
”Tapi helm kalau jatuh kan bisa pecah pak….sedangkan peci enggak?” jawab Mukidi ngeles……
==============================================
MUKIDI PERAH SUSU SAPI
Mukidi yang sedang berlibur di Mesuji menyempatkan menjumpai Kartomarmo sahabatnya yang beternak sapi. Ketika sampai di rumahnya, dilihatnya mas Karto kelihatan kurang bersemangat.
“Mas, apa yang terjadi? Hari ini kan hari yang indah? Kamu mabok ya?” Kartomarmo menggelengkan kepalanya. “Ada sesuatu yang tidak dapat dijelaskan…” jawabnya malas.
“Mengapa demikian burukkah sehingga membuatmu begitu sedih?” Mukidi duduk di samping sahabatnya.
“Yah… pagi ini ketika aku sedang memerah susu sapi, tiba-tiba ‘tu sapu menendang ember yang sudah hampir penuh sampai tumpah.” Karto mengawali ceritanya.
“Ah, tapi kan itu hanya masalah sepele?”
“Ada sesuatu yang sulit dijelaskan..”
“Lalu apa yang kau lakukan?”
“Aku lalu mengikat kaki kirinya ke tiang kandang sebelah kiri.”
“Lalu?”
“Aku melanjutkan memerah susu, kali ini ember yang sudah penuh ditendangnya dengan kaki kanan?”
“Ditendang lagi?” Mukidi menahan tawa.
“Ada sesuatu yang sulit dijelaskan..”
“Lalu apa yang kau lakukan?”
“Aku lalu mengikat kaki kanan ke tiang di sebelah kanan, dan mulai memerah susu lagi…” sambung Kartomarmo, “ketika embernya sudah hampir penuh, dia menyabet ember itu sehingga isinya tumpah.”
“Lalu apa yang kau lakukan?” Mukidi hampir tidak bisa menahan tawanya.
“Karena sudah tidak ada tali, maka aku melepaskan sabuk celanaku untuk mengikat ekor sapi sialan itu..”
“Luar biasa,” Mukidi kagum atas usaha sahabatnya itu, “lalu?”
“Ada sesuatu yang sulit dijelaskan..” Karto menambahkan, “karena sabuk celanaku dilepas, otomatis celanaku melorot, dan pada saat bersamaan istriku datang melihat kejadian itu….” (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar