TANGGUNG JAWAB SISWA DALAM PELAJARAN PKN
DI SMA NEGERI 3 BLITAR
Suyatmi
Alamat
: SMA Negeri 3 Blitar
Jalan
Bengawan Solo, Sukorejo, Kota Blitar
Abstrak: Artikel ini memaparkan hasil penelitian tindaka kelas yang peneliti
lakukan pada semester 2 tahun 2013/2014 pada mata Pendidikan Kewarganegaraan di
kelas IX. Pendekatan kolaboratif dengan model kuis tim yang diterapkan dalam
proses belajar siswa yang diterapkan dalam artikel ini terbukti dapat
meningkatkan tanggung jawab siswa utamanya dan pencapaian pada materi PKn yag
dijadikan bahan kuis dengan dibuktikannya hasil observasi dan nilai yang
diperoleh siswa. Mengingat pendekatan kolaboratif dengan model kuis tim
memerlukan kerja sama dalam menjawab soal kuis, maka model ini disarankan untuk
diterapkan pada materi lain atau mata pelajaran lain yang memungkinkan
materinya untuk dijadikan materi kuis. Oleh karena itu, hasil penelitian ini
dapat dijadikan acuan penerapan pendekatan kolaboratif dengan model kuis tim
oleh guru dan praktisi pendidikan.
Kata Kunci : Kuis
Tim, Tanggung Jawab, PKn
Persoalan-persoalan pembelajaran yang muncul di sekolah sangat beragam. Mulai dari
penggunaan strategi pembelajaran, metode, materi, sumber daya manusianya sampai
pada sarana dan prasarana pembelajaran, keadaan semacam ini perlu disikapi
secara sinergis oleh pelaku pembelajar antara lain: guru, siswa, manager
sekolah dan lain-lainnya.
Persoalan yang sangat menonjol dan
perlu tindakan dengan segera dan
berkelanjutan adalah tanggung jawab siswa dalam menyelesaikan
tugas-tugas akademisnya. Berdasarkan keluhan beberapa guru bidang studi,
keluhan guru-guru pembimbing, dan para instansi yang terkait dengan praktek
kerja industri, khususnya yang sangat berkaitan dengan target penyelesaian
tugas-tugas kelompok siswa. Menjelang penyelesaian tugas akhir project work siswa dituntut memiliki tanggung
jawab yang tinggi dalam mengemban tugas tersebut. Akhir-akhir ini sangat
dirasakan bahwa adanya kecenderungan menurunnya aspek-aspek dan nilai-nilai
tanggung jawab siswa terhadap tugas belajarnya. Keadaan ini memerlukan upaya
dari para guru bidang studi maupun guru pembimbing untuk segera mengambil
tindakan edukatif, baik yang berupa kegiatan instruksional maupun kegiatan
bimbingan diluar pembelajaran. Untuk mewujudkan upaya tersebut dipilihlah
penggunaan metode pembelajaran aktif
kuis tim sebagai alternatif dalam usaha memecahkan masalah tersebut.
Metode kuis tim merupakan salah satu
bentuk dari pembelajaran aktif yang dikembangkan melalui pemberdayaan kelompok.
Mengefektifkan kerjasama, dan membangun rasa percaya diri individu, serta
membangun dan meningkatkan tanggungjawab individu itu dalam kelompok
tersebut.
Aspek pengembangan diri siswa antara lain adalah tanggung jawab,
disiplin, kepemimpinan, percaya diri, kemandirian, keberanian mengambil
keputusan, motivasi berprestasi, bekerjasama, kejujuran, bersaing secara sehat,
sanggup berbeda dengan yang lain, mengambil inisiatif dan sebagainya.
Untuk bidang pengembangan diri, pengembangan kepribadian dan aspek
emosi, memerlukan strategi dan teknik tertentu, melalui pembelajaran,
pembiasaan dan latihan –latihan.
Guru dan siswa memiliki hubungan yang
sinergis dalam suasana yang lebih
menyenangkan dan membutuhkan komunikasi yang hangat dengan menumbuhkan
kepercayaan satu sama lain secara terus menerus, sehingga dapat mewujudkan
suasana kondusif yang lebih tepatnya disebut bimbingan.
Bimbingan dalam skop pemngembangan
diri yang disampaikan melalui pembelajaran aktif klasikal, akan lebih
efektif jika menggunakan strategi atau
pendekatan yang tepat. Pendekatan yang sering digunakan oleh para guru
pembimbing dan dianggap efektif adalah pendekatan kelompok, disebut juga
bimbingan kelompok, kelompok dimaksud adalah kelompok belajar.
Burner membahas sisi sosial proses
belajar dalam buku klasiknya, Toward a Theory of instruction. Dia menjelaskan
tentang “kebutuhan mendalam manusia untuk merespon orang lain dan untuk
bekerjasama dengan mereka guna mencapai tujuan, ”yang mana hal ini dia sebut
resiprositas (hubungan timbal-balik). Bruner berpendapat bahwa resiprositas merupakan
sumber motivasi yang bisa dimanfaatkan oleh guru untuk menstimulasi kegiatan
belajar. Dia menulis sebagai berikut: ”Dimana dibutuhkan tindakan bersama, dan
dimana resiprositas diperlukan bagi kelompok untuk mencapai suatu tujuan,
disitulah terdapat proses yang membawa individu ke dalam pembelajaran,
membimbingnya untuk mendapatkan kemampuan yang diperlukan dalam pembentukan
kelompok” (Bruner :1966).
Konsep-konsep Maslow dan Bruner
melandasi perkembangan metode belajar kolaboratif yang sedemikian populer dalam
lingkup pendidikan masa kini. Menempatkan siswa dalam kelompok dan memberi
mereka tugas yang menuntut mereka untuk bergantung satu sama lain dalam
mengerjakannya merupakan cara yang bagus untuk memanfaatkan kebutuhan sosial
siswa. Mereka menjadi cenderung lebih terlibat dalam kegiatan belajar karena
mereka mengerjakannya bersama teman-teman. Begitu terlibat, mereka juga
langsung memiliki kebutuhan untuk membicarakan apa yang mereka alami bersama
teman yang mengarah kepada hubungan-hubungan lebih lanjut.
Kegiatan belajar bersama dapat
membantu memacu belajar aktif. Kegiatan belajar dan mengajar di kelas memang
dapat menstimulasi belajar aktif, namun kemampuan untuk mengajar melalui
kegiatan kerjasama kelompok-kecil akan memungkinkan untuk menggalakkan kegiatan
belajar aktif dengan cara khusus. Apa yang didiskusikan siswa dengan
teman-temannya dan apa yang diajarkan siswa kepada teman-temannya memungkinkan
mereka untuk memperoleh pemahaman dan penguasaan materi pelajaran. Metode
kelompok belajar bersama yang terbaik, pemberian tugas yang berbeda kepada
siswa akan mendorong mereka untuk tidak hanya belajar bersama namun juga
mengajarkan satu sama lain dan mereka merasa satu tim.
Hasil pengamatan yang telah dihimpun
menunjukkan adanya kecenderungan bahwa:
(1) sebagian siswa cerdas belum bisa mencapai prestasi yang diharapkan, (2)
sebagian siswa belum menyadari tanggung jawabnya dalam penyelesaian tugas
secara individu maupun kelompok, (3) Sebagian siswa belum paham bagaimana
bekerja secara tim, (4) kurangnya pemahaman diri masing-masing siswa dalam
penyelesaian tugas kelompok, (5) masih adanya siswa yang terlalu bergantung
dengan teman, (6) sebagian siswa belajar kurang
bersungguh-sungguh,asal-asalan,terpaksa dsb.
Dalam rangka pengembangan diri siswa
melalui pembelajaran aktif kuis tim dipandang sebagai metode atau pendekatan
paling tepat untuk meningkatkan tanggung jawab individu dalam kelompok belajar.
Pada pembelajaran aktif Kuis Tim, siswa bekerja bersama-sama untuk mencapai
tujuan khusus yaitu menyelesaikan sebuah tugas. Hal itu dapat dicapai dengan
cara : Pertama, Mengajak siswa bekerja bersama-sama untuk menyelesaikan
tugas-tugas, membahas masalah dalam diskusi, dan menyelesaikan tugas kelompok
lainnya. Kedua, pengaturan siswa dalam kelompok kecil yang heterogen menantang
dan memotivasi siswa untuk saling membantu, berbagi tugas dan mendukung belajar
teman lainnya dalam kelompok. Ketiga, penumbuhan rasa tanggung jawab untuk
belajar dan bekerja sama dalam upaya bersaing antar kelompok. Keempat, terjadinya
proses membangun tim atau kelompok yang kuat dalam belajar.
Dengan memperhatikan beberapa
keuntungan metode atau pendekatan kuis
tim, peneliti menganggap penting untuk
menerapkan pendekatan ini sebagai salah satu sumbangan menciptakan Pembelajaran
Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) dalam rangka pengembangan diri
siswa. Berdasarkan paparan pada latar belakang masalah, permasalahan penelitian
ini dirumuskan sebagai berikut: “Bagaimana Pendekatan kolaboratif model Kuis
Tim ini dalam meningkatkan pelajaran PKn di kelas XI Semester 2 di SMA Negeri 3
Kota Blitar?”
Untuk memecahkan masalah kurangnya
tanggungjawab siswa dalam penyelesaian tugas dalam kelompok belajar, maka
diterapkanlah metode atau pendekatan Kuis Tim. Langkah-langkah umum atau
kerangka pemecahan masalah adalah sebagai berikut: (1) siswa satu kelas
berjumlah 40 siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil yang beranggotakan 4
-5 orang perkelompok, (2) semua kelompok diberi materi yang sama dan diberi
tugas untuk mempelajari dan membahas
materi tersebut dengan kelompoknya.
Semua kelompok dibebaskan untuk mencari literatur tambahan di
perpustakaan. Masing-masing kelompok menunjuk salah satu anggota kelompok
sebagai ketua atau pimpinan kelompok,
(3) masing-masing kelompok melakukan diskusi , dan membuat 5 pertanyaan
sekaligus jawaban yang akan dipresentasikan dalam bentuk kuis. Masing-masing
anggota kelompok bertanggung jawab menguasai
satu materi pertanyaan dan
jawabannya sekaligus menentukan skor
jawaban yang akan muncul dari
teman lawan kelompok, (4) masing-masing
ketua kelompok berunding untuk menyepakati mekanisme permainan kuis,
ketentuan–ketentuan yang harus di taati selama permainan, petunjuk permainan
yang ada dibawa ke kelompok
masing-masing, (5) presentasi kuis dilaksanakan dalam dua termin yaitu termin
pertama kelompok 1 sampai 4 dan termin kedua kelompok 5 sampai 8. Masing-masing
termin diambil kelompok mana yang
memperoleh skor tertinggi dan dinobatkan sebagai pemenang dan setiap termin
diadakan refleksi, (6) pemenang kuis termin pertama dan pemenang kuis termin kedua diberi materi
yang berbeda, dan kepada masing-masing kelompok diberi kesempatan untuk presentasi melalui kuis dalam tatap muka yang
lain. Para ketua kelompok yang lain sebagai pengamat dan penilai dan anggota
yang lain menjadi partisipan sekaligus supporter, (7) setelah presentasi
selesai diadakan penilaian dan penobatan kelompok terbaik dan secara
bersama-sama mengadakan refleksi terakhir. Hasil refleksi dicatat dalam bentuk
rekaman data, dan (8) diedarkan kuesioner kepada seluruh siswa untuk diisi
sebagai kegiatan terakhir, dalam rangka memperoleh umpan balik dari kegiatan
penggunaan pendekatan Kuis tim.
Tujuan utama penelitian ini adalah
sebagai berikut: (1) untuk menumbuhkan dan mengembangkan rasa tanggung jawab
siswa dalam rangka membangun kerjasama dalam kelompok belajar melalui
pendekatan Kuis Tim sebagai alternatif dalam proses pengembangan diri siswa,
(2) meningkatkan rasa tanggung jawab siswa dalam kelompok belajar, dan (3)
memasyarakatkan metode pembelajaran aktif kuis tim sebagai alternatif dalam
proses pengembangan diri siswa.
Pendekatan
Kolaboratif Model Kuis Tim
Pendekatan kuis tim adalah salah satu
bentuk atau bagian dari pembelajaran aktif yang mengedepankan kegiatan yang menyenangkan,
menciptakan kreativitas- kreativitas baru, mengutamakan efektifitas dalam
belajar, memobilisasi kelompok secara konsisten.
Belajar aktif adalah mengkaji gagasan,
mendiskusikan gagasan, memecahkan masalah, mengambil kesimpulan dan menerapkan
apa yang dipelajari dengan semangat dan menyenangkan (Piaget dalam Wilis,
1988). Montessori mengatakan bahwa, siswa akan belajar dengan
sangat baik dari pengalaman konkret yang berlandaskan kegiatan yang
menyenangkan dan berkesan dalam kebersamaan atau kegiatan kelompok yang saling
mempengaruhi dan saling menghargai perbedaan individual serta menghargai
beragamnya kecerdasan.
Belajar aktif melalui pendekatan kuis
tim ini memiliki ciri khusus sebagai berikut: a) belajar dimulai dengan suatu
topik, b) pembentukan tim, untuk mengenal satu sama lain dalam menciptakan satu
kerjasama dan kesalingtergantungan, c) pelibatan belajar secara langsung untuk
menciptakan minat awal terhadap pelajaran, dan d) penilaian serentak untuk
mempelajari sikap, pengetahuan, dan pengalaman siswa. Teknik-teknik ini
digunakan untuk mendorong siswa untuk mengambil peran aktif sejak awal.
Teknik yang digunakan sebagai
alternative dalam membantu siswa untuk mendapatkan pengetahuan ,ketrampilan secara aktif adalah
sebagai berikut: a) proses belajar satu kelas penuh yang dibagi dalam
kelompok-kelompok kecil dipimpin oleh guru sebagai stimulator seluruh siswa, b)
diskusi kelas yang yang mewadahi dialog dan debat tentang persoalan-persoalan
yang muncul dalam presentasi kelompok, c) pengajuan pertanyaan oleh siswa dalam
rangka meminta penjelasan atau penguatan konsep pemahaman topik, d) kegiatan
belajar kolaboratif untuk penyelesaian tugas secara bersama-sama dalam kelompok kecil, e) pengajaran oleh teman
sekelas dalam rangka tukar menukar informasi dan penjajakan pengetahuan dengan
sistim among, f) kegiatan belajar
madiri, yakni aktifitas belajar yang dilakukan di dalam kelompok tersebut untuk
meningkatkan tanggung jawab individu terhadap apa yang telah mereka pelajari
dan pahami, g) kegiatan belajar aktif dan partisipatif, yakni kegiatan yang
membantu siswa dalam memahami perasaan,
nilai-nilai dan sikap mereka, dan h) pengembangan ketrampilan,mempelajari dan
mempraktekan ketrampilan baik secara teknis maupun non teknis.
Pengembangan diri melalui pembelajaran
aktif kuis tim lebih efektif bila didukung oleh lingkungan belajar yang
kondusif. Lingkungan kondusif ini biasa disebut lingkungan konstruktivistik
dalam pembelajaran.
Jonassen dalam Reigeluth (1999)
mengemukakan bahwa lingkungan belajar
konstruktivistik mencakup beberapa faktor antara lain kasus-kasus berhubungan,
fleksibilitas kognisi, sumber-sumber informasi, cognitive tools, pemodelan yang
dinamis,percakapan dan kolaborasi, dan dukungan sosial konstektual. Kasus-kasus
berhubungan membantu siswa untuk memahami persoalan-persoalan secara implisit.
Kasus-kasus berhubungan dalam model ini dapat membantu siswa dalam belajar
melalui kondisi yang dapat meningkatkan memori dan fleksibilitas kognisi siswa.
Dalam konteks pengembangan diri, terdapat
hubungan antara peningkatan tanggung jawab individu,penggunaan model
pembelajaran aktif, pengembangan metode pembelajaran kuis tim dan efektifitas
kelompok belajar dalam kekompakan dalam presentasi. Fleksibilitas kognisi
mempresentasikan materi dalam upaya memahami kompleksitas yang berkaitan dengan
domain pengetahuan. Fleksibilitas kognisi dapat ditingkatkan melalui pemberian
kesempatan kepada siswa untuk mengemukakan ide-idenya yang menggambarkan
pemahamannya terhadap permasalahan atau materi. Fleksibilitas kognisi dapat
menumbuhkan kreativitas berfikir divergen dalam mempresentasikan masalah atau
topik materi. Dari masalah yang
ditetapkan siswa, siswa dapat mengembangkan lagkah-langkah berikutnya melalui
diskusi kelompok.
Sumber-sumber informasi bermanfaat
bagi siswa untuk mengembangkan wawasan , pemahaman mater, pengambilan keputusan
atau pengembangan alternatif - alternatif yangdisepakati dalam kelompok untuk
kebaikan bersama. Cognitive tools, merupakan bantuan bagi siswa untuk
meningkatkan kemampuan unuk menyelesaikan tugas-tugasnya.cognitive tools
membantu siswa untuk mempresentasikan apa yang dipelajarinya, apa yang
dipahaminya, atau melakukan aktifitas berfikir melalui pemberian tugas-tugas.
Pemodelan yang dinamis adalah
pengetahuan yang memberikan cara-cara berfikir dan menganalisis, mengorganisasi
dan cara-cara untk mengungkapkan pemahaman mereka terhadap suatu fenomena.
Pemodelan membantu siswa untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan, “apa yang saya
ketahui”, ‘apa artinya’, “apa manfaatnya”, dan sebagainya. Percakapan
kolaborasi dilakukan dengan diskusi kelompok dalam rangka membahas permasalahan
yang muncul.
Arends (2004) mengungkapkan cirri-ciri
utama pembelajaran aktif kuis tim adalah sebagai berikut:
1) Pengajuan pertanyaan atau
masalah (Driving question or Problem). Organisasi bimbingan melalui pengajaran
diawalai dengan diawali dengan pertanyaan atau masalah.
2) Berfokus pada kaitan antar
disiplin ilmu (Interdiciplinary focus). Siswa memecahkan masalah yang dihadapi
dengan meninjaunya berdasar kaitan antarbidang ilmu. Makin general
permasalahan, kaitan antar disiplin semakin tinggi.
3) Penyelidikan Otentik
(Authentic Investigation). Melakukan penyelidikan untuk mencari solusi yang
nyata dari masalah yang nyata. Dalam hal ini sangat diperlukan analisis
masalah, hipotesis, melacak informasi dan sumber, melakukan “eksperimen”,
interpretasi dan menyimpulkan
4) Menghasilkan hasil karya dan
memamerkannya (Production of and exhibits): Membuat hasil karya nyata dalam
berbagai bentuk seperti laporan, model chart, gambar, program dan sebagai dari
hasil pembahasannya. selanjutnya
memamerkan dan menyajikannya.
5) Kerjasama (collaboration).
Pada dasarnya pengajaran ini adalah model pembelajaran kooperatif. Kerjasama
yang dimaksud dalam hal ini adalah kerjasama kelompok untuk mengembangkan
ketrampilan sosial dan ketrampilan berfikir Inkuiri, dialog ,diskusi, dan
sebagainya.
Dari berbagai pandangan diatas, dapat
diidentifikasi bahwa pengembangan diri melalui pendekatan pembelajaran aktif kuis tim mempunyai ciri-ciri sebagai berikut: a)
belajar diawali dengan topik masalah, b) topik masalah yang dibahas berkaitan
erat dengan dunia nyata siswa, c) mengorganisasikan topik masalah yang dibahas
berdasarkan pengetahuan, pemahaman dan pengalaman, dan bukan dari disiplin ilmu,
d) memberikan tanggungjawab yang besar kepada siswa untuk membentuk dan
menjalankan cara dan gaya belajar mereka sendiri secara langsung, e) menekankan
penggunaan kelompok kecil dalam belajar, f) mengarahkan dan menuntut siswa
untuk mendemonstrasikan atau mempresentasikan apa yang telah mereka
pelajaridalam suatu unjuk kerja atau produk, kinerja (performance), dan f)
menekankan pada proses “belajar untuk belajar” dengan memberikan tanggungjawab
maksimal kepada siswa untuk menentukan proses dan gaya belajarnya sendiri.
Meningkatkan
Tanggung Jawab Individu dalam Kelompok Belajar
Bertanggung jawab artinya mengakui
akuntabilitas, pengaruh dan peran individu akan terciptanya sebuah situasi
dimana individu berada.ini berarti individu bertanggung jawab terhadap perilakunya,dan
menerima sepenuhnya konsekuensi apapun yang diakibatkan oleh perbuatannya.
Tanggungjawab mengisyaratkan proses pembentukan makna (authorship),
Tanggungjawab membawa pada pembebasan pengakuan kebenaran dan tidak melarikan diri dari kesalahan,dan akan
membawa individu untuk melangkah lebih
lanjut kepada kebaikan yang lebih besar (Kubler dan Ross, 1989). Tanggung jawab adalah pelajaran kedewasaan
yang utama, individu yang menerima tanggung jawab berusaha mewujudkan sesuatu
dalam situasi tertentu yang berbeda, dimana individu bisa berbangga karenanya
(Rosser, 1984).
Bertanggung jawab adalah kesediaan
individu menerima sejumlah tugas, kemudian melaksanakan tugas yang telah
disepakati antara pemberi tugas dan
penerima tugas, berkonsultasi kepada pemberi tugas jika menghadapi masalah atau
menemui masalah ketika menjalankan tugasdan melaporkan hasil pelaksanaan tugas
kepada pemberi tugas serta kesanggupan bekerjasama dengan pemberi tugas demi
keberhasilan tugas yang disepakati bersama (Rogers, 1981).
Kelompok belajar adalah
berkumpulnya dua individu atau lebih
yang mengadakan aktivitas belajar (Ausubel, 1992). Ada lima elemen penting yang
harus ada dalam suatu kelompok belajar antara lain: a) interdependent yang
positif (perasaan kebersamaan), b) interaksi face-to-face atau tatap muka
saling mendukung (saling membantu saling menghargai, memberikan selamat dan
merayakan sukses bersama), c) tanggung jawab individu dan kelompok (demi
keberhasilan pembelajaran), d) kemampuan komunikasi antar pribadi dankomunikasi
dalamkelompok kecil (komunikasi, rasa percaya, kepemimpinan, pembuatan
keputusan dan manajemen serta resolusi konflik), e) pemrosesan secara kelompok
(melakukan refleksi terhadap fungsi dan kemampuan mereka bekerjasama sebagai
suatu kelompok,dan bagaimana untuk mampu berprestasillebih baik lagi).
Usaha-usaha yang harus diperhatikan
agar kelompok belajar lebih efektif mrliputi Pengelompokan harus memperhatikan
level kemampuan, karakter, style
belajar, dan heterogenitas agar terjadi pelatihan silang
(cross-training), jumlah anggota kelompok harus desuai dengan materi bahasan
dan waktu pengerjaan. jumlah ideal anara 3 – 5 orang tiap kelompok, dan
kelompok belajar harus diterapkan secara konsisten dan sistematik dengan
memperhatikan, stamina individu anggota kelompok, frekuensi, privasi, dan daya asimilasi materi pembelajaran setiap
individu dalam kelompok .
Ada 3 macam pengelompokan dalam
belajar, yaitu:
1. Kelompok Informal
Kelompok ini bersifat sementara,
pengelompokan ini hanya digunakan dalam satu periode pengajaran. Kelompok ini
biasanya hanya terdiri dari dua orang siswa. Tujuan kelompok ini adalah untuk
menjelaskan harapan akan hasil yang ingin dicapai , membantu siswa untuk lebih
focus pada materipembelajaran, memberikan kesempatan kepada siswa untuk bisa
secara lebih mendalam memproses informasi yang diajarkan atau menyediakan waktu
untuk melakukan pengulangan dan menjangkarkan informasi.
2. Kelompok Formal
Kelompok ini digunakan untuk
memastikan bahwa siswa mempunyai
cukup waktu untuk menyelesaikan cukup waktu untuk menyelesaikan suatu
tugas dengan baik,kelompok ini bisa bekerja beberapa hari atau bahkan beberapa
minggu tergantung pada tugas yang diberikan kepada meraka.
3. Kelompok Pendukung
Kelompok pendukung adalah
pengelompokan dengan tenggang waktu yang lebih panjang (misalnya satu semester
atau satu tahun). Tujuannya adalah memberi suatu dukungan yang berkelanjutan
antara satu dengan yang lainnya.
Berdasarkan diatas, langkah-langkah
pembelajaran dengan pendekatan kuis ini dapat diuraikan sebagai berikut:
Fase 1 : Pendahuluan
Menjelaskan kepada siswa tentang
pengembangan diri melalui Pembelajaran
dengan pendekatan kuis tim yang akan
digunakan , dan tujuan pembelajaran. Target akhir (product) yang akan
dicapai Pada akhir pembelajaran adalah
meningkatnya tanggung jawab individu dalam kelompok belajar. Menetapkan
kegiatan siswa, tingkah laku dan interaksi antarsiswa selama pembelajaran yang
diharapkan.
Fase 2: Penyajian Informasi
Guru menyajikan konsep kunci secara
verbal dalam bentuk garis besar atau menggunakan bentuk bahan ajar lainnya.
Berdasarkan pengetahuan yang mereka miliki siswa diberi tugas untuk menambah
wawasan materi dengan cara studi pustaka.
Fase 3: Mengatur siswa dalam kelompok belajar
Siswa dibagi dalam kelompok-kelompok yang seimbang
kemudian guru mengatur peran setiap anggota kelompok dalam kelompoknya serta
menetapkan rencana kerja masing-masing kelompok.
Fase 4:
Membantu siswa bekerja dalam kelompok
Fase 5: Memberikan umpan balik tentang kemajuan
kerja
Fase 6 : Membarikan penghargaan terhadap kelompok
Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan penelitian tindakan kelas, sebab penelitian
ini dilakukan karena terjadi permasalahan pembelajaran di kelas. Permasalahan
ini ditindaklanjuti dengan cara menguji coba sebuah model pembelajaran yang
diamati kemudian direfleksi, dianalisis dan dilakukan uji coba kembali dari
siklus ke siklus berikutnya.
Penelitian ini adalah menggunakan
model spiral yang dikembangkan oleh Kemmis dan Mc. Taggart (1998) mengadopsi
dari Suranto, 2000; 49, model ini menggunakan sistem refleksi diri yang dimulai
dari rencana, tindakan, pengamatan, refleksi dan perencanaan kembali yang
merupakan dasar untuk suatu ancang-ancang pemecahan masalah. Seperti yang
diungkapkan oleh Mills GE 2001;17, “Stephen Kemmis has created a well known
representation of the action research spiral …”. Peneliti menggunakan model ini
karena dianggap paling praktis dan aktual.
Penelitian tindakan kelas ini
dilaksanakan di SMA Negeri 3 Blitar kelas XI. Perangkat pembelajaran yang
dikembangkan meliputi: skenario pembelajaran, lembar kegiatan siswa, lembar
pengamatan guru dan satuan layanan yang diambil dari silabus.
Skenario pembelajaran dibuat sebagai
panduan guru agar pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan yang direncanakan.
Lembar Kegiatan Siswa digunakan membuat daftar pertanyaan. Tugas Dari Guru/
Kuis Lembar Pengamatan/Observasi guru digunakan untuk mengetahui perkembangan
kegiatan/ perubahan tingkah laku siswa. Menurut Waseno (1994) Proses penelitian
tindakan ini merupakan proses daur ulang mulai dari tahap perencanaan. Tindakan
pengamatan (observasi) dan refleksi (perenungan-pemikiran evaluatif), berulang
sesuai banyaknya siklus.
Hasil
Belajar Siklus I
Hasil belajar pada siklus pertama
diperoleh nilai dari dua bidang yaitu
(1) nilai presentasi dan (2) nilai tugas pembuatan soal kuis. Masing-masing
tugas dinilai secara individu maupun
kelompok. Rekaman nilai siswa digambarkan pada tabel dalam lampiran. Aspek-aspek yang dinilai
dalam presentasi adalahsebagai berikut: kekompakan, sistematika penyajian,
partisipasi anggota, pemerataan tugas anggota, spontanitas menjawab pertanyaan,
bobot jawaban dari pertanyaan yang dibuat, tanggung jawab dalam memandu kuis,
tanggung jawab dalam kelompok baik sebagai anggota maupun sebagai ketua,
keberanian mengutarakan pendapat, semangat bersaing antar teman kelompok,
ketepatan waktu presentasi, antara pertanyaan dan jawaban yang dibuat,
ketepatan waktu penyelesaian tugas, kesesuaian materi kuis, dan sebagainya.
Berdasarkan hasil belajar yang
diperoleh pada siklus I diketahui bahwa sebagian besar siswa perlu dimotivasi
untuk berani mengutarakan pendapat dalam diskusi, menerima saran dari kelompok
/oranglain, membangkitkaan spontanitas dan mengatur diskusi supaya terjadi komunikasi
multi arah, presentasi adalah hasil diskusi kelompok secara intensif. Siswa
perlu dorongan untuk aktif bekerja baik secara individual maupun kelompok.
Perlu dibiasakan bekerja secara tim yang saling mendukung.
Hasil kerjasama yang ditampilkan oleh
kelompok sangat bervariasi, hasil kerja individu juga sangat bervariasi, hal
ini sangat di pengarui oleh beberapa faktor antara lain : situasi dan kondisi
bulan puasa, keadaan siswa, kemampuan siswa, pemahaman siswa terhadap materi
dan pemahaman siswa terhadap aspek komunikasi kelompok, serta kecocokan dan
kekompakan kelompok. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran ini
dapat membantu siswa untuk meningkatkan tanggungjawab dan kerjasama baik secara individu maupun
kelompok.
Hasil
Belajar Siklus II
Berdasarkan refleksi pada siklus
I, untuk meningkatkan hasil belajar
siswa, perlu adanya peningkatan kualitas proses pembelajaran. Peningkatan
kualitas proses pembelajaran akan dilakukan dengan cara meningkatkan pembelajaran
aktif Kuis Tim pada sisi kooperatifnya,
sistematikanya dan pengembangan materinya. Usaha yang akan dilakukan adalah
pemberian materi seminggu sebelum presentasi.
Hasil belajar pada siklus kedua
diperoleh nilai dari dua bidang yaitu
(1) nilai presentasi dan (2) nilai tugas pembuatan soal kuis. Masing-masing
tugas dinilai secara individu maupun
kelompok. Rekaman nilai siswa digambarkan pada tabel dalam lampiran. Aspek-aspek yang dinilai
dalam presentasi adalahsebagai berikut: Kekompakan,sistematika penyajian,
partisipasi anggota, pemerataan tugas anggota, spontanitas menjawab pertanyaan,
bobot jawaban dari pertanyaan yang dibuat, tanggungjawab dalam memandu kuis,
tanggungjawab dalam kelompok baik sebagai anggota maupun sebagai
ketua,keberanian mengutarakan pendapat, semangat bersaing antar teman
kelompok,ketepatan waktu presentasi. Sedangkan aspek yang termasuk dalam
penilaian tugas adalah: kesesuaian antara pertanyaan dan jawaban yang dibuat,
ketepatan waktu penyelesaian tugas, kesesuaian materi kuis, dan sebagainya.
Pada siklus kedua, kualitas proses dan
hasil belajar siswa menunjukan kecenderungan kearah lebih baik dibandingkan
pada siklus pertama. Walaupun demikian masih perlu perbaikan dalam hal
tanggungjawab dalam kelompok belajar. Aspek ini merupakan bagian yang sangat
penting dalam proses pengembangan diri siswa, terutama pada penyelesaian tugas
–tugas kelompok menjelang project work
tugas akhir di kelas XI.
Pemantapan implementasi model
pembelajaran aktif kuis tim perlu
diadakan pada siklus berikutnya dengan cara merekam dengan video syuting,
kemudian siswa mengamati rekaman tersebut bersama-sama. setelah mengamati
,membuat perbandingan antara sebelum diterapkannya pembelajaran kuis tim dan
sesudah diterapkannya metode pembelajaran aktif kuis tim tersebut agar bisa
melihat secara obyektif peningkatan tanggung jawab dalam kelompok belajar
terhadap masing-masing individu. Mengamati secara bersama-sama akan membawa
dampak positif terhadap pemahaman diri individu maupun pemahaman kelompok dalam
rangka pengembangan diri masing-masing individu maupun kelompok. Refleksi
semacam ini sangat diperlukan untuk membangun, menu m buhkembangkan rasa
tanggungjawab siswa dalam kolaborasi kelompok belajar. Refleksi dengan
pengamatan bersama akan lebih menyenangkan, karena siswa saling mengoreksi diri
mereka masing-masing sambil membahas dengan peneliti sebagai guru pembimbing
mereka.
Pembahasan
Siklus Tindakan dengan Kuis
Paparan pada proses pembelajaran dua
siklus yang dilakukan tersebut
menunjukan bahwa penggunaan pendekatan metode pembelajaran aktif kuis tim telah dapat meningkatkan tanggungjawab
individu dalam kelompok belajar. Siswa dapat secara aktif berpartisipasi dalam
merancang, merencanakan,menyiapkan, melaksanakan ,menilai, mengevaluasi kegiatan
pembelajaran dengan suasana yang lebih menyenangkan (joyfull learning) .
Keterlibatan secara langsung dan menyenangkan ini merupakan pengalaman
kebermaknaan hidup dalam belajar, baik makna yang dirumuskan maupun makna yang
dihayati (reference and sense of meaning) .Siswa lebih termotivasi untuk
berusaha secara bersama-sama dalam
mengumpulkan informasi, berdiskusi, berlatih, berkonsulasi, presentasi dalam
kelompok belajar (cooperative and colaborative learning). Semangat bersaing
secara sehat akan terbentuk melalui
kegiatan kelompok belajar semacam ini.
Simpulan
dan Saran
Berdasarkan hasil penelitian yang
dipaparkan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan model
pembelajaran aktif kuis tim dapat meningkatkan tanggung jawab individu dalam
kelompok belajar. Peningkatan tanggung jawab tersebut dapat diamati atau
diketahui melalui partisipasi siswa dalam kelompok, keaktifan siswa dalam
diskusi, keberanian mempertahankan pendapat, keberanian dalam presentasi,
motivasi penyelesaian tugas yang tinggi, kemampuan bersaing, peningkatan rasa
percaya diri siswa. Sedangkan indikator peningkatan tanggung jawab tersebut
dapat dilihat dari makin meningkatnya
kualitas penyelesaian tugas dan unjuk kerja siswa.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat
disarankan bahwa model pembelajaran aktif kuis tim perlu dilaksanakan secara
optimal pada mata pelajaran yang lain. Penggunaan pembelajaran model aktif ini
dapat di gunakan untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran secara
akademis. Pada umumnya dan proses pengembangan diri pada khususnya.
Penelitian ini perlu diteruskan agar
ada kesinambungan peningkatan kegiatan (continual improvement) dalam kegiatan
pembelajaran dan dalam peningkatan aspek kepribadian, pengembangan aspek-aspek
individu yang lain.
DAFTAR RUJUKAN
Arends, R. I. 2004. Learning to Teach. Singapore: Mc Graw
Hill Book.
Ausubel, D. P. 1992. The Psychology of Meaningful Verbal Learning.
New York: Grune and Stratton Publisher.
Bruner, J. 1966. Toward Theory of Instruction. Massachusetts: Harvard University Press.
Kubler Ross, Elizabeth. Ed. 1975. Death; the Final Stage of Growth.
Prentice-Hall. Inc: Englewood Cliffs,
New Jersey.
Mills, G. E. 2001. Principles of Meat Science. Cambridge:
Cambridge University Press.
Reigeluth, C. M. 1999. Instructional-Design Theories and Models, Volume II:
A New Paradigm of Instructional Theory.
Mahwah, NJ: Lawrence Erlbaum.
Rogers, C. R. 1981. A Way of Being. Boston: Houghton Mifflin
Compay.
Rosser, N. 1984. Teaching A Child to Read. New York:
Harcourt Brace Javanovich.
Suranto,. 2000. Guru yang Profesional dan Efektif.
Yogyakarta: Adicita Karya Nusa.
Waseno, I. 1994. Wawasan dan Konsep
Dasar Penelitian Tindakan Pendidikan. Makalah
disampaikan dan dibahas pada pelatihan penelitian tindakan yang diselenggarakan
di IKIP Yogyakarta tanggal 9-12 Januari 1994.
Willis,
R. 1988. Teori – Teori Belajar.
Bandung: IKIP Bandung Press.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar