Adab Menjenguk Orang Sakit
Hal yang
perlu diperhatikan dalam menjenguk orang sakit adalah memberikan kesenangan di
hati orang yang sedang sakit, menyuguhkan apa yang dia perlukan, dan menasehati
tentang derita yang ia alam
Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda, “Barangsiapa yang menjenguk orang yang
sedang sakit, dia senantiasa berada pada khurfah (kebun) di surga, hingga dia
kembali ke rumahnya.” (Diriwayatkan Muslim, Ahmad, dan At-Tirmidzi).
Hal yang
perlu diperhatikan dalam menjenguk orang sakit adalah memberikan kesenangan di
hati orang yang sedang sakit, menyuguhkan apa yang dia perlukan, dan menasehati
tentang derita yang ia alami. Anak kecil bila sakit juga harus dijenguk
sebagaimana orang dewasa. Karena alasan mengapa menjenguk orang dewasa yang
sakit juga ada pada anak kecil, seperti mendoakannya, meringankan penyakitnya dan
merukyahnya dengan rukyah syar’iyyah.
Wanita
dibolehkan menjenguk laki-laki yang sedang sakit meskipun mereka bukan
mahramnya. Akan tetapi, dengan beberapa syarat seperti aman dari fitnah,
menutup aurat, dan tidak bercampur-baur antara laki-laki dan perempuan. Jika
syarat ini terpenuhi, maka seorang wanita dibolehkan menjenguk laki-laki yang
bukan mahramnya atau sebaliknya, laki-laki menjenguk wanita.
Banyak yang
merasa enggan menjenguk orang sakit yang tidak sadarkan diri, seperti pingsan
berulang kali atau mereka yang sedang koma. Dengan beranggapan bahwa mereka
tidak tahu keberadaan orang yang menjenguk dan tidak merasakannya. Ibnu Hajar
berkata, “Hanya sebatas mengetahui antara orang yang sakit terhadap orang-orang
yang menjenguknya bukan berarti syariat menjenguk itu tidak usah dilaksanakan.
Karena di balik itu keluarganya akan mengetahuinya. Dan diharapkan keberkahan
doa orang yang menjenguknya, dia memegang orang yang sakit, mengusap tubuhnya,
dan meniupnya dengan dibacakan Al-Mu’awwidzat, dan lain-lain.”
Bagaimana
dengan menjenguk orang kafir? Sebagian ulama memakruhkan menjenguk orang kafir,
karena menjenguk orang yang sakit adalah memuliakannya. Dan sebagian ulama
membolehkannya apabila dengan bersikap seperti itu dia akan masuk Islam.
Berkaitan dengan
waktu menjenguk orang sakit, kapan saja dibolehkan baik siang atau malam selama
tidak mengganggu orang yang sedang sakit. Karena diantara tujuan menjenguk
adalah meringankan beban orang yang sedang sakit dan menenangkan hatinya, bukan
malah memberatkannya. Maka waktu harus dilihat sesuai dengan kebiasaan penduduk
sekitar dan kapan saja mereka memilih waktu yang tepat untuk menjenguk dan
berkunjung. Sebaiknya orang yang menjenguk jangan terlalu lama diam di sisi
orang yang sedang sakit. Karena dia sedang sibuk dengan penyakitnya. Akan
tetapi, perlu diketahui pula bahwasanya orang yang sedang sakit jika menyukai
ditemani oleh orang yang menjenguknya dan suka ditengok berulang kali, maka
sebaiknya orang yang menjenguk memenuhi keinginannya karena hal itu membuat
hatinya senang.
Orang yang
menjenguk dianjurkan duduk di dekat kepala orang yang sedang sakit. Ini adalah
sunnah yang dilaksanakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan
orang-orang yang shalih setelah beliau. Karena duduknya orang yang menjenguk di
dekat kepala orang yang sedang sakit memiliki beberapa faedah. Diantaranya:
untuk mengakrabkan orang yang sedang sakit, memudahkan orang yang menjenguk
untuk meletakkan tangannya pada orang yang sedang sakit, dan mendoakannya serta
merukyahnya.
Diantara
adab yang baik ketika menjenguk orang sakit adalah menanyakan keadaannya.
Selain itu juga menyemangatinya seperti berkata, “Tidak apa-apa, kamu akan
sembuh Insya Allah.”. Sebaiknya orang yang menjenguk orang yang
sedang sakit tidak mengucapkan apa pun kecuali kata-kata yang baik, karena para
malaikat mengamini ucapannya. Dianjurkan bagi orang yang menjenguk untuk
mendoakan orang yang sedang sakit agar diberikan rahmat dan ampunan,
pembersihan dari dosa dan keselamatan serta kesehatan. Doa yang diajarkan oleh
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam diantaranya yaitu,
لا بَأْسَ طَهُورٌ إِنْ شَاءَ اللَّه
“Tidak
mengapa, semoga sakitmu menghapuskan dosa-dosamu insya Allah”. Dan
lain-lain.
Orang yang
menjenguk orang yang sakit dianjurkan meletakkan tangannya pada tubuh orang
yang sedang sakit, seperti tangan atau kening. Karena dengan demikian
berpengaruh pada meringankan bebannya atau kemungkinan dapat menghilangkan
penyakit secara total. Akan tetapi, tidak mungkin memastikan hal itu, karena
tidak ada nash yang secara khusus menyatakannya.
Orang yang
menjenguk orang sakit disunnahkan merukyah orang yang sakit, sebagaimana yang
dilakukan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Terlebih lagi
jika yang menjenguk itu orang yang bertakwa dan orang yang shalih, karena
rukyah mereka sangat bermanfaat disebabkan keshalihan dan ketakwaan mereka.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, dia berkata, “Sesungguhnya
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bila ada anggota
keluarganya yang menderita sakit beliau meniupnya (merukyahnya) dengan membaca Al
Mu’awwidzat.” (Diriwayatkan oleh Al Bukhari, Muslim, Ahmad, Abu Dawud, Ibnu
Majah, dan Malik). Al Hafiz Ibnu Hajar berkata, “Yang dimaksud dengan Al
Mu’awwidzat adalah dua surat (Al Falaq dan An Nas) serta Al Ikhlas”.
Ketika ajal
orang yang sakit itu sudah dekat dan tampak tanda-tanda kematian, maka yang
menjenguknya dianjurkan mengingatkan kepada orang yang sakit itu betapa luasnya
rahmat Allah Ta’ala, dan jangan pernah merasa berputus asa.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Talqinkanlah
orang yang akan mati dengan kalimat laa ilaaha illallaah (Tidak ada
Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah).” (Diriwayatkan Muslim, Ahmad, At
Tirmidzi, An Nasa’i, Abu Dawud, dan Ibnu Majah). Imam An Nawawi berkata,
“Perintah talqin ini adalah perintah sunnah, para ulama bersepakat atas talqin
ini. Mereka memakruhkan bila terlalu banyak menalqin dan berturut-turut agar
dia tidak merasa bosan dan keadaannya menjadi sempit serta menambah gundah,
hingga membuat hatinya tidak suka, dan mengucapkan kata-kata yang tidak
pantas,” Jika wafat, bagi yang hadir dianjurkan memejamkan matanya dan
mendoakannya.
عَنْ ثَوْبَانَ ، مَوْلَى رَسُوْلِ الله صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ ، عَنْ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيهِ وَسَلَّمَ قَالَ: (( مَنْ عَادَ مَرِيْضًا ، لَمْ يَزَلْ فِيْ خُرْفَةِ
الْجَنَّةِ )) قِيْلَ : يَا رَسُوْلَ اللهِ! وَمَا خُرْفَةُ الْجَنَّةِ؟ قَالَ: (( جَنَاهَا )) [ رَوَاهُ مُسْلِمٌ: 6554 ] .Diriwayatkan dari Tsauban pembantu Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam-dari Rasulullah –shallallahu ‘alaihi wasallam- beliau bersabda: “Barangsiapa menjenguk orang sakit, maka ia senantiasa berada dalam khurfah surga. Dikatakan: Wahai Rasulullah, apakah khurfah surga itu? Beliau bersabda: “Tamannya yang penuh dengan beraneka macam buah-buahan.” (HR. Muslim).
Referensi : Ringkasan Kitab Adab, Fuad bin Abdul ‘Aziz Asy-Syalhub
Tidak ada komentar:
Posting Komentar