Merdeka.com - Usai aksi demonstrasi super damai 2 Desember
di Silang Monumen Nasional (Monas) berakhir, muncul tindakan intoleransi
kembali merebak. Sejumlah kegiatan keagamaan yang dilakukan non-muslim dipaksa
bubar, polisi tidak mampu berbuat banyak mengatasi massa.
Di belahan dunia lain, militan Negara Islam Suriah dan Irak (ISIS) justru membantai penduduk yang tidak bersenjata. Tak hanya itu, mereka juga membunuh tawanan-tawanan perang dengan sadis, mulai ditembak kepalanya, dibakar, hingga ditembak dengan menggunakan rudal.
Jauh sebelum masa modern, dunia Islam justru pernah menanamkan nilai-nilai kemanusiaan di medan perang. Itu terjadi ketika jazirah Arab dipimpin seorang bangsawan bernama Saladin, pemimpin Dinasti Ayyubid asal Mesir.
Saladin merupakan pemimpin yang tak hanya disegani kalangan umat Muslim, bahkan dunia barat juga menghormatinya. Meski berhadapan sebagai musuh, tapi pria yang pernah menaklukkan Jerussalem ini tidak pernah merendahkan lawannya, apalagi membunuh mereka tanpa alasan.
Tak heran jika seorang Raja Inggris Richard The Lionheart menganggapnya sebagai sahabat, meski kerap berhadapan di medan pertempuran. Sikap kesatria yang ditunjukkan seorang Saladdin membuatnya luluh, bahkan tidak pernah segan memujinya.
Meski bermusuhan di medan perang, Saladin tak segan memberikan hadiah kepada musuhnya. Hal itu dibuktikan Saladin dengan memberikan dua kuda terbaik miliknya usai Raja Richard kehilangan kuda andalannya saat berhadapan dengan pasukan Saracen.
Di belahan dunia lain, militan Negara Islam Suriah dan Irak (ISIS) justru membantai penduduk yang tidak bersenjata. Tak hanya itu, mereka juga membunuh tawanan-tawanan perang dengan sadis, mulai ditembak kepalanya, dibakar, hingga ditembak dengan menggunakan rudal.
Jauh sebelum masa modern, dunia Islam justru pernah menanamkan nilai-nilai kemanusiaan di medan perang. Itu terjadi ketika jazirah Arab dipimpin seorang bangsawan bernama Saladin, pemimpin Dinasti Ayyubid asal Mesir.
Saladin merupakan pemimpin yang tak hanya disegani kalangan umat Muslim, bahkan dunia barat juga menghormatinya. Meski berhadapan sebagai musuh, tapi pria yang pernah menaklukkan Jerussalem ini tidak pernah merendahkan lawannya, apalagi membunuh mereka tanpa alasan.
Tak heran jika seorang Raja Inggris Richard The Lionheart menganggapnya sebagai sahabat, meski kerap berhadapan di medan pertempuran. Sikap kesatria yang ditunjukkan seorang Saladdin membuatnya luluh, bahkan tidak pernah segan memujinya.
Meski bermusuhan di medan perang, Saladin tak segan memberikan hadiah kepada musuhnya. Hal itu dibuktikan Saladin dengan memberikan dua kuda terbaik miliknya usai Raja Richard kehilangan kuda andalannya saat berhadapan dengan pasukan Saracen.
Salah
satu sikap kemanusiaan yang ditunjukkan Saladin terjadi saat seorang bayi
perempuan diculik dari orangtuanya, kemudian dijual. Atas dorongan Tentara
Salib bernama Franks, wanita itu mengumpulkan keberaniannya untuk menemui
Saladin seorang diri dan meminta bantuan.
Saladin merespons permintaan itu, dia membayar sejumlah uang dari kantongnya sendiri, lalu mengembalikan bayu tersebut ke ibu kandungnya, kemudian memerintahkan anak buahnya memberikan seekor kuda untuk membawanya kembali ke markas pasukan Salib.
Dilaporkan pula, ketika Raja Richard terluka dalam pertempuran, Saladin menawarkan bantuan dengan mengirimkan dokter pribadinya, ketika itu ilmu kedokteran di dunia Islam lebih maju dibandingkan dunia Barat.
Bahkan, saat Raja Richard sakit demam, dan pasukannya tengah menyembuhkan diri dari luka-luka mereka selepas pertempuran, Saladin malah membawakan buah-buahan segar untuk Richard dan pasukan Salib.
Sikap bersahabat ini membuat Richard luluh dan membatalkan pertempuran terakhir mereka. Alhasil, keduanya menandatangani perjanjian damai di Ramla pada 1192 Masehi. Gara-gara itu pula, Richard menawarkan putrinya untuk dinikahi putra Saladin, dan Jerusalem dijadikan hadiah dari pernikahan itu.
Sikap kesatria yang ditunjukkan Saladin ini tak hanya ditiru umat Muslim saja, bahkan bangsa Barat juga menjadikannya sebagai pedoman di tengah peperangan
Saladin merespons permintaan itu, dia membayar sejumlah uang dari kantongnya sendiri, lalu mengembalikan bayu tersebut ke ibu kandungnya, kemudian memerintahkan anak buahnya memberikan seekor kuda untuk membawanya kembali ke markas pasukan Salib.
Dilaporkan pula, ketika Raja Richard terluka dalam pertempuran, Saladin menawarkan bantuan dengan mengirimkan dokter pribadinya, ketika itu ilmu kedokteran di dunia Islam lebih maju dibandingkan dunia Barat.
Bahkan, saat Raja Richard sakit demam, dan pasukannya tengah menyembuhkan diri dari luka-luka mereka selepas pertempuran, Saladin malah membawakan buah-buahan segar untuk Richard dan pasukan Salib.
Sikap bersahabat ini membuat Richard luluh dan membatalkan pertempuran terakhir mereka. Alhasil, keduanya menandatangani perjanjian damai di Ramla pada 1192 Masehi. Gara-gara itu pula, Richard menawarkan putrinya untuk dinikahi putra Saladin, dan Jerusalem dijadikan hadiah dari pernikahan itu.
Sikap kesatria yang ditunjukkan Saladin ini tak hanya ditiru umat Muslim saja, bahkan bangsa Barat juga menjadikannya sebagai pedoman di tengah peperangan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar