Senin, 05 Desember 2016

NEGATIF THINKING ITU "BOLEH"

Maqâm Dakwah dan Maqâm Siyâsah

Li kulli maqâm, maqâl. Wa li kulli maqâl, maqâm. Pada setiap kedudukan, ada standar dan etika pembicaraan. Dan untuk setiap pembicaraan, ada tempatnya sendiri-sendiri.

Pada maqâm dakwah, kita dianjurkan untuk berprasangka baik. Husn-u zhon. Bahkan, kepada pendosa besar sekalipun. Siapa tahu, suatu saat, sang pendosa akan menemukan jalannya kembali ke pangkuan Tuhan dan menjadi pribadi yang jauh lebih baik dari kita yang hidup "secara biasa-biasa" saja.
Banyak contoh yang tercatat dalam sejarah panjang kehidupan kita. 

Sayyidinâ Umar ibn Khattâb adalah contoh sosok agung yang mengalami "shifting paradigm" dalam sejarah kita.
Bagaimana dengan maqâm siyâsah? Sependek yang saya tahu, rumusnya adalah rumus peperangan: al-harb khid'ah. Inti perang adalah adu strategi. Begitu pula jika kita masuk gelanggang politik alias maqâm siyâsah.

Pada maqâm ini, ber-husn-u zhon justru akan mencelakakan. Tapi, ber-sû'u zhon juga tidak dianjurkan. Yang harus dinyalakan adalah alarm kewaspadaan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Entri yang Diunggulkan

Generasi Rawan Lupa, Servis dalam Rumah Tangga

10 Hal Romantis Rasulullah yang Ditinggalkan Generasi  Now Rumah tangga Rasulullah SAW luar biasa. Rasulullah SAW dan istri-istriny...