PREDIKAT DAYYUTS
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar RA, Rasulullah SAW bersabda :
ثَلَاثَةٌ قَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ الْجَنَّةَ مُدْمِنُ الْخَمْرِ وَالْعَاقُّ وَالدَّيُّوثُ الَّذِي يُقِرُّ فِي أَهْلِهِ الْخَبَثَ
Ada tiga golongan manusia yang Allah haramkan masuk surga: Yaitu orang yang meminum khamer terus menerus, anak durhaka, dan dayyuts yaitu seseorang yang membiarkan kejelekan (zina) terjadi pada keluarganya [HR Ahmad]
Catatan Alvers
Penelitian yang dilakukan oleh Australian National University dan Universitas Indonesia (UI) menemukan fakta bahwa sebanyak 20,9 persen pelajar hamil di luar nikah. Terlepas dari akurasi dan validitas penelitian yang dilakukan empat tahun silam, maka fakta ini sungguh memprihatinkan. Kalau memang demikian, lalu bagaimakah kondisi pelajar sekarang?
Di kab. Malang sendiri, Data dari Pengadilan Agama (PA) tahun 2012, ada 284 pelajar yang meminta dispensasi nikah. Pada tahun 2013 naik menjadi 367 pelajar. Dan tahun 2014 hingga bulan September, tercatat sudah ada 376 pelajar. Dengan demikian setiap tahunnya dampak pergaulan bebas semakin meningkat.
Pergaulan bebas (Baca: Zina) di atas terjadi pada remaja kita karena kita sebagai orang tua tidak menjauhkan mereka dari perbuatan “mendekati zina”. Inilah sebenarnya yang harus kita tekankan, bukankah Allah swt berfirman :
وَلاَ تَقْرَبُواْ الزِّنَى إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاء سَبِيلاً
Janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk [QS Al-Isra`:32]
Selanjutnya penyair berkebangsaan mesir menjelaskan step by step terjadinya pergaulan bebas :
نظرة فابتسامة فسلام :: فكلام فموعد فلقاء
Pandangan lalu senyuman kemudian salam lalu berbicara kemudian janjian dan dilanjut dengan pertemuan. [Tafsir Al-Manar]
Bukankah dalam hadits disebutkan bahwa saat pertemuan terjadi antara lelaki dan perempuan maka yang ketiganya setan maka saat itulah rentan terjadi zina.
Inilah yang diabaikan oleh banyak orang tua, mereka memberi kebebasan pada anaknya untuk bergaul dengan lawan jenisnya bahkan menyediakan fasilitasnya seperti Hanphone, sepeda motor, uang saku dll yang dapat mempermudah anak “mendekati zina” tanpa disertai pengawasan yang ketat. Disadari atau tidak, kesempatan seperti inilah yang menjerumuskan seorang anak ke dalam pergaulan bebas. Bang Napi mengingatkan: “Kejahatan terjadi bukan saja karena ada niat pelakunya, tapi juga karena ada kesempatan. Waspadalah! Waspadalah! Waspadalah!
Marilah kita awasi putra putri kita, jauhkan mereka dari “mendekati zina” sebisa mungkin supaya kita tidak tergolong dayyuts seperti dalam hadits di atas. Apakah dayyuts itu?
ومن لا يغار على أهله ومحارمه يسمّى ديّوثاً
Orang yang tidak memiliki rasa cemburu atas istri atau mahramnya disebut dengan dayyuts. [al-Mawsu’ah al-Fiqhiyyah]
Sebagai orang tua kita berkewajiban nasehati mereka supaya tidak terjerumus dalam pergaulan bebas dan kedua, kita mereduksi kesempatan terjadinya pergaulan bebas. Kedua tugas ini bisa di handle oleh pendidikan dibawah naungan pondok pesantren yang umumnya menyelenggarakan pendidikannya secara terpisah antara putra dan putri. Sebagaimana di pesantren An-nur 2 al-Murtadlo tidak hanya pendidikan diniyah tapi juga pendidikan formal umum antara putra dan putri diselenggaran secara terpisah. Sistem ini tidak hanya berlaku sekarang dimana kelas 1 SLTP nya berjumlah seribu lebih santri-siswa/i namun sistem ini telah diterapkan semenjak berdirinya madrasah pertama kali di lingkungan pondok kami yang kala itu jumlah muridnya tidak sampai sepuluh orang dalam satu kelas. Meskipun resiko biaya yang lebih besar namun ini telah menjadi prinsip pondok pesantren.
Pemisahan kelas semacam ini merupakan tuntunan agama yang ditradisikan oleh pesantren yang ternyata mendatangkan manfaat besar dalam pendidikan. Penelitian menunjukan bahwa tingkat kemajuan yang didapat lebih tinggi sekolah khusus dibandingkan dengan sekolah yang dicampur. Para guru juga menyatakan bahwa para siswa di sekolah itu lebih fokus terhadap pelajaran daripada sekolah yang dicampur. Para siswa sendiri lebih memilih sekolah yang dicampur daripada sekolah yang khusus. Anda tentu tahu mengapa begitu? Para pelajar yang besar di sekolah yang dicampur lebih banyak menghabiskan energi mereka untuk menjadi populer dan menarik lawan jenis, juga menghabiskan banyak waktu untuk berkencan dari pada untuk belajar.
Berdasarkan penelitian itu, pemerintah Inggris berencana untuk lebih banyak mendirikan sekolah khusus yaitu sekolah khusus untuk wanita atau sekolah khusus laki-laki di dalam negaranya. Sementara di Amerika, gadis-gadis menghabiskan lebih banyak waktu untuk memikat lawan jenisnya daripada menerima pelajaran dari gurunya. Di India pun tidak jauh berbeda dari kedua negara itu. Hal seperti ini jika dibiarkan akan menurunkan tingkat pendidikan di sekolah. Bahkan beberapa tahun lalu ada berita yang cukup menggemparkan, yaitu saat seorang pelajar diperkosa di siang bolong oleh beberapa teman sekolahnya di sekolah mereka sendiri. Semua itu akibat bercampurnya laki-laki dan wanita. Berdasarkan laporan New York Times yang dikutip oleh harian India yang menyatakan bahwa seperempat atau 25% dari pelajar perempuan diperkosa.
Di negara kitapun tidak jauh berbeda dimana malam tahun baru dijadikan waktu melampiaskan nafsu haram. Saling bergandengan dengan pasangan ilegal sehingga berita media massa pasca perayaan tahun baru adalah kondom dan cd wanita yang berserakan di tempat tempat perayaan.
Maka tak berlebihan jika Imam Ghazali menyerupakan Pondok pesantren laksana benteng yang kokoh (hisnun hashin). Beliau berkata : "Ketahuilah, sesungguhnya madrasah-madrasah diniyah dan pondok-pondok pesantren ini layaknya benteng yang kokoh, yang melindungi santri dari para perampok dan pencuri. Sedang Liar pesantren layaknya tanah lapang yang dilewati syaitan-syaitan jalanan yang siap melucutinya atau menawannya, maka bagaimana kondisinya jika mereka keluar ke tanah lapang, dan musuh-musuh dengan leluasa dapat berbuat apa saja yang ia kehendaki? Maka kalau demikian bagi orang yang lemah wajib untuk menetap di benteng-benteng pertahanan yakni madrasah diniyah dan pondok pesantren" [Minhajul Abidin] Wallahu A’lam. Semoga kita terhindar dari predikat dayyuts yang membiarkan kejelekan terjadi kepada keluarganya. Semoga putra putri kita dilindungi Allah dan dijauhkan dari pergaulan bebas.
Salam Satu Hadits,
DR.H.Fathul Bari, Malang, Ind
PP Annur2.net Malang Indonesia
ONE DAY ONE HADITH
Kajian Hadits Sistem SPA (Singkat, Padat, Akurat)
Dapatkan BUKU ONE DAY#1#2 harga Promo , Layanan Pesan Antar Hub: 081216742626
UMRAH ALVERS 14 Hari Bulan Januari 2017 $2.100, Pesawat Istimewa, Hotel Dekat, Call. Ust Muji :082331865292
[05:42, 1/3/2017] Gus Fathul Barri: NILAI PLUS SANTRI
ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit RA, Rasulullah SAW bersabda :
مَنْ كَانَتْ الدُّنْيَا هَمَّهُ فَرَّقَ اللَّهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنْ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ وَمَنْ كَانَتْ الْآخِرَةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللَّهُ لَهُ أَمْرَهُ وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ
Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya) [HR Abu Dawud]
Catatan Alvers
Dikisahkan bahwa seorang pimpinan sebuah perguruan tinggi di indonesia tidak puas dengan output pendidikan modern walaupun sudah bergonta-ganti kurikulum. Ia memutuskan untuk pergi ke Timur Tengah untuk meminta masukan dari seorang syeikh tentang bagaimana sistem pendidikan terbaik untuk mencetak output yang memiliki pekerjaan yang layak. Merespon pertanyaan sang rektor ini, syeikh berkata : “Ceritakanlah terlebih dahulu bagaimana sistem pendidikan saat ini di Indonesia mulai jenjang paling bawah sampai paling atas?”
Rektor : “paling bawah mulai dari SD selama 6 tahun, SMP 3 tahun, SMA 3 tahun, D3 3 tahun atau S1 4 tahun, S2 sekitar 2 tahun, dan setelah itu S3 untuk yang paling tinggi.”
Syeikh : “Jadi untuk sampai S2 saja butuh waktu sekitar 18 tahun ya? Lalu jika seseorang hanya lulusan SD (6 tahun), pekerjaan apa yang akan ia didapat?” Rektor : “Paling hanya buruh lepas atau tukang sapu jalanan, tukang kebun dan pekerjaan sejenisnya. Tidak ada pekerjaan yang bisa diharapkan jika hanya lulus SD di negeri Kami.”
Syeikh : “Jika Lulus SMP bagaimana?” Rektor : “Untuk SMP mungkin jadi office boy (OB) atau cleaning service.”
Syeikh : “Kalau SMA bagaimana?” Rektor : “Kalau lulus SMA masih agak mending pekerjaan nya di negeri Kami, bisa sebagai operator di perusahaan-perusahaan.”
Syeikh : “Kalau lulus D3 atau S1 bagaimana?” Rektor : “Kalo lulus D3 atau S1 bisa sebagai staff di kantor dan S2 bisa langsung jadi manager di sebuah perusahaan.”
Syeikh : “Berarti untuk mendapatkan pekerjaan yang layak di negeri Anda minimal harus lulus D3/S1 atau butuh pendidikan selama 15-16 tahun ya?” Rektor : “Iya betul”
Syeikh : “Sekarang coba bandingkan dengan pendidikan yang Islam ajarkan. Jika seseorang selama 6 tahun pertama (SD) hanya mempelajari dan menghapal Al-Qur’an sehingga menjadi hafidz, Adakah hafidz Qur’an di negeri Anda yang bekerja sebagai buruh lepas atau tukang sapu seperti yang Anda sebutkan tadi untuk orang yang hanya Lulus SD?” Rektor: “Tidak ada”
Syeikh : “Jika ia melanjutkan 3 tahun berikutnya sehingga ia menghapal ratusan hadits, apakah ada di negara Anda orang yang hapal Al-Qur’an 30 juz dan ratusan hadits menjadi OB atau cleaning service seperti lulusan SMP?” Rektor : ” Tidak ada”
Syeikh : “Kalau ia melanjutkan belajar 3 tahun setelahnya hingga ia menguasai tafsir Al-Qur’an, apakah ada di negara Anda orang yang hafidz Qur’an dan hadits dan ahli tafsir yang kerjanya sebagai operator di pabrik seperti lulusan SMA?” Rektor : “Tidak ada”
Syeikh : “Itulah, jika Anda ingin mencetak generasi yang cerdas, bermartabat, bermanfaat bagi bangsa dan agama, serta mendapatkan pekerjaan yang layak, Anda harus merubah sistem pendidikan Anda dari orientasi dunia menjadi orientasi akhirat karena jika berorientasi pada akhirat insya Allah dunia akan didapat. Tapi jika sistem pendidikan hanya berorientasi pada dunia, maka dunia dan akhirat belum tentu akan didapat.”
Syeikh mengakhiri dialognya dengan memberi nasehat kepada sang rektor, “Itulah sebabnya Anda tidak akan menemukan seorang santri yang hafidz Qur’an yang berprofesi sebagai tukang sapu
atau buruh lepas walaupun orang tersebut tidak belajar sampai ke jenjang pendidikan yang tinggi karena Allah yang memberikan pekerjaan langsung untuk para hafidz Qur’an. Hafidz Qur’an adalah salah satu karyawan Allah dan Allah sayang sama mereka dan akan menggajinya lewat cara-cara yang menakjubkan. Tidak perlu gaji bulanan tapi hidup berkecukupan”.
Itulah gambaran realitas santri yang didefinisikan oleh almaghfurlah Kyai Hasani Nawawi Sidogiri dengan maqalah beliau:
السنتري بشاهد حاله هو من يعتصم بحبل الله المتين ويتبع سنة الرسول الامين صلى الله عليه وسلم ولا يميل يمنة ولا يسرة في كل وقت وحين هذا معناه بالسيرة والحقيقة لا يبدل ولا يغير قديما وحديثا. والله اعلم بنفس الامر وحقيقة الحال
Santri berdasarkan peninjauan tindak langkahnya, adalah orang yang berpegang teguh pada Alqur’an dan mengikuti sunnah Rasul SAW dan teguh pendirian. Ini adalah arti dengan bersandar sejarah dan kenyataan yang tidak dapat diganti dan dirubah selama-lamanya. Allah yang maha mengetahui atas kebenaran sesuatu dan kenyataannya.
Secara umum, santri yang bertahun-tahun melewati pendidikan agama 24 Jam dengan sistem keteladanan (uswah Hasanah) secara kontinyu dari kyai dan para ustadz akan lebih baik akhlak dan perilakunya dari pada mereka yang belajar hanya sebatas teori akhlak tanpa ada keteladanan dan bimbingan secara kontinyu. Inilah nilai plus dari santri dan pendidikan pesantren di samping kemudahan dan jaminan yang terkandung dalam hadits utama di atas.
Saya teringat beberapa tahun yang lalu ada seorang wanita pengusaha beragama budha yang bertamu ke pondok an-nur 2, ia memberikan statement yang sangat mengagetkan saya. Ia berkata “Saya lebih senang memiliki karyawan yang berasal dari kaum santri dari pada kalangan profesional”. Saya sangat penasaran, lantas saya bertanya : “Kenapa demikian? Bukankah santri minim skill yang dibutuhkan di perusahaan anda dibanding seorang profesional yang sudah siap kerja?”. Ia menjawab “Santri itu memiliki tingkat kejujuran yang tidak dimiliki orang lain. Masalah skill saya bisa mentrainingnya satu sampai dua bulan di perusahaan saya namun saya tidak bisa mentraining seorang profesional untuk menjadi jujur dan amanah”. Dan ternyata memang benar, akhir-akhir ini ada beberapa santri yang minta legalisir ijazah pesantren untuk urusan pekerjaan.
Uraian ini kiranya membuka mata kita bahwa pendidikan islam (baca: pesantren) tidak kalah bagus dalam mencetak generasi yang berdaya saing dalam lapangan pekerjaan belum lagi kalau berbicara dekadensi moral yang melanda generasi muda mulai dari maraknya pornografi, pergaulan bebas, miras dan narkoba maka pesantren telah membuktikan kiprahnya sepanjang sejarah bangsa indonesia ini sebagai solusi dari semua permasalahan manusia modern di atas. Hal ini sebagaimana kutipan pidato sahabat Umar RA:
لا يصلح آخر هذه الأمة إلا بما صلح به أولها
Tidaklah bisa memperbaiki kwalitas ummat ini kecuali sesuatu yang telah memperbaiki kwalitas ummat terdahulu. [Kanz al-Ummal] Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk menyadari pentingnya pendidikan agama (pesantren) untuk kesuksesan dunia dan akhirat.
Salam Satu Hadith,
DR.H.Fathul Bari, Malang, Ind
Diriwayatkan dari Abdullah bin Umar RA, Rasulullah SAW bersabda :
ثَلَاثَةٌ قَدْ حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ الْجَنَّةَ مُدْمِنُ الْخَمْرِ وَالْعَاقُّ وَالدَّيُّوثُ الَّذِي يُقِرُّ فِي أَهْلِهِ الْخَبَثَ
Ada tiga golongan manusia yang Allah haramkan masuk surga: Yaitu orang yang meminum khamer terus menerus, anak durhaka, dan dayyuts yaitu seseorang yang membiarkan kejelekan (zina) terjadi pada keluarganya [HR Ahmad]
Catatan Alvers
Penelitian yang dilakukan oleh Australian National University dan Universitas Indonesia (UI) menemukan fakta bahwa sebanyak 20,9 persen pelajar hamil di luar nikah. Terlepas dari akurasi dan validitas penelitian yang dilakukan empat tahun silam, maka fakta ini sungguh memprihatinkan. Kalau memang demikian, lalu bagaimakah kondisi pelajar sekarang?
Di kab. Malang sendiri, Data dari Pengadilan Agama (PA) tahun 2012, ada 284 pelajar yang meminta dispensasi nikah. Pada tahun 2013 naik menjadi 367 pelajar. Dan tahun 2014 hingga bulan September, tercatat sudah ada 376 pelajar. Dengan demikian setiap tahunnya dampak pergaulan bebas semakin meningkat.
Pergaulan bebas (Baca: Zina) di atas terjadi pada remaja kita karena kita sebagai orang tua tidak menjauhkan mereka dari perbuatan “mendekati zina”. Inilah sebenarnya yang harus kita tekankan, bukankah Allah swt berfirman :
وَلاَ تَقْرَبُواْ الزِّنَى إِنَّهُ كَانَ فَاحِشَةً وَسَاء سَبِيلاً
Janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji, dan suatu jalan yang buruk [QS Al-Isra`:32]
Selanjutnya penyair berkebangsaan mesir menjelaskan step by step terjadinya pergaulan bebas :
نظرة فابتسامة فسلام :: فكلام فموعد فلقاء
Pandangan lalu senyuman kemudian salam lalu berbicara kemudian janjian dan dilanjut dengan pertemuan. [Tafsir Al-Manar]
Bukankah dalam hadits disebutkan bahwa saat pertemuan terjadi antara lelaki dan perempuan maka yang ketiganya setan maka saat itulah rentan terjadi zina.
Inilah yang diabaikan oleh banyak orang tua, mereka memberi kebebasan pada anaknya untuk bergaul dengan lawan jenisnya bahkan menyediakan fasilitasnya seperti Hanphone, sepeda motor, uang saku dll yang dapat mempermudah anak “mendekati zina” tanpa disertai pengawasan yang ketat. Disadari atau tidak, kesempatan seperti inilah yang menjerumuskan seorang anak ke dalam pergaulan bebas. Bang Napi mengingatkan: “Kejahatan terjadi bukan saja karena ada niat pelakunya, tapi juga karena ada kesempatan. Waspadalah! Waspadalah! Waspadalah!
Marilah kita awasi putra putri kita, jauhkan mereka dari “mendekati zina” sebisa mungkin supaya kita tidak tergolong dayyuts seperti dalam hadits di atas. Apakah dayyuts itu?
ومن لا يغار على أهله ومحارمه يسمّى ديّوثاً
Orang yang tidak memiliki rasa cemburu atas istri atau mahramnya disebut dengan dayyuts. [al-Mawsu’ah al-Fiqhiyyah]
Sebagai orang tua kita berkewajiban nasehati mereka supaya tidak terjerumus dalam pergaulan bebas dan kedua, kita mereduksi kesempatan terjadinya pergaulan bebas. Kedua tugas ini bisa di handle oleh pendidikan dibawah naungan pondok pesantren yang umumnya menyelenggarakan pendidikannya secara terpisah antara putra dan putri. Sebagaimana di pesantren An-nur 2 al-Murtadlo tidak hanya pendidikan diniyah tapi juga pendidikan formal umum antara putra dan putri diselenggaran secara terpisah. Sistem ini tidak hanya berlaku sekarang dimana kelas 1 SLTP nya berjumlah seribu lebih santri-siswa/i namun sistem ini telah diterapkan semenjak berdirinya madrasah pertama kali di lingkungan pondok kami yang kala itu jumlah muridnya tidak sampai sepuluh orang dalam satu kelas. Meskipun resiko biaya yang lebih besar namun ini telah menjadi prinsip pondok pesantren.
Pemisahan kelas semacam ini merupakan tuntunan agama yang ditradisikan oleh pesantren yang ternyata mendatangkan manfaat besar dalam pendidikan. Penelitian menunjukan bahwa tingkat kemajuan yang didapat lebih tinggi sekolah khusus dibandingkan dengan sekolah yang dicampur. Para guru juga menyatakan bahwa para siswa di sekolah itu lebih fokus terhadap pelajaran daripada sekolah yang dicampur. Para siswa sendiri lebih memilih sekolah yang dicampur daripada sekolah yang khusus. Anda tentu tahu mengapa begitu? Para pelajar yang besar di sekolah yang dicampur lebih banyak menghabiskan energi mereka untuk menjadi populer dan menarik lawan jenis, juga menghabiskan banyak waktu untuk berkencan dari pada untuk belajar.
Berdasarkan penelitian itu, pemerintah Inggris berencana untuk lebih banyak mendirikan sekolah khusus yaitu sekolah khusus untuk wanita atau sekolah khusus laki-laki di dalam negaranya. Sementara di Amerika, gadis-gadis menghabiskan lebih banyak waktu untuk memikat lawan jenisnya daripada menerima pelajaran dari gurunya. Di India pun tidak jauh berbeda dari kedua negara itu. Hal seperti ini jika dibiarkan akan menurunkan tingkat pendidikan di sekolah. Bahkan beberapa tahun lalu ada berita yang cukup menggemparkan, yaitu saat seorang pelajar diperkosa di siang bolong oleh beberapa teman sekolahnya di sekolah mereka sendiri. Semua itu akibat bercampurnya laki-laki dan wanita. Berdasarkan laporan New York Times yang dikutip oleh harian India yang menyatakan bahwa seperempat atau 25% dari pelajar perempuan diperkosa.
Di negara kitapun tidak jauh berbeda dimana malam tahun baru dijadikan waktu melampiaskan nafsu haram. Saling bergandengan dengan pasangan ilegal sehingga berita media massa pasca perayaan tahun baru adalah kondom dan cd wanita yang berserakan di tempat tempat perayaan.
Maka tak berlebihan jika Imam Ghazali menyerupakan Pondok pesantren laksana benteng yang kokoh (hisnun hashin). Beliau berkata : "Ketahuilah, sesungguhnya madrasah-madrasah diniyah dan pondok-pondok pesantren ini layaknya benteng yang kokoh, yang melindungi santri dari para perampok dan pencuri. Sedang Liar pesantren layaknya tanah lapang yang dilewati syaitan-syaitan jalanan yang siap melucutinya atau menawannya, maka bagaimana kondisinya jika mereka keluar ke tanah lapang, dan musuh-musuh dengan leluasa dapat berbuat apa saja yang ia kehendaki? Maka kalau demikian bagi orang yang lemah wajib untuk menetap di benteng-benteng pertahanan yakni madrasah diniyah dan pondok pesantren" [Minhajul Abidin] Wallahu A’lam. Semoga kita terhindar dari predikat dayyuts yang membiarkan kejelekan terjadi kepada keluarganya. Semoga putra putri kita dilindungi Allah dan dijauhkan dari pergaulan bebas.
Salam Satu Hadits,
DR.H.Fathul Bari, Malang, Ind
PP Annur2.net Malang Indonesia
ONE DAY ONE HADITH
Kajian Hadits Sistem SPA (Singkat, Padat, Akurat)
Dapatkan BUKU ONE DAY#1#2 harga Promo , Layanan Pesan Antar Hub: 081216742626
UMRAH ALVERS 14 Hari Bulan Januari 2017 $2.100, Pesawat Istimewa, Hotel Dekat, Call. Ust Muji :082331865292
[05:42, 1/3/2017] Gus Fathul Barri: NILAI PLUS SANTRI
ONE DAY ONE HADITH
Diriwayatkan dari Zaid bin Tsabit RA, Rasulullah SAW bersabda :
مَنْ كَانَتْ الدُّنْيَا هَمَّهُ فَرَّقَ اللَّهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ وَلَمْ يَأْتِهِ مِنْ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِبَ لَهُ وَمَنْ كَانَتْ الْآخِرَةُ نِيَّتَهُ جَمَعَ اللَّهُ لَهُ أَمْرَهُ وَجَعَلَ غِنَاهُ فِي قَلْبِهِ وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ
Barangsiapa yang (menjadikan) dunia tujuan utamanya maka Allah akan mencerai-beraikan urusannya dan menjadikan kemiskinan/tidak pernah merasa cukup (selalu ada) di hadapannya, padahal dia tidak akan mendapatkan (harta benda) duniawi melebihi dari apa yang Allah tetapkan baginya. Dan barangsiapa yang (menjadikan) akhirat niat (tujuan utama)nya maka Allah akan menghimpunkan urusannya, menjadikan kekayaan/selalu merasa cukup (ada) dalam hatinya, dan (harta benda) duniawi datang kepadanya dalam keadaan rendah (tidak bernilai di hadapannya) [HR Abu Dawud]
Catatan Alvers
Dikisahkan bahwa seorang pimpinan sebuah perguruan tinggi di indonesia tidak puas dengan output pendidikan modern walaupun sudah bergonta-ganti kurikulum. Ia memutuskan untuk pergi ke Timur Tengah untuk meminta masukan dari seorang syeikh tentang bagaimana sistem pendidikan terbaik untuk mencetak output yang memiliki pekerjaan yang layak. Merespon pertanyaan sang rektor ini, syeikh berkata : “Ceritakanlah terlebih dahulu bagaimana sistem pendidikan saat ini di Indonesia mulai jenjang paling bawah sampai paling atas?”
Rektor : “paling bawah mulai dari SD selama 6 tahun, SMP 3 tahun, SMA 3 tahun, D3 3 tahun atau S1 4 tahun, S2 sekitar 2 tahun, dan setelah itu S3 untuk yang paling tinggi.”
Syeikh : “Jadi untuk sampai S2 saja butuh waktu sekitar 18 tahun ya? Lalu jika seseorang hanya lulusan SD (6 tahun), pekerjaan apa yang akan ia didapat?” Rektor : “Paling hanya buruh lepas atau tukang sapu jalanan, tukang kebun dan pekerjaan sejenisnya. Tidak ada pekerjaan yang bisa diharapkan jika hanya lulus SD di negeri Kami.”
Syeikh : “Jika Lulus SMP bagaimana?” Rektor : “Untuk SMP mungkin jadi office boy (OB) atau cleaning service.”
Syeikh : “Kalau SMA bagaimana?” Rektor : “Kalau lulus SMA masih agak mending pekerjaan nya di negeri Kami, bisa sebagai operator di perusahaan-perusahaan.”
Syeikh : “Kalau lulus D3 atau S1 bagaimana?” Rektor : “Kalo lulus D3 atau S1 bisa sebagai staff di kantor dan S2 bisa langsung jadi manager di sebuah perusahaan.”
Syeikh : “Berarti untuk mendapatkan pekerjaan yang layak di negeri Anda minimal harus lulus D3/S1 atau butuh pendidikan selama 15-16 tahun ya?” Rektor : “Iya betul”
Syeikh : “Sekarang coba bandingkan dengan pendidikan yang Islam ajarkan. Jika seseorang selama 6 tahun pertama (SD) hanya mempelajari dan menghapal Al-Qur’an sehingga menjadi hafidz, Adakah hafidz Qur’an di negeri Anda yang bekerja sebagai buruh lepas atau tukang sapu seperti yang Anda sebutkan tadi untuk orang yang hanya Lulus SD?” Rektor: “Tidak ada”
Syeikh : “Jika ia melanjutkan 3 tahun berikutnya sehingga ia menghapal ratusan hadits, apakah ada di negara Anda orang yang hapal Al-Qur’an 30 juz dan ratusan hadits menjadi OB atau cleaning service seperti lulusan SMP?” Rektor : ” Tidak ada”
Syeikh : “Kalau ia melanjutkan belajar 3 tahun setelahnya hingga ia menguasai tafsir Al-Qur’an, apakah ada di negara Anda orang yang hafidz Qur’an dan hadits dan ahli tafsir yang kerjanya sebagai operator di pabrik seperti lulusan SMA?” Rektor : “Tidak ada”
Syeikh : “Itulah, jika Anda ingin mencetak generasi yang cerdas, bermartabat, bermanfaat bagi bangsa dan agama, serta mendapatkan pekerjaan yang layak, Anda harus merubah sistem pendidikan Anda dari orientasi dunia menjadi orientasi akhirat karena jika berorientasi pada akhirat insya Allah dunia akan didapat. Tapi jika sistem pendidikan hanya berorientasi pada dunia, maka dunia dan akhirat belum tentu akan didapat.”
Syeikh mengakhiri dialognya dengan memberi nasehat kepada sang rektor, “Itulah sebabnya Anda tidak akan menemukan seorang santri yang hafidz Qur’an yang berprofesi sebagai tukang sapu
atau buruh lepas walaupun orang tersebut tidak belajar sampai ke jenjang pendidikan yang tinggi karena Allah yang memberikan pekerjaan langsung untuk para hafidz Qur’an. Hafidz Qur’an adalah salah satu karyawan Allah dan Allah sayang sama mereka dan akan menggajinya lewat cara-cara yang menakjubkan. Tidak perlu gaji bulanan tapi hidup berkecukupan”.
Itulah gambaran realitas santri yang didefinisikan oleh almaghfurlah Kyai Hasani Nawawi Sidogiri dengan maqalah beliau:
السنتري بشاهد حاله هو من يعتصم بحبل الله المتين ويتبع سنة الرسول الامين صلى الله عليه وسلم ولا يميل يمنة ولا يسرة في كل وقت وحين هذا معناه بالسيرة والحقيقة لا يبدل ولا يغير قديما وحديثا. والله اعلم بنفس الامر وحقيقة الحال
Santri berdasarkan peninjauan tindak langkahnya, adalah orang yang berpegang teguh pada Alqur’an dan mengikuti sunnah Rasul SAW dan teguh pendirian. Ini adalah arti dengan bersandar sejarah dan kenyataan yang tidak dapat diganti dan dirubah selama-lamanya. Allah yang maha mengetahui atas kebenaran sesuatu dan kenyataannya.
Secara umum, santri yang bertahun-tahun melewati pendidikan agama 24 Jam dengan sistem keteladanan (uswah Hasanah) secara kontinyu dari kyai dan para ustadz akan lebih baik akhlak dan perilakunya dari pada mereka yang belajar hanya sebatas teori akhlak tanpa ada keteladanan dan bimbingan secara kontinyu. Inilah nilai plus dari santri dan pendidikan pesantren di samping kemudahan dan jaminan yang terkandung dalam hadits utama di atas.
Saya teringat beberapa tahun yang lalu ada seorang wanita pengusaha beragama budha yang bertamu ke pondok an-nur 2, ia memberikan statement yang sangat mengagetkan saya. Ia berkata “Saya lebih senang memiliki karyawan yang berasal dari kaum santri dari pada kalangan profesional”. Saya sangat penasaran, lantas saya bertanya : “Kenapa demikian? Bukankah santri minim skill yang dibutuhkan di perusahaan anda dibanding seorang profesional yang sudah siap kerja?”. Ia menjawab “Santri itu memiliki tingkat kejujuran yang tidak dimiliki orang lain. Masalah skill saya bisa mentrainingnya satu sampai dua bulan di perusahaan saya namun saya tidak bisa mentraining seorang profesional untuk menjadi jujur dan amanah”. Dan ternyata memang benar, akhir-akhir ini ada beberapa santri yang minta legalisir ijazah pesantren untuk urusan pekerjaan.
Uraian ini kiranya membuka mata kita bahwa pendidikan islam (baca: pesantren) tidak kalah bagus dalam mencetak generasi yang berdaya saing dalam lapangan pekerjaan belum lagi kalau berbicara dekadensi moral yang melanda generasi muda mulai dari maraknya pornografi, pergaulan bebas, miras dan narkoba maka pesantren telah membuktikan kiprahnya sepanjang sejarah bangsa indonesia ini sebagai solusi dari semua permasalahan manusia modern di atas. Hal ini sebagaimana kutipan pidato sahabat Umar RA:
لا يصلح آخر هذه الأمة إلا بما صلح به أولها
Tidaklah bisa memperbaiki kwalitas ummat ini kecuali sesuatu yang telah memperbaiki kwalitas ummat terdahulu. [Kanz al-Ummal] Wallahu A’lam. Semoga Allah al-Bari membuka hati dan fikiran kita untuk menyadari pentingnya pendidikan agama (pesantren) untuk kesuksesan dunia dan akhirat.
Salam Satu Hadith,
DR.H.Fathul Bari, Malang, Ind
Tidak ada komentar:
Posting Komentar